Pengamat Bilang, Wajar Jika Anak dan Menantu Presiden Menang Pilkada

by
Ujang Komarudin, peneliti dari Universitas Al Azhar Indonesia. (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pengamat politik Ujang Komarudin menyatakan sudah memperkirakan dari awal, Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution bakal juara satu pada pemilihan umum kepala daerah (pilkada) di Kota Solo dan Kota Medan. Lawan keduanya bisa berguguran, karena Jokowi adalah Presiden RI.

“Kalau Gibran dan Bobby unggul di Solo dan Medan, ya wajar saja. Itu sesuai analisa saya sebelum pilkada. Meski di dunia politik keduanya bukan siapa-siapa, tetapi bisa meraih kemenangan karena faktor pak Jokowi, yang saat ini masih menjabat Presiden RI,” kata Dosen di Universitas Al Azhar Indonesia ini menjawab beritabuana.co di Jakarta, Kamis (10/12/2020).

Seperti diberitakan, putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai calon Walikota Solo berdasarkan quick count beberapa lembaga survei, unggul dari lawannya. Gibran yang berpasangan dengan Teguh Prakoso unggul jauh dengan angka 87 persen.

Sementara, menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution yang berpasangan dengan Aulia Rachman berdasarkan versi quick count sejumlah lembaga survei mengungguli pasangan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi pada pilkada Kota Medan. Pasangan Bobby-Aulia meraih 55.19 persen suara, sementara pasangan Akhyar-Salman meraih 44.81 persen suara.

Dibalik kemenangan Gibran dan Bobby di pilkada serentak 2020, Ujang Komarudin menyoroti praktek dinasti politik menjadi fenomenal saat ini , dan itu sebuah fakta politik yang sudah terjadi sejak lama hingga saat ini. Tetapi saat ini menurut Ujang, dinasti politik semakin kuat, seolah tak terbendung dan sudah membudaya.

Ujang Komarudin membenarkan, Gibran dan Bobby adalah bagian dari dinasti politik. Dan dinasti politik dalam Pilkada kali ini kata dia tak terhindarkan. Karena para pejabat di negeri ini, menginginkan anak, menantu, keluarga, dan saudaranya jadi kepala daerah

“Jika dinasti politik berkembang dan menjadi budaya, maka akan menjadi ancaman bagi demokrasi,” kata Ujang tanpa merinci lebih jauh dinasti politik yang semakin kuat itu.

Selanjutnya Ujang mengatakan, reformasi sudah dikebiri dengan hadir dan tumbuhnya dinasti politik ini. Selama 22 tahun reformasi, harusnya pemerintah menurut Ujang bisa memperkuat demokrasi.

“Tapi yang terjadi adalah dinasti politik dan oligarki yang terkonsolidasi dan menguat,” pungkasnya. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *