Menteri LHK Lega Fase Kritis I Karhutla Terlewati

by
Menteri LHK, Siti Nurbaya. (Foto: Humas KLHK)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Berbekal analisis dan rekomendasi BMKG, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengupayakan pencegahan dini kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Upaya tersebut dilakukan dengan merekayasa jumlah hari hujan untuk pembasahan gambut yang rentan terbakar melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di provinsi rawan karhutla.

Dalam keterangan resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Senin (15/6/2020), Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan, modifikasi cuaca ini juga dimaksudkan untuk mengisi embung dan kanal, dengan memanfaatkan potensi awan hujan.

“Berdasarkan prakiraan BMKG, musim kemarau 2020 telah dimulai sejak memasuki Juni dan akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang,” tambahnya.

Menteri LHK juga mengatakan, rekayasa ini terbukti secara scientific atau berbasis ilmu pengetahuan menambah volume air yang dijatuhkan ke daerah-daerah rawan karhutla, sehingga potensi karhutla dapat diantisipasi dengan baik.

”Alhamdulillah upaya pencegahan melalui teknologi berbasis science, daerah rawan seperti Provinsi Riau, Sumsel, dan Jambi dapat melewati fase kritis I karhutla tahun ini,” ucapnya.

Meski diakui Siti Nurbaya upaya yang dilakukan jajarannya di KLHK memang harus sedikit lebih berkorban dengan melakukan rekayasa hari hujan lebih awal guna membasahi gambut, juga untuk mengisi embung dan kanal.

“Tahun ini kita lakukan lebih cepat karena sangat penting menjaga masyarakat terhindar dari ancaman karhutla, terlebih lagi di masa pandemi Corona,” imbuhnya.

Periode I TMC telah dilaksanakan sejak 11 Maret-2 April 2020 di Provinsi Riau. Dilaksanakan sebanyak 27 sorti atau penerbangan, dengan bahan semai 21,6 ton NaCL. Menghasilkan 97.8 juta meter kubik air hujan.

Sedangkan untuk periode II TMC, dilaksanakan di Provinsi Riau dari tanggal 13-31 Mei 2020, Dengan menggunakan pesawat Cassa 212 C TNI AU, ada 16 sortie DAN jumlah bahan semai (NaCL) mencapai 12,8 ton. Adapun volume hujan yang dihasilkan mencapai 44,1 juta meter kubik.

Sedangkan untuk wilayah Provinsi Sumsel dan Jambi dilaksanakan TMC sejak tanggal 2-13 Juni dan telah dilakukan 11 sorti penerbangan dengan total bahan semai garam NaCl sebanyak 8.8 ton. Adapun total volume air hujan secara kumulatif dari hasil TMC diperkirakan mencapai 23,71 juta meter kubik.

Rekayasa ini, menurut Menteri Siti Nurbaya, juga melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), berdasarkan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2020 tentang penanggulangan karhutla sebagai satu-satunya institusi negara yang memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan TMC. Ada beberapa Provinsi rawan yang menjadi fokus penanggulangan Karhutla yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Namun Siti merasa lega, pada fase kali ini cukup baik.

”Kita biasanya di bulan Juni atau lebaran, agak khawatir dengan perkembangan cuaca. Sekarang sementara agak lega, namun tetap waspada untuk fase kritis tahap dua di puncak musim kemarau bulan Agustus mendatang. Seluruh pihak terkait harus benar-benar meningkatkan kewaspadaan,” kata Siti. (Kds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *