Wakil Ketua MPR: Indonesia Setara dengan Timor Leste Kecewa dan sedih

by
Wakil Ketua MPR RI, Syarif Hasan.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Parta Demokrat, Syarif Hasan menyatakan bahwa pandemi Covid-19 yang telah menjadi ancaman global tidak saja menimbulkan korban jiwa yang masif, namun juga mempengaruhi struktur perekonomian global termasuk Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam kelompok 20 besar negara dengan perekonomian terbesar dunia (G-20).

“Dampak pandemi juga sangat menekan perekonomian Indonesia terkontraksi sangat dalam,” kata Syarif Hasan melalui keterangan tertulisnya, Senin (12/7/2021).

Atas prestasi Presiden SBY, yang mengantarkan Indonesia berhasil menjadi anggota G 20 menempati peringkat ke-3 di antara negara G-20, dengan pertumbuhan rata rata 6 % per tahun, berada di bawah China dan India.

Saat ini Indonesia yang sedang berjuang menghadapi pandemi Covid 19 pada kuartal I tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia justru masih terkonstraksi di angka minus 0,74 %, jauh lebih rendah dibandingkan China (18,3 %), Amerika Serikat (6,4 %), Korea Selatan (1,7 %), India (1,6 %), bahkan Vietnam (4,48 %).

“Ini tentu menjadi pertanyaan besar, sejauh mana pemerintah mampu memitigasi dampak pandemi terhadap perekonomian Indonesia. Begitu penanganan Covid 19 tidak atau sulit tertangani, ekonomi semakin terpuruk,” ujarnya.

Syarief Hasan, Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Demokrat meminta kepada pemerintah untuk lebih tegas menangani pandemi dengan kebijakan yang lebih holistik dan sistemik.

“Selama ini pemerintah terkesan parsial dan tidak pernah tuntas membedah dan antisipasi penanganan pandemi Covid-19. Maka tidak mengherankan jika kesehatan tetap memburuk, ekonomi juga ambruk,” ujar Menteri Koperasi dan UMKM pada Era Presiden SBY ini.

Terlebih, dengan fundamental ekonomi Indonesia yang sangat rapuh, kondisi ini sangat mencemaskan. Pada akhir Mei 2021, jumlah utang Indonesia mencapai Rp6,418 Triliun, atau dengan debt service ratio terhadap penerimaan (DSR) di angka 46,77 %, jauh lebih tinggi dari batas yang ditetapkan aman oleh IMF (35 %), penerimaan pajak yang terkonstraksi 19,7 %, serta defisit APBN 6,09 % pada 2020, ruang fiskal menjadi sangat terbatas.

“Kita mesti waspada Indonesia akan sulit membiayai sektor kesehatan dan kesejahteraan untuk jangka panjang, sementara kedua program inilah yang utama,” tegasnya.

Menurut Syarief, menyalahkan pandemi atas kemerosotan ekonomi adalah bentuk penyangkalan dan tidak bijak.

“Toh semua negara terkena dampak pandemi, tetapi pertumbuhan ekonomi mereka kini justru mulai menunjukkan perbaikan secara signifikan, sementara Indonesia malah masih terkonstraksi negatif. Akibatnya Indonesia sekarang status kita terdegradasi sebagai negara berpenghasilan menengah rendah (lower middle income). Kita patut prihatin, dan kapan kita bisa naik lagi ke middle income Upper?” ujar Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

Dengan status ini, Bank Dunia dalam Laporannya pada Juli 2021 menempatkan posisi Indonesia sama dengan Timor Leste, bekas propinsi wilayah Indonesia yang minim sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Untuk diketahui, Bank Dunia mengklasifikasi ekonomi negara di dunia ke dalam empat kelompok pendapatan berdasarkan pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita. PNB per kapita. Indonesia sendiri PNB menurun dari US$ 4050 pada 2019 menjadi US$ 3870 pada 2020, menjadikannya memiliki status kelas yang sama dengan Timor Leste negara kecil namun berpendapatan menengah rendah sama atau sekelas dengan Indonesia. Hal ini tentu memilukan, sekaligus membuktikan bahwa pemerintah belum berhasil mengangkat ekonomi Indonesia lebih baik.

“Tantangan Indonesia semakin berat karena kondisi pandemi yang semakin memburuk akhir-akhir ini, di saat banyak negara mulai menata dirinya, perekonomian Indonesia justru belum pulih dan ekonomi Rakyat semakin sulit untuk bangkit dan akhirnya Rakyat yang menjadi korban,” tutup Syarief. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *