BERITABUANA.CO, JAKARTA – Rencana pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuka kembali aktivitas belajar mengajar di sekolah di awal tahun 2021 nanti, terus menuai perhatian publik.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, misalnya. Ia meminta agar kebijakan tersebut agar dikaji secara akademis.
“Saya katakan ini pro-kontra, harus dicek melalui penelitian atau studi mana yang lebih diminta, di buka atau tidak di buka,” kata Dede Yusuf kepada wartawan, di Gedung DPR RI, Senin (30/11/20).
Bila kebijakan tersebut tetap diberlakukan nantinya, Kang Dede sapaan akrabnya, menyarankan, kegiatan belajar secara normal kembali tidak diterapkan di wilayah DKI Jakarta. Dirinya beralasan, dikarenakan trend positif di daerah ibu kota kian meningkat, berbeda dengan daerah lainnya.
“Kalau misalnya kayak di Jakarta, mungkin jangan di buka deh, karena penyebaran masih tinggi, itu betul,”sebut anggota MPR RI dari Fraksi Partai Demokrat itu.
“Tapi kalau daerah-daerah yang selama ini so far so good, kalau mereka di tahan juga, mereka tetap buka sampai sekarang,” tambahnya.
Sehingga, menjadi lumrah ketika masih ada kekhawatiran dari orang tua terhadap kebijakan tersebut. Sebab, kondisi rentan keluarga dari anak, dimana potensi menularkan sangat besar jika ada keluarga yang menderita penyakit, seperti TBC atau jantung.
“Kalau misalnya begini, orang tua itu mengatakan, nak kalau kamu datang kesana pulang bapak kami TBC, terus nenek kamu penyakit jantung, ini sangat resiko mendingan nggak usah,” papar dia.
Untuk itu, baiknya pemerintah terlebih dulu melakukan studi terkait rencana proses belajar tatap muka di awal tahun 2021. Selain itu, lanjut Kang Dede, orang tua murid memiliki hak atas keputusan sekolah tatap muka atau tidak.
“Jadi orang tua punya hak, prinsipnya begitu. Tidak dipaksa lebih pada pilihan,” pungkasnya. (Jal)