Rahmad Handoyo: Larangan Mudik Tanpa Kesadaran Masyarakat Tak Cukup

by
Anggota Komisi IX DPR RI dari F-PDIP, Rahmad Handoyo

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo meminta kepada semua komponen bangsa agar memanfaatkan sisa waktu yang tinggal beberapa pekan lagi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan (mudik) pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) akhir 2021 dan tahun baru 2022 nanti.

“Keputusan larangan mudik itu sudah baik. Keputusan itu merupakan bentuk perlindungan negara terhadap masyarakat. Tapi saya harus sampaikan, aturan tersebut tidak akan cukup jika tidak disertai dengan kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk tidak mudik,” kata Rahmad Handoyo kepada wartawan di Jakarta, Jumat (26/11/2021).

Hal tersebut disampaikan menanggapi terbit nya Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 62 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022. Dalam Inmendagri terbaru itu, pemerintah melarang masyarakat untuk mudik dan cuti saat libur Natal dan Tahun Baru.

Selanjutnya, Rahmad Handoyo mengingatkan kembali kejadian tragis pada saat dan seusai Lebaran 2021 lalu. Kala itu, kata Rahmad, pemerintah sudah menerapkan aturan larangan mudik. Akan tetapi, aturan tinggal aturan, kenyataannya masih sangat banyak masyarakat saat itu yang tidak peduli dan nekat pulang ke kampung halaman.

“Nah, masyarakat perlu kita ingatkan agar berkaca pada situasi usai lebaran pada bulan July lalu, dimana ribuan orang yang meninggal setiap hari, ruma sakit pun nyaris lumpuh. Tentu kita tidak mau kejadian memilukan usai lebaran lalu terulang di tahun baru nanti. Karena itu kesadaran untuk tidak mudik dihari libur natura ini harus terus disosialisasikan dan digelorakan,” kata politikus PDI Perjuangan ini.

Lebih jauh, Rahmad mengatakan, untuk menghadapi ancaman virus corona, termasuk menghalau kemungkinan masuknya gelombang ketiga, tindakan berjalan efektif jika hanya dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah dengan seperangkat aturan, termasuk kerjasama TNI Polri tidak akan sanggup mengawasi kalau memang kesadaran masyarakat untuk tidak mudik belum tumbuh.

“Artinya, kita bisa mengendalikan Covid-19 dan mengubah pandemi jadi endemi jika semua elemen bangsa, termask masyarakat bergerak bersama. Lagi pula, kita semua kan ingin selamat? Ya kita semua, pemerintah, masyarakat harus berjuang bersama. Lagi pula, kalau bukan kita yang memperjuangkan keselamatan kita, ya siapa lagi ?” katanya.

Menurut Rahmad, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, tak bisa ditawar lagi, semua komponen bangsa harus bergerak bersama menggelorakan semangat untuk tidak mudik demi keselamatan bersama. Tokoh-tokoh adat, tokoh agama, politikus, para cendikiawan, pemuka masyarakat untuk saling mengingatkan masyarakat adanya ancaman virus corona.

“Sekali lagi, semua aturan yang dibuat tidak akan cukup kalau keinginan niat untuk mudik tinggi. Jadi saya kira yang paling penting. Artinya Indonesia bisa terhindar dari gelombang ketiga Covid-19 jika kesadaran masyarakat untuk tidak mudik sudah ada,” katanya.

Ditanya kemungkinan adanya masyarakat yang memang harus mudik karena ada hal yang mendesak disaat ada larangan untuk mudik tersebut, menurut Rahmad, yang paling penting itu bagaimana membedakan yang biasa dan yang urgent.

“Kalau ada saudara kita dalam kesusahan, katakanlah musibah, itu kan namanya penting, jadi perlu dibedakan. Ada saat-saat urgent yg mengharuskan seseorang untuk pulang kampung, itu kan juga penting. Tapi kembali lagi, saya kira perlu ada kesadaran dalam masyarakat. Kalau memang tidak penting-penting sekali tidak usah mudik. Tapi kalau memang mengharuskan pulang karena ada sesuatu hal yang mendesak, ya itu manusiawi,” tutup Rahmad. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *