Soal Pengganti Edhy Prabowo, Pengamat Bilang Begini

by
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kursi Menteri Kelautan dan Perikanan sedang menjadi perhatian sejak Edhy Prabowo menyatakan mundur dari jabatan tersebut. Dia mengundurkan diri setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi izin ekspor benih lobster pekan lalu. Presiden Jokowi telah menunjuk Menko Kemaritiman Luhut B Panjaitan sebagai menteri Kelautan dan Perikanan ad interim.

Soal pengganti Edhy Prabowo, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin kepada beritabuana.co, Senin (30/11/2020) mengatakan, Presiden Jokowi pasti membuat pertimbangan secara matang.

“Memang sebagai kepala pemerintahan, Presiden Jokowi memiliki hak prerogatif untuk memilih siapa pembantunya. Masalahnya dulu, ketika mau menyusun kabinetnya, Jokowi membangun rekonsiliasi dengan rivalnya di pilpres, Prabowo Subianto,” kata dia.

Keduanya, lanjut Ujang, ada kesepakatan, Gerindra ikut bergabung ke pemerintah dengan mendapat dua kursi menteri. Lalu disepakati, Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

“Berangkat dari kesepakatan tersebut, maka perkiraan saya, kursi Menteri yang ditinggal Edhy Prabowo kemungkinan besar tetap dari Partai Gerindra,” kata Ujang.

Soal siapa orangnya kata Ujang, bisa saja Fadli Zon, Sufmi Dasco Ahmad dan Sandiaga Uno atau kader Gerindra lainnya yang ditunjuk oleh Prabowo Subianto. Nama tersebut sudah beredar di masyarakat.

Namun katanya lagi, karena penunjukan menteri juga persoalan politik kekuasaan, maka bisa saja Presiden Jokowi menunjuk kader dari partai politik yang lain atau dari kalangan profesional.

Tetapi Ujang pun memperkirakan, jika seandainya Jokowi menunjuk orang lain di luar Partai Gerindra menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pengganti Edhy Prabowo, maka kemungkinan hubungan Jokowi dengan Prabowo Subianto bisa memburuk, alias perang dingin.

“Hubungan mereka bisa panas dingin, saling curiga, dan akan saling mencari kelemahan masing-masing,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *