Amji Attak, Pahlawan Kepolisian dari Dayak Kanayant yang Layak Jadi Pahlawan Nasional

by
Christina memberikan buku Amji Attak pada seorang anggota Resimen Pelopor, Korps Brimob POLRI

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Ketika Operasi Dwikora mulai digaungkan pada Mei 1963 oleh Presiden Soekarno, Resimen Pelopor menugaskan beberapa agen andalannya melakukan tugas intelijen ke negara tetangga Singapura, waktu itu masih bergabung dengan Malaysia hingga Thailand. Satu di antara agen intelijen andal itu, adalah Amji Attak.

Amji Attak adalah alumnus Sekolah Ranger atau Sekolah Pendidikan Mobile Brigade di Watukosek, Porong, Jawa Timur pada 1959, angkatan ke-2, Kompi 5995.

Ia satu angkatan dengan Anton Soedjarwo, yang kemudian menjadi Jenderal legendaris Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri tahun 1982-1986).

Kisah heroik Amji Attak dituliskan dalam buku oleh Christine Lomon Lyons.

Menurut Christine yang dihubungi hari ini,17 September 2020, Amji sekelas dengan Anton Soedjarwo (alm) saat menempuh pendidikan Ranger di Watukosek, Jawa Timur.

“Anton Soedjarwo selalu mengandalkan Amji dalam berbagai operasi militer. Seperti Trikora di Irian Barat dan terakhir Dwikora, Konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963-1965. Mereka memiliki hubungan profesional antara Komandan dan anak buah, ” ujar Christine.

Dalam menulis buku, Christine Lomon mulai mengumpulkan data sejak Mei 2018. Data sempat hilang di laptop, ketika penulisan sudah 50 persen. Akhirnya sempat menulis ulang.

ISTIMEWA

“Terhenti setahun karena banyak traveling ke Kalimantan dan menulis untuk situs Dayakdreams.com. Bisa selesai, setelah pandemi Covid 19, harus di rumah saja, WFH, sejak Februari 2020, akhirnya buku selesai juga,” katanya.

Christine Lomon tergerak menulis tentang Amji karena Amji berasal dari suku Dayak juga. “Hanya Amji subsuku Dayak Kanayant di Kabupaten Landak, Saya dari sub suku Dayak Bidayuh Sekayam di Kabupaten. Sanggau, perbatasan Entikong-Sarawak Malaysia.”

Amji Attak bertubuh kecil tapi tegap. Mungkin tingginya tak sampai 160 cm, sehingga orang awam sukar mengira ia seorang petugas intelijen, apalagi polisi. Setelah berkali-kali menyusup sebagai intel ke negeri jiran, Amji Attak kembali ditugaskan melakukan infiltrasi pada 10 Maret 1965 ke Malaysia.

Ipda Amji Attak dan kawan-kawannya dari Resimen Pelopor kemudian diberangkatkan untuk melakukan infiltrasi di Malaysia pada medio Maret 1965, pada waktu yang hampir sama dengan Usman dan Harun (KKO Angkatan Laut). Usman dan Harun tertangkap setelah berhasil melakukan pengeboman di Singapura, kemudian dihukum gantung.

Amji Attak dan timnya naik perahu menembus ombak besar Laut China Selatan. Mereka berangkat dengan menggunakan perahu nelayan, lewat Belakang Padang di Tanjung Pinang. Saat sudah dekat dengan daratan di pesisir Malasia, mereka kemudian mendayung. Saat itulah mereka dihadang kapal destroyer patroli Inggris dan Selandia Baru.

Amji pantang mundur dan bertarung mati-matian, walau akhirnya gugur di medan tempur. Selain Amji, turut gugur dalam pertarungan tak seimbang di lautan itu adalah Aipda Kitam, Aipda Winarto, Aipda Sudarin, Aipda Surat, Abrip Amat Munawar, dan Abrip Partono.

Mereka gugur pada 24 Maret 1965. Satu yang selamat dari tim Menpor itu, Abrip Roebino.

Namanya kemudian diabadikan sebagai nama Ksatrian Brimob Amji Attak di Kelapadua, Depok. Patung Amji Attak dan Taboki Takuda dibangun gagah di gerbang Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

Amji Attak, Patriot Indonesia ini lahir pada 1933 di desa Kepayang, Kecamatan Anjongan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Ia putra ke ke-7 dari 8 anak, seorang petani bernama Atak (Ayah) dan Ipah (Ibu), keduanya dari sub suku Dayak Kanayant.

Kariernya diawali dari Kalimantan Barat. Resimen Pelopor Korps Brimob Polri adalah Kesatuan kebanggaannya, dalam keseharian ia berdinas di Kompi 5995 berkedudukan di Mako Brimob Kelapadua Depok.

Hingga kini Ikatan Keluarga Ex Tawanan Pejuang Dwikora terus berjuang, agar kerangka jenazah para pejuang Dwikora di Malaysia, dapat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Tanah Air.

Buku Amji Attak adalah kisah epic perjuangan Putra Dayak dalam ikut mempertahankan kedaulatan NKRI.

Buku ini juga sebagai wujud sumbangsih penulis untuk suku bangsa Dayak.

Majelis Adat Dayak Nasional, melalui Presidennya, Drs. Cornelis, SH, MH, menyatakan rasa bangganya terhadap sosok Amji Attak ini. Sang ksatria Dayak yang telah berjuang untuk kedaulatan bangsa dan negara Indonesia.

MADN mendukung agar Presiden Republik Indonesia menganugerahkan gelar PAHLAWAN NASIONAL kepada Amji Attak.

Christina Lomon Lyons, penulis Buku Amji Attak – Kisah Perjuangan Sang Bhayangkara Resimen Pelopor Korps Brimob POLRI, meniti karier di dunia wartawan sejak 1984 (freelance), kemudian menjadi reporter hingga mencapai karier sebagai Pemimpin Redaksi di Tabloid Wanita Indonesia.(efp)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *