Penakluk Wabah

by
Jaya Suprana

PADA masa terpaksa mengkarantina diri di rumah masing-masing akibat pageblug Corona, sahabat sesama pianis dan pendidik musik yang putri Empu Pianis Nusantara, Iravati Sudiarso dan cucu keponakan Pahlawan Nasional Indonesia Dr. Tjipto Mangunkusumo, Aisha Sudiarso-Pletcher berbagi sebuah kisah kepahlawan menaklukkan wabah sebagai berikut :

Maut Hitam

Pada 1910, wabah pes melanda Malang. Epidemi pes diberi julukan mengerikan : Maut Hitam. Meski pageblug Maut Hitam sudah merajalela, para dokter Eropa di Batavia enggan pergi ke Malang untuk mengobati pasien pes yang mayoritas pribumi.

Masa itu penuh rasisme memecah-belah masyarakat berdasarkan warna kulit dan asal-usul didukung secara hukum oleh pemerintahan kolonial.

Apabila wabah pes di Malang, kalau tidak cepat ditangani, dikuatirkan pemerintah kolonial kekurangan kuli orang-orang kulit cokelat akibat tewas terkena kutukan Maut Hitam.

Waktu wabah pes melanda Malang, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo yang lulusan STOVIA itu sedang jenuh bekerja di jawatan kolonial. Ia mengajukan diri sebagai relawan dokter ke Malang sambil berkomentar bahwa tidak bertanggungjawab membiarkan beribu-ribu orang jatuh jadi korban pes dengan harapan wabah itu akhirnya menjadi bosan sendiri akibat kehabisan korban orang Jawa.

Tanpa memakai masker atau tutup hidung dan mulut, dr. Tjipto maju tak gentar menjelajah pelosok-pelosok desa di Malang guna membasmi pes. Beliau sudah sepenuhnya menyerahkan dirinya kepada nasib.

Pesjati

Ketika berada di sebuah desa, Tjipto mendengar tangisan bayi dari sebuah gubuk kumuh. Ternyata di dalamnya ada seorang bayi perempuan yang telah yatim piatu karena semua orangtuanya telah meninggal dunia akibat pes.

Dipungutlah bayi perempuan itu menjadi anak Tjipto dan diberi nama Pesjati,” tulis Soegeng Reksodihardjo, dkk. dalam Dr. Cipto Mangunkusumo (1992).

Anak itu kemudian dibesarkan dan dididik oleh Tjipto bersama istri Tjipto, Ny. de Vogel. Pesjati berhasil menyelesaikan pembelajaran di Sekolah Kepandaian Putri.

Berkat keberhasilan Tjipto menaklukkan wabah pes di Malang, Kerajaan Belanda menganugrahkan bintang penghargaan kepada Dr.Tjipto Mangoenkoesoemo.

Koran Perniagaan edisi 15 Juli 1912 memberitakan bahwa seorang dokter Jawa bernama Tjipto Mangoenkoesoemo dianugerahi bintang penghargaan Ridder in de Orde van Oranje Nassau.

Penghargaan

Kisah perjuangan Dr. Tjipto Mangunkusuno menaklukkan Maut Hitam pada tahun 1910 senafas dengan kisah para dokter dan perawat Indonesia di gugus terdepan perjuangan menaklukkan pageblug Corona pada tahun 2020. Mereka semua adalah para Pahlawan Kesehatan sejati yang sepenuhnya menyerahkan diri kepada nasib.

Apabila pemerintah Kerajaan Belanda telah berkenan menganurahkan penghargaan Ridder in de Orde van Oranje Nassau kepada Dr. Tjipto Mangunkusumo atas jasa menaklukkan wabah pes maka alangkah indahnya apabila pemerintah Republik Indonesia berkenan menganugrahkan penghargaan Dr. Tjipto Mangunkusomo kepada IDI mewakili para dokter dan PPNI mewakili para perawat yang berjuang di barisan terdepan medan pertempuran melawan angkara murka wabah Corona.

*Jaya Suprana* – (Penulis adalah pembelajar sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *