Keutamaan Seorang Hoegeng Iman Santosa

by
Brigjen Pol. CDL

“WEN I AM RIGHT”
No one remembers

“WHEN I AM WRONG”
No one forgets

(Salah satu kalimat yang tertulis dalam lemari Hoegeng memorial)

JENDRAL Hoegeng Iman Santosa merupakan sosok polisi yang melegenda dengan kejujurannya keberaniannya menunjukkan integritas komitmen dan konsistensinya sbg bhayangkara sejati hingga akhir hayatnya. Itulah keutamaan Jendral Hoegeng. Beliau sangat mencintai dan menjaga harkat dan martabat sebagai polisi. Dirinya sadar betul bahwa menjadi polisi adalah menjaga kehidupan masyarakat, membangun peradaban dan sbg pejuang kemanusiaan. Mungkin saja pak Hoegeng melakukan secara refleksi yang di bawah sadar maupun sebagai refleksi atas tugas dan tanggungg jawabnya. Kalau hal tsb bukan habitus dan keutamaannya tentu akan sulit melakukannya apalagi bertahan hingga akhir hayatnya.

Profesor Mardjono Reksodiputro menunjukkan bahwa pak Hoegeng itu polisi sipil. Makna sipil di sini adalah sbg peradaban atau civilixation. Di mana polisi sebagai aparat penegak hukum dan keadilan adalah untuk membangun peradaban. Pak Hoegeng berupaya melakukan tugas dan tanggung jawab sbg polisi sbg polisi yang humanis. Pendekatan kebudayaan digunakan dalam mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial. Konteks polisi sipil dalam membangun peradaban di sini ditunjukkan bagaimana pak Hoegeng berupaya memberikan teladan. Bagaimana hukum sebagai ikon peradaban dapat dipatuhi dan ditegakkan dengan adanya kesadaran. Pak Hoegeng bertugas sebagai polisi bervariasi bahkan pernah memimpin imigrasi hingga meteri. Hal yang patut dicatat dan diingat adalah pak Hoegeng menolak fasilitas dari imigrasi maupun kementrian karena merasa cukup dari fasilitas Polri. Di sinilah pak Hoegeng berani menunjukkan kecintaan dan kebanggaannya sebagai polisi. Ia menyadari bahwa semua itu dari rakyat yang harus dicintainya.

Nilai nilai luhur yang iabpegang teguh ditanamkan dan dipegang teguh terutama bagi dirinya dan keluarganya. Ibu Mery Hoegeng yang memiliki usaha bunga tatkala pak Hoegeng menjedi menteri bukan dikembangkan justru diminta untuk tutup. Bu mery memahami apa yg dikhawatirkan suaminnya dan dg iklas melakukannya. Putra putri pak Hoegeng pun merasakan betapa kerasnya pak Hoegeng dengan keluarganya. Pak Hoegeng mengatakan : ” aku yang komandan bukan kalian. Berarti kalian juga sama seperti masyarakat lainnya”. Pada suatu ketika teman pak didit ( putra pak hoegeng) bercerita melihat pak Hoegeng mengatur lalu lintas. Tatkala sudah tiba di rumah pak Didit bertanya :” pap ngapain sih ngatur lalu lintas?” Pak Hoegeng tiba tiba marah dan membentaknya : ” lalu lintas itu tugas dan tanggungbjawab polisi ketika ada kemacetan poliisi harus turun tangan. Malu kamu aku ngatur lalu lintas?”. Suatu ketika pak didit akan belajar kelompok ke rumah temannya si A dan meminta ijin pinjam jeep kpd pak Hoegeng. Ditanya : ” arep nang ndi? ( mau kemana?) ” mau belajar kelompok pap” jawabnya singkat. ” ok jam 12 malam sudah harus di rumah”. Dan oleh pak didit waktu itu di Ok kan. Ternyata si A di rumahnya sedang ada acara dan sia A ikut untuk pindah ke rumah si B ternya sama juga tdk bisa akhinya bersama A dan B pindah ke rumah si C. Di rumah C banyak ngobrol drpd belajar dan ketiduran tiba tiba terbangun sdh jam 02.00. Pak didiy segera bangun dan mengantar si A dan B kembali ke rumah masing masing baru kembali ke rumah. Ternyata ajudan sudah gelisah mondar mandir di depan rumah. Ternyata pak Hoegeng masih berada di ruang tengah. Pak didit tanpa merasa bersalah masuk dan menyapa bapaknya : ” malam pap”. ” seko endi kowe? ( dari mana kamu?). ” dari rumah si A”. Pak Hogeng kembali membentak: ” itu ajudan sdh ngecek ke rumah si A kamu tidak ada di situ”. Ajudan pak Hoegeng diperintahkan menelpon semua orang tua teman pak Didit agar jam 06.30 sudah berada di Mabak ( mabes Polri). Pak didit tentu tdk bisa tidur dan berpikir keras kalau orang tua teman temanya pada dipanggil ke Mabak urusan jadi panjang. Pak Didit memberanikan diri mengetuk pintu dan menyampaikan KTP dan Sim nya ran berkata :” pap silakan aku dipuku sepuasnya dan ini ktp dan sim saya”. Pak Hoegeng hanya menjawab : ” terus …”. ” saya ga akan nyetir lagi…” pak Hoegeng masih saja bertanya : ” terus…”. ” jangan panggil ke mabak orang tua temen temen ku”. ” terus…..”. ” kalau orang tua mereka dipanggil ke Mabak siapa yang mau berteman sama aku?” ” terus ….”. Pak didit waktu itu tentu bingung mengapa pak Hoegeng hanya teras terus saja. Dan teringat kalau ada salah dg pak Hoegeng pertama tama harus berani mengatakan minta maaf. Lalu ia mengatakan : ” maaf pap…”. Pak Hoegeng mengatakan : ” semua orang tahu, bahwa jeep itu dari rumah ini dan bensinnya dibiayai dari anggaran polisi. Memalukan… jangan diulangi”. ” iya pap…”. ” iku KTP karo SIM e digowo!”. ” enggak pap ( pura pura bertahan). Pak Hoegeng mengakatan lagi : ” tenane ( beneran)….?”. Minta maaf kalau bersalah itu prinsip pak Hoegeng dan harus berani menyampaikannya.

Pak Hoegeng dalam perjalanan ke Bandung menengok ibu Reni yg sedang kuliah di ITB perjalanan bisa ditempuh antara 5 sd 7 jam. Setiap ada sesuatu yang membahayakanbatau mengganggu kelancaran lalu lintas akan berhenti. Seperti dari menyingkirkan batu sampai menghentikan bus yang over penumpangnya. Penumpang yg over diturunkan dan memanggil PJR untuk memantau dan memastikan bus tsb tdk mengambil penumpang lagi di jalan. Dan yang diturunkan dicarikan bus lain dan ditunggu satu persatu sampai mereka terangkut semua baru kembali melanjutkan perjalanannya ke Bandung. Pak Hoegeng pasca dicopot sebagai kapolri aktif dalam berbagai kegiatan sbg penyiar radio elshinta. Mendirikan Hawaian Seniors yang bertahan hingga 10 tahun. Dan tidak sekalipun absen. Komitmen dan konsistensi berkesenian pak Hoegeng sangat luar biasa. Pak Hoegeng memiliki hobby melukis juga. Suatu ketika ada pesanan lukisan pemandangan dalam ukuran yang besar. Tatkala lukisan itu sudah jadi pemesan meminta pak Hoegeng memghapus tanda tangan di sudut lukisannya. Pak Hoegeng menolak danbtidak jadi menjualnya. ” saya akan simpan sendiri lukisan ini” kata pak Hoegeng.

Pak Hoegeng tatkala dicopot sebagai kapolri dalam usia menjelang 50 tahun. Sesampai di rumah beliau sungkem kepada ibundanya dan berkata :” bu aku sudah selesai menjadi kapolri”. Ibunya pak Hoegeng mengatakan : ” jangan takut kalau kamu jujur, kita masih bisa makan dengan garam”. Betapa besar hati ibu pak Hoegeng tetap menamkan kejujuran dan berani hidup dengan sederhana. Kejujuran merupakan habitus yang tdk bisa dilakukan untuk kepura puraan atau seremonialan. Pak Hoegeng pun meminta maaf kepada keluarganya. Dan meminta memikirkan mau tinggal di mana, karena waktu itu pak Hoegeng belum memiliki rumah. Semua inventaris dikembalikan. Dan rumah tsb diberikan kpd pak Hoegeng sebagai tanda kasih dan apresiasi besar dari Polri. Banyak kisah kehidupan pak Hoegeng yang sederhana dalam kehidupan sehari hari yangvterus menginspirasi dari generasi ke generasi. Keutamaan pak Hoegeng tak lekang oleh ruang dan waktu akan abadi sepanjang zaman terus dikenang dan patut diteladani. Ibu mery Hoegeng, dan putra putrinya sadar dan mengakui bahwa pak Hoegeng benar. Merekapun begitu bangga dan mencintai pak Hoegeng sebagai sosok polisi dan kepala keluarga idaman.

Jakarta 14 Nopember 2020
Hari Korps Brimob ke 75

*Brigjen Pol. CDL* – (Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *