Bantu Luhut, Fahri Hamzah Mendesak Libatkan Ilmuan Atasi Pandemi

by
Waketum DPN Partai Gerlora Indonesia, Fahri Hamzah.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Mantan Wakil Ketua DPR RI Koordiantor bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra), Fahri Hamzah mengatakan, upaya pemerintah menekan angka penularan virus corona atau Covid-19 di Indonesia, tanpa melibatkan saintis atau ilmuwan, akan mubazir alias sia-sia. Padahal, pendekatan ini diperlukan mengingat kasus Covid-19 masih terus bertambah, dan belum ada tanda-tanda akan landai.

“Ini yang saya bilang. Ketiadaan saintis bikin pemubaziran. Bagaimana Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI?” tanya Fahri Hamzah melalui akun Twitter-nya @Fahrihamzah, Rabu (7/7/2021), menyoroti lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, yang hingga ini belum terkendali.

Menurut Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) yang juga menjabat Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Luhut Binsar Panjaitan harus dibantu oleh ilmuan yang banyak, bukannya dilawan dengan politik.

“Pak LBP (Luhut) harus dibantu oleh ilmuan yang banyak. Jangan politik dilawan politik nanti capek. Virus itu ada di buku IPA bukan IPS,” sebut Fahri.

Fahri pun mengatakan bahwa ide lockdown atau kuncitara itu datang dari fakta bahwa virus Corona tidak bisa hidup di luar badan manusia. Jadi yang di-isolasi adalah manusia, sehingga yang manusia mesti dipersiapkan.

“Kata WHO virus ini hanya dapat hidup 2 pekan rata-rata dalam tubuh manusia. Setelah itu dia (virus) mati atau kita mati. Gitu kan? Maka, secara teknis kalau manusia yang ter-inveksi bisa dalam 2 pekan di-isolasi, virus akan hilang atau berkurang,” ujarnya.

Inilah, menurut Fahri,maksud baik lockdown agar orang-orang tidak saling bertemu, karena orang sama-sama tidak tahu apakah membawa virus atau tidak. Ini logis dan bisa dijelaskan.

“Intinya maksud saya, kita bisa beresin ini kalau rencananya matang dan pelaksanaan efektif. Itu aja sih. Semua juga pengen selamat. Tapi rencananya harus mateng dan bareng. Sekedar saran,” ucapnya lagi.

Sekali lagi, Fahri menyarankan agar pemerintah mau mendengarkan masukan dari para ilmuan. Setidaknya pemerintah perlu menggali dari 2 kelompok ilmuan, baik ilmuan IPA dan ilmuan IPS (istilah zaman SMA).

Dari ilmuan IPA seperti virolog, epidemiolog, dan lain-lain untuk membantu merumuskan kebijakan intinya. Sedang dari ilmuan IPS (sosilog, psikolog, dll) guna membantu merumuskan kebijakan lanjutan.

Ada juga kelompok ahli lain yang harusnya bekerja secara antisipatif; ini kelompok intelijen, ahli geopolitik, dan lain-lain untuk membaca apakah ada kemungkinan faktor-faktor lain, semisal jika memang ada perang biologi, akan tahu cara menghadapinya beda lagi.

“Jadi jangan lugu, ini dunia kejam. Bahkan dunia tempat kita hidup sekarang lebih kompleks. Disrupsi demi disrupsi, mulai dari virus komputer sampai virus corona. Jadi kemampuan kita untuk mengakumulasi pengetahuan harus tinggi, dan tidak boleh salah data (IPA) juga kata (IPS). Kita juga harus antisipatif,” tambahnya mengingatkan.

Situasi ini, masih menurut Fahri Hamzah, betapapun sulit tidak boleh membuat terpukul, apalagi kalah. Virus tidak boleh menang, tetapi manusianya lah yang harus memenangkan pertempuran ini.

“Karena itu kita perlu terus menggalang persatuan. Jangan mau di adu domba oleh arghoritma media sosial yang memang maunya gitu. Negara juga perlu berbicara kepada ulama, bapak pendeta, pastor, biksu dan pedanda, dan tokoh sosia lain agar dari mereka muncul pencerahan kepada seluruh warga dan ummat. Jangan biarkan tokoh-tokoh ini salah paham. Ini waktu menggalang solidaritas,” cetus politisi asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu. (Jal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *