HNW: Pandemi Tak Boleh Menyurutkan Spirit Kepahlawanan

by
Wakil Ketua MPR RI dari F-PKS, Hidayat Nur Wahid. (Foto: Humas MPR)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Dr.H.M. Hidayat Nur Wahid mengajak generasi milenial tidak meninggalkan laku dan semangat kepahlawanan sekalipun sedang berada di dalam kondisi pandemi Covid-19. HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid menjelaskan, satu abad yang lalu Indonesia juga diserang pandemi yakni Flu Spanyol.

“Menurut data Burgerlijke Geneeskundige Dienst/BGD pada zaman kolonial, flu tersebut menewaskan lebih dari satu juta orang di Hindia Belanda,” papar HNW saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Pahlawan dan Launching Lomba Pidato Biografi Tokoh Bangsa Tingkat Nasional Fraksi PKS DPR RI, Selasa kemarin (9/11/2021).

Dalam bayangan pandemi dan perjuangan lepas dari penjajahan Belanda, para pemuda memaksimalkan potensi. Mereka menghimpun diri dalam wadah Persatuan Indonesia, menghadirkan Kongres Pemuda Indonesia dan Kongres Perempuan Indonesia.

Kedua konggres, itu merupakan pilar penting menuju kemerdekaan Indonesia yang kemudian digawangi oleh BPUPKI, Panitia Sembilan, dan PPKI.

Para Pemuda dengan tokoh sentral Bung Tomo, melanjutkan peran itu. Mereka termotivasi oleh Resolusi Jihad KH Hasyim Asyari (22/10/1945), dengan pekikan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Merdeka!”, menyemangati arek-arek Suroboyo dan menyelamatkan Indonesia dari kembalinya penjajah Belanda. Peristiwa heroik tanggal 10 November 1945 itu oleh Presiden Soekarno melalui Keppres 316/1959 ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.

“Mereka memberi keteladanan nyata, menjadi pahlawan bangsa dalam momen penuh tantangan. Yaitu, mempersiapkan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, justru saat mereka bertemu dengan kondisi Pandemi Flu Spanyol dan penjajahan Belanda. Oleh karena itu pandemi Covid-19 dan kekhawatiran terjadinya “neo-kolonialisme”, mestinya bisa menghadirkan spirit para pahlawan dari kalangan Pemuda (generasi milenial) yang menyelamatkan Indonesia. Dan membawa Indonesia menuju kejayaannya pada momen 1 Abad Kemerdekaan di tahun 2045 nanti,” kata HNW.

Acara itu dihadiri oleh Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al-Jufrie dan Presiden PKS H. Ahmad Syaikhu. Juga Ketua Fraksi PKS DPR-RI Jazuli Juwaini, Budayawan Sudjiwo Tejo, dan Peneliti Utama BRIN Prof. Siti Zuhro. Serta Anggota Fraksi PKS dan seluruh struktur Partai Keadilan Sejahtera dari pusat hingga daerah.

Hidayat yang juga Wakil Ketua Majelis Syura PKS mengapresiasi kegiatan tahunan dengan tema kepahlawanan yang diselenggarakan oleh PKS. Menurutnya, apa yang dilakukan PKS adalah contoh baik, yang seharusnya dilakukan Partai Politik.

Parpol tidak seharusnya hanya sekedar berkegiatan mencari kekuasaan dan berkompetisi melalui Pemilu. Namun juga serius melakukan peran edukasi dan advokasi dengan menghadirkan semangat kebangsaan yang merujuk pada aktivitas keteladanan dan kepahlawanan para tokoh bangsa.

Bagi PKS kegiatan ini juga penting untuk membuktikan identitasnya yang menerima dan menjadi bagian dari keberagaman sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan cara ini PKS menghadirkan 8 tokoh agar para Pemuda menginternalisasi keteladanan mereka dengan mengikuti lomba pidato biografi tokoh bangsa. Yakni, Ir. Soekarno, Mohamad Hatta, Jenderal Sudirman, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari, Cut Nyak Dien, RA Kartini, dan Rahmah El-Yunusiyyah.

Pemilihan para tokoh untuk dipelajari dan dipidatokan biografinya, menunjukkan sebagai partai Islam, PKS mendorong semangat keislaman, juga semangat kebangsaan, cinta Indonesia dan perjuangan para Pahlawan, hingga penghormatan dan pemberdayaan perempuan.

“Sikap kepahlawanan bagi PKS adalah meneladani spirit para Pahlawan Bangsa. Dengan mengaktualisasi untuk menghadirkan kontribusi dan inspirasi bagi kemajuan kemanusiaan, memberi manfaat yang nyata pada kehidupan kemanusiaan, berbangsa dan bernegara, sekarang dan yang akan datang, terlepas dari sudah diakui atau belum diakui oleh negara. Oleh karena itu PKS mengakui dan mengusulkan agar Rahmah El-Yunusiyyah yang memperjuangkan pendidikan dan lembaga Pendidikan khusus bagi Perempuan, sehingga menginspirasi Universitas alAzhar di Kairo untuk mendirikan Fakultas khusus untuk Perempuan, agar Pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional juga,” ujarnya. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *