Kemana Bupati Tapsel?

by
Raja Pane. (Foto: Dok)

BANJIR bandang di Kota Sipirok Narobi sudah berlalu sepuluh hari. Banyak yang menaruh simpati atas terjadinya musibah kemanusian tersebut.

Inilah banjir perdana di Sipirok dalam kurun waktu 100 tahun lebih. Kita tak pernah mendengar ada banjir di kota tersebut mengingat kota dan desa di Sipirok berada di lereng Gunung Sibualbuali yang cukup tinggi dari permukaan laut. Banjir ini tentu sangat mengagetkan karena merenggut nyawa manusia.

Uluran tangan pun mengalir. Mulai dari doa, donasi, obat-obatan, pakaian, beras, telor, Indomie, handuk, kaos kaki, jilbab, rokok, sikat gigi, hingga selimut dan lainnya disampaikan kepada korban banjir. Semua bantuan itu mengalir deras karena rasa kemanuasian yang sangat tinggi sesama ummat manusia.

Ikatan Keluarga Alumni Pelajar Sipirok (IKAPSI) termasuk yang cepat bergerak. Sehari setelah banjir, IKAPSI langsung menggalang dana. Malam itu juga bantuan disalurkan ke korban banjir: beras, indomie, dan telor. Relawan DPD IKAPSI Tabagsel di Sipirok dibentuk dan bergerak bak tim buru sergap. Cepat, tepat, dan fokus kepada korban banjir. Bukan hanya di kota Sipirok. Tapi, juga ke desa2 lainnya yang terisolir.
Listrik mati, jalan terputus, komunikasi sulit, bahan bakar gas susah didapat, membuat IKAPSI mencari solusi di hari kedua.

Besok paginya, tidak lagi menyalurkan beras, telor, dan indomie. Pola bantuan diubah, yakni mempersiapkan nasi bungkus. Nasi bungkus yang jumlahnya ratusan akhirnya dilalap dan ludes oleh saudara-saudara kita yang kelaparan.

Pola ini akhirnya efektif untuk memenuni komsumsi makan pagi, siang, dan sore. Soalnya untuk memasak lauk pauk sulit di lokasi banjir karena banyak desa yang terisolir.

Air bersih sulit didapat dan peralatan masak juga tersapu banjir. Semua serba susah. Maklum, banjir bukan hanya sekejap. Tapi cukup lama akibat hujan deras yang turun terus menerus diiringi angin kencang puting beliung.

Banjir (bencana alam) memang sulit diantisipasi meski laporan cuaca sudah memprediksinya. Tapi, manusia terkadang kurang tanggap dan sering lupa diri.

Padahal, tanah tumpah darah kita ini rawan bencana. Ada gunung berapi, ada laut yang berpotensi Tsunami. Ada curah hujan tinggi yang terus mengintai dan angin topan yang tidak bersahabat. Tentu saja longsor bisa seketika menimpa desa.

Tsunami Aceh sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga. Pemerintah seharusnya harus cepat tanggap untuk meminimalis korban. Pemerintah harus cepat memberikan pertolongan. Karena pemerintah memiliki segalanya, termasuk garis komando. Maka sejak Tsunami Aceh 2004, dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah sebuah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam melakukan penanggulangan bencana sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Secara formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana merupakan lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Pemerintah memang belum menentukan status bencana Sumatera sebagai bencana nasional. Tapi, seharusnya BPBD harus cepat bekerja sama dengan Pemkab dan Pemkot. Mengingat BPBD ini sudah berdiri 21 tahun lalu. Dan tentu tidak ada alasan bergerak lamban.

Banyak memang yang mempertanyakan, kenapa begitu lelet BPBD turun tangan di Kota Sipirok dan sekitarnya? Harusnya begitu terjadi banjir bandang, mereka siap dengan tugasnya. Karena mereka adalah perpanjangan tangan presiden yang siap bekerja, kapan, dimana, dan dalam cuaca dan kondisi apapun.

Anehnya lagi, banyak warga Sipirok mempertanyakan keberadaan Bupati Tapsel Gus Irawan Pasaribu: Kok lama baru muncul di Kota Sipirok? Ada apa? Hingga tiga hari musibah di Sipirok Narobi, dia tidak pernah muncul.

Barangkali, mungkin dia ke Batang Toru atau daerah lainnya. Bisa jadi. Namun, sebagai ibu kota Tapsel, sosok salah satu keluarga Pasaribu yang turun temurun bertahta di Tapsel ini, seharusnya segera turun tangan. Bukan berpangku tangan. Walau ia akhirnya muncul di Sipirok dan desa2 di sekitarnya.

Ya, sebagai manusia nomor satu di Tapsel, Gus Irawan harus tanggap dan cepat bergerak membentuk tim. Sehingga kehadiran dan sentuhannya betul-betul dirasakan warga Sipirok Narobi.

Bukankah Gus dalam kampanyenya Pilkada 2024 menyatakan: akan mengerahkan segala kemapuannya buat Tapsel, tentu juga buat masyarakat Sipirok dan sekitarnya?

Ya, di saat rakyat dalam keadaan sulit dan terkena himpitan hidup, sentuhan dan simpati pimpinan sangat dibutuhkan. Minimal, kehadirannya bisa mengobati luka dan duka. Bukan hanya hadir di saat masyarakat sangat ceria. Apalagi saat kampanye untuk mendapat dukungan suara dari warga.

Bahkan, Syahrul Pasaribu, tokoh sentral pemenangan Gus Irawan Pasaribu itu jarang kelihatan di Sipirok. Padahal, mantan Bupati Tapsel yang doyan membuat pengajian dan lobi-lobi politik ini sangat sering muncul di Sipirok dan sekitar saat Pilkada Tapsel 2024. Ya, begitulah politisi. Bisa dimaklumi. Padahal, sebagai tokoh Tapsel, kehadirannya sangat dibutuhkan masyarakat. Syukur-syukur memberikan bantuan di kala masyarakat terjepit.

Nah, buat Bupati Tapsel Gus Irawan, inilah saat yang tepat untuk menyampaikan kepada Departemen Kehutanan agar segera mengehentikan segala bentuk pembalakan liar di Tapsel.

Karena peranan penebangan pohon juga ikut berkontribusi terjadinya banjir bandang. Dan Gus juga harus menyelesiakan konflik warga Sipirok yang bertikai dengan perusahaan besar perkayuan mengenai tanah dan ladang. Karena perusahaan tersebut terus melakukan ekspansinya untuk mengambil kayu-kayu besar.

Bila perlu Gus Irawan lapor kepada Presiden Prabowo. Kata almarhum mantan presiden Gus Dur: Gitu aja kok repot. Apalagi, yang akan menyampaikan itu sama-sama bernama Gus.

Bagi warga Sipirok Narobi mari bangkit. Masyarakat Sipirok Narobi tidak boleh hanya tergantung kepada pemimpinnya. Mari bangkit dan berdiri di atas kaki sendiri sambil berdoa: Ya Allah, banjir dan musibah ini menjadi yang pertama dan terakhir di Sipirok Narobi.

*Raja Pane* – (Putra kelahiran Sipirok, Ketua Dewan Redaksi www.beritauana.co, dan Koordinator Forum Wartawan Kebangsaan