Menteri LHK: Indonesia Berhasil Cegah Bencana Asap Karhutla Dua Tahun Berturut-turut

by
siti nurbaya, karhuta, menteri lhk
Menteri LHK, Siti Nurbaya. (Foto: Humas KLHK)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Menteri Lingkungan Hdup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mengatakan, bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di seluruh wilayah Indonesia yang berhasil dicegah pemerintah dua tahun berturut-turut adalah berkat kerja keras semua pihak, selama masa pandemi Covid-19.

“Indonesia, berhasil memastikan tidak akan terjadi lagi bencana ganda, yakni kebakaran besar yang menyebabkan kabut asap di tengah-tengah gelombang Covid-19,” kata Menteri Siti pada pertemuan COP-16 ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATHP) yang digelar virtual di Jakarta, Jumat (22/10/2021). Tahun ini, Indonesia berperan sebagai tuan rumah forum yang diikuti Menteri Lingkungan Hidup se-ASEAN ini.

Meski sebelumnya banyak pihak memprediksi tentang bencana ganda di Indonesia pada tahun 2020 dan 2021, namun Menteri Siti sangat bersyukur, doa dan kerja keras jajarannya dikabulkan oleh Tuhan. Karena fakta yang terjadi justru sebaliknya, Indonesia bebas asap Karhutla selama dua tahun global pandemi.

Kesempatan itu, Menteri Siti menjelaskan, berdasarkan data dan tren yang didapatkan dari pengecekan lapangan dan pemantauan satelit selama hampir 10 bulan terakhir, serta prediksi hingga akhir bulan ini, Indonesia telah dapat memastikan bebas dari duet bencana tahun ini.

“Ini artinya, tidak ada kebakaran besar yang menyebabkan kabut asap di Indonesia selama dua tahun pandemi melanda dunia. Hal ini juga mematahkan banyak prediksi yang mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami duet bencana pada tahun lalu dan tahun ini,” tegasnya.

Mengacu data monitoring hotspot dari satelit Terra/Aqua LAPAN sejak tanggal 1 Januari 2021 hingga tanggal 20 Oktober 2021, Pukul 07.00 WIB dengan tingkat keyakinan (Confidence Level ≥ 80%), tercatat jumlah hotspot sebanyak 1.296 titik. Sedangkan periode yang sama di tahun 2020 tercatat sebanyak 2.665 titik hotspot. Artinya, terjadi penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.369 titik atau turun 51,37%.

Hingga akhir bulan ini, terutama di Sumatera dan Kalimantan yang merupakan titik utama penerapan solusi permanen dalam pencegahan Karhutla, menunjukkan secara umum berada dalam kondisi basah. Meski begitu, semua elemen dan sumber daya di lapangan terus tetap siaga.

Solusi Permanen

Dalam forum ini, Menteri Siti kembali menegaskan salah satu syarat utama untuk mencapai tujuan AATHP yaitu fokus pada pencegahan. Melalui AATHP, Indonesia telah meningkatkan upayanya dalam pencegahan karhutla melalui serangkaian pedoman, kerja sama, peningkatan kapasitas dan upaya lainnya.

Di hadapan para peserta pertemuan, Menteri Siti juga berbagi komitmen Indonesia untuk mencegah karhutla melalui serangkaian kebijakan, tindakan korektif, dan aksi di lapangan yaitu pengelolaan ekosistem gambut, peringatan dini dan deteksi dini, patroli terpadu, pelibatan masyarakat (Masyarakat Peduli Api), modifikasi cuaca, pemadaman udara dan penegakan hukum.

Dalam pandangan yang lebih luas, upaya Indonesia dalam AATHP juga berkontribusi pada pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Terkait dengan masalah ini, Menteri Siti menginformasikan inisiatif baru Indonesia yang sejalan dengan AATHP yang disebut FOLU Netsink 2030. Dokumen ini akan digunakan sebagai pedoman, untuk mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor hutan dan lahan yang mencakup lahan emisi GRK dan/ atau kebakaran hutan.

Di akhir pertemuan, para delegasi sepakat untuk memperkuat kewaspadaan, mengutamakan langkah-langkah pencegahan, dan melakukan pemadaman kebakaran segera untuk mengurangi karhutla dan meminimalkan terjadinya kabut lintas batas selama periode cuaca kering. Kemudian, strategi pengelolaan lahan gambut berkelanjutan akan terus ditingkatkan, dalam mengatasi salah satu akar penyebab polusi asap lintas batas.

Pertemuan juga mencatat kemajuan dalam finalisasi pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution Control (ACC THPC) di Indonesia. Pembentukan dan operasionalisasi ACC THPC ini dapat memperkuat implementasi yang lebih cepat dan efektif dari semua aspek Perjanjian Bebas Kabut Asap.

Terakhir, para delegasi yang hadir sepakat untuk mempertimbangkan indikator bersama untuk 20 persen resusitasi hotspot ASEAN untuk tahun depan dan peta jalan bebas kabut asap yang baru. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *