“Kalau Sudah Duduk, Saya Tidak akan Lupa Berdiri”

by
Kapolri Jenderal Pol. Idham Azis.

 

BERITABUANA. CO, JAKARTA – Sikap legowo dan kesatria telah ditunjukkan Kapolri Jenderal Polisi ldham Azis menjelang pensiun yang tinggal menghitung hari hingga 1 Februari 2021 mendatang.

Memang sejak dilantik Presiden Jokowi sebagai Kapolri di lstana Negara, 1 November 2019, Jenderal ldham Azis tahu diri masa dinas aktifnya tinggal 14 bulan lagi. Sebab itu ia bertekad akan totalitas bekerja untuk kemajuan Korps Bhayangkara.

Salah satu target utama yang saat itu menjadi PR bagi Polri menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Perintah Presiden Jokowi untuk menuntaskannya menjadi prioritas ldham Azis saat itu.

Apalagi setelah terpilih penggantinya Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, sebagai Kabareskrim Polri, konsolidasi segera dilakukan. Gelar perkara terkait kasus ini dilakukan secara intens untuk mencari kendala apa saja yang menghambat penyidikan selama bertahun-tahun.

Ternyata dalam tempo relatif singkat kasus yang selama ini membuat kepercayaan dan citra Polri agak menurun di masyarakat akhirnya bisa terungkap. Memang, publik agak lega, karena kedua pelaku ternyata oknum Polri sendiri.

Selain menuntaskan Kasus Novel, ldham Azis juga mengeluarkan keputusan melalui Divisi Propam Polri, agar anggota Polri dan keluarganya dilarang hidup mewah, glamor dengan memakai perhiasan yang mahal.

Idham Azis berani mengeluarkan kebijakan itu, karena telah mempraktekkan nya selama ini di dalam keluarganya. Ia sendiri tampil sederhana, apa adanya.

“Abang lihat sendiri apa saya pakai jam mewah, ” katanya usai bermain bulutangkis di Polda Metro Jaya awal tahun 2020 silam.

Salah satu sikap ldham yang tidak biasanya, ia meminta tidak ada anak buahnya yang bertamu ke rumah dinas.

“Saya tidak akan terima anak buah bertamu ke rumah. Apalagi dengan maksud maksud tertentu. Kalau ingin jabatan harus berprestasi dan tunjukkan kepada komandanmu, ” ungkap ldham dalam berbagai kesempatan.

Kebijakan lain yang tak kalah mengejutkan terkait keputusannya untuk merekrut para anggota Polri yang cacat dalam tugas untuk tetap mengikuti jenjang pendidikan calon perwira. Kebijakan ini suatu terobosan tersendiri, sehingga membuat rasa haru para calon, bahkan di antaranya sampai menitikkan airmata saking gembira.

Selain itu, soal reward dan punishment, Kapolri ldham sangat concern. Bahkan, satu anggota bintara di Kabupaten Minahasa Utara, mendapatkan reward karena berani menguburkan pasien Covid 19 tanpa baju pelindung standar. Padahal, peti jenazah sudah terbengkalai selama beberapa jam, karena warga desa tidak ada yang berani. Bintara itu tahun ini bisa ikut Sekolah Inspektur Polisi tanpa proses seleksi.

Tapi jangan tanya sikap ldham Azis bagi anggota Polri yang melakukan pelanggaran baik itu secara tugas profesional kepolisian atau pelanggaran etik. Kedua pelanggaran ini pasti mendapatkan hukuman maksimal dari kebijakan yang berlaku di Polri.

Tak heran jika setiap ada Telegram Rahasia Mutasi Jabatan di Polri, ada kolom yang mencantumkan kata Riksa, bagi anggota Polri yang dimutasi. Kata Riksa ini berarti anggota tersebut bermasalah dan harus menjalani pemeriksaan di Propam Polri.

Masa jabatan ldham Azis yang relatif singkat ini juga diwarnai situasi nasional yang kurang kondusif dari sisi ekonomi sosial. Indonesia bahkan seluruh dunia dihadapkan pada pandemi Covid 19. Imbasnya Polri harus menjadi salah satu garda terdepan mengamankan pelaksanaan pembatasan sosial dan penyaluran sembako bagi warga miskin.

Menjelang pensiun pun, Jenderal ldham Azis segera mengirim surat ke Presiden Jokowi untuk melaporkan dirinya akan pensiun dan siap diganti. Dalam suratnya menurut Kadiv Humas Polri, Kapolri Jenderal ldham Azis tidak menyebutkan nama calon penggantinya.

Saya teringat saat acara farewell party atau pisah sambut Mantan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan Kapolri Jenderal ldham Azis di hanggar Markas Brimob Polri Kelapa Dua Depok, ldham Azis mengatakan, dalam menjalankan amanah sebagai Kapolri ia akan tetap patuh pada Undang Undang.

“Kalau sudah duduk, saya tidak akan lupa berdiri,” (Nico Karundeng)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *