Kasus Djoko Tjandra dan Persaingan Elite Polri Jelang Suksesi Jenderal ldham Azis

by
Nico Karundeng, Wakil Pemimpin Redaksi Beritabuana.co

PERSAINGAN di tingkat elite Polri menjelang suksesi Kapolri Jenderal Idham Azis yang akan memasuki pensiun 30 Januari 2021 mulai merebak. Indikasinya terlihat terbongkarnya surat jalan bagi buronan Djoko Tjandra yang dikeluarkan Karo Korwas PPNS Bareskrim Polri Brigjen Pol Prasetijo Utomo serta pencabutan Red Notice Djoko Tjandra oleh Sekretaris NCB Interpol Indonesia Brigjen Nugroho S Wibowo.

Kedua kasus ini jika dilihat secara kasat mata memang sepertinya tidak berhubungan tapi, jika ditelaah lebih dalam mungkin saja ada kaitannya. Apalagi penghapusan Red Notice lebih dulu terjadi, kemudian keluar surat jalan bagi salah satu buronan nomor wahid Pemerintah RI ini.

Djoko Tjandra memang sosok pengusaha yang lihai dan punya hubungan erat dengan sejumlah oknum aparat hukum di lndonesia, sehingga dia leluasa kembali ke lndonesia. Bahkan mendapat privilege oleh oknum-oknum perwira tinggi di Mabes Polri. Peristiwa ini sangat mencoreng kewibawaan atau marwah institusi Polri yang berusaha dibangun pimpinan Polri beberapa tahun belakangan dengan motto Profesional Modern Terpercaya (Promoter).

Kapolri Jenderal ldham Azis yang concern ingin memperkuat motto Promoter pasti sangat kecewa, marah dan sedih setelah mengetahui sejumlah perwira tinggi Polri melakukan perbuatan tercela dan memalukan ini. Idham segera mengambil langkah cepat mencopot Karo Korwas PPNS Bareskrim Polri Brigjen Prasetijo Utomo dan memerintahkan Divisi Propam Polri untuk menahan dan memeriksanya. Sedangkan, hal serupa dilakukan ldham, mencopot Ses NCB lnterpol lndonesia Brigjen Nugroho S Wibowo serta Kepala Divisi Hubungan lnternasional (Polri) lrjen Pol Napoleon Bonaparte, terkait penghapusan Red Notice buronan Djoko Tjandra.

Apa boleh buat Kapolri ldham terpaksa harus mencopot koleganya sendiri, karena Irjen Napoleon juga alumni angkatan 88. Sementara Brigjen Prasetijo Utomo dan Brigjen Nugroho S Wibowo lulusan Akpol 1991 seangkatan dengan Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo. Memang untuk menyelamatkan nama baik institusi Polri yang beberapa tahun belakangan sudah makin baik citranya di mata masyarakat, tindakan tegas harus diambil. Bahkan, untuk memulihkan kepercayaan publik ketiga jenderal ini jika ada indikasi menerima imbalan dari buronan Djoko Tjandra, mereka harus disidik secara pidana.

Walaupun kasus surat jalan dan penghapusan red notice bagi buronan Djoko Tjandra, suatu tindakan yang dilakukan sendiri-sendiri oleh oknum-oknum Pati Polri tersebut, tapi imbasnya sepertinya digunakan pihak pihak tertentu untuk mendiskreditkan alumni akpol angkatan 1988 dan 1991 yang notabene di gadang-gadang menjadi calon Kapolri pengganti Jenderal ldham Azis. Seperti diketahui, lulusan Akpol 88 A yang berpeluang menjadi Kapolri, ialah Wakapolri Komjen Pol Gatot Edi, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sujana dan Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafly Amar. Sedangkan lulusan Akpol 88 B, Kabaintelkam Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel dan Irjen Kemenkumham Komjen Pol Andap Budi Revianto.

Apakah perbuatan tercela yang dilakukan oknum oknum perwira tinggi lulusan Akpol 1988 ini akan berpengaruh terhadap para kandidat Kapolri berikut, masih bisa dipertanyakan. Tapi jika hal ini terus diblow-up media tentu hal ini bisa menciptakan image buruk bagi angkatan itu sendiri. Kasus ini pernah menimpa Akpol 1984, ketika Irjen Djoko Susilo, tersandung kasus simulator SIM.

Selain, lulusan Akpol 1988, yang kini menjadi sorotan lulusan Akpol 1991. Akibat perbuatan Brigjen Prasetijo Utomo, para jenderal koleganya kena imbas. Salah satunya Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo. Apalagi Sigit, adalah satu kandidat Kapolri pengganti Idham Azis, karena kedekatannya dengan Presiden Joko Widodo. Sigit dan koleganya di angkatan 1991, seperti lrjen Pol Mohammad lqbal, Kapolda NTB, Irjen Pol Moh. Fadil lmran, Kapolda Jatim, Irjen Pol Merdisyam, Kapolda Sultra dan lrjen Pol Wahyu Widada, Kapolda Aceh, diblow-up di media, karena menguasai jabatan jabatan istimewa di era Kapolri Jenderal ldham Azis. Padahal mereka mendapatkan jabatan itu karena berbagai prestasi yang dibuatnya.

Memang, kasus Djoko Tjandra ini telah mencoreng nama institusi Polri di mata publik. Prestasi-prestasi Polri dalam mengungkap berbagai kejahatan seperti pengungkapan kasus narkoba sebanyak ratusan kilo sabu serta kejahatan konvensional dan trans nasional lainnya seperti sirna. Padahal, masih banyak polisi-polisi berpangkat rendah di pelosok pelosok negeri tetap setia dengan tugasnya melayani dan mengayomi masyarakat.

*Nico Karundeng* – (Wakil Pemimpin Redaksi www.beritabuana.co)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *