Bencana Gaza: “Nekropolitik” da  “De-Humanisasi” 

by
Gaza menangis. (Ilustrasi/Foto: google)

PERNAH dengar kata “Nekropolitik”? Atau,  sudah melihat Gaza hari ini?

“Nekropolitik”! Satu teori tentang “mayat hidup”, yang dipaksa tetap tergantung antara hidup dan mati.

Memaksa kehidupan kontemporer (kekinian), menghadapi kematian yang sebenarnya tidak dia kehendaki! Israel dan Hamas telah menoreh tinta “darah”. Tinta “berlumur” merah rakyat sipil.

Apa yang terjadi di Gaza hari ini. Tak akan pernah kembali. Baik bagi Israel, maupun bangsa Palestina. Khusus Israel, telah menempuh jalan yang jarang dilalui manusia. De-humanisasi! Genosida!

Saatnya berhenti berperang! Tak perlu lagi saling menyalahkan! Mantan PM Israel, Ehud Olmert mengingatkan PM Benyamin Netanyahu (The Guardian/30 Mei).

“Berhenti! Sebelum kita semua (bangsa Israel) diusir dari pergaulan bangsa-bangsa. Lalu dipanggil ke pengadilan pidana internasional. Atas kejahatan perang, tanpa pembelaan  yang baik. Sudah cukup”!

Ada baiknya Netanyahu mendengarkan suara Olmert (PM 2006-2009)! Sang perdana menteri (PM sekarang)  tak mungkin menempuh dua jalan “bercabang” sekaligus: menghabisi rakyat Gaza (Hamas), sekaligus mempertahankan posisinya sebagai PM.

“Semak belukar”, atau jalan yang diinginkan dua sekutu kuatnya di pemerintah: Bezalel Smotrich, dan Ittamar Ben-Gvir, merupakan harga “mahal” yang harus dibayar Netanyahu. Stempel penjahat perang telah ter-internalis”. Melekat padanya.

Pilih genosida! Atau pilih bertahan sebagai PM! Bukan tudingan “ansich” genosida. Namun, cara “random sampling” IDF (infanteri) dan IAF (bom), dengan memburu Hamas tanpa selektif. Telah melahirkan “genosida”.

“Nekropolitik” yang dijalankan PM Netanyahu, dalam “ranah politik”, bisa dipahami. Andai mantan Dubes Israel untuk AS itu berkompromi tanpa “menghabisi” Hamas. Bisa dipastikan, Ketua Partai Likud ini akan “habis”. Jatuh! Dijatuhkan koalisinya.

Belum sampai di situ! Yang paling dicemaskan Netanyahu adalah tuduhan penyelidikan korupsi terhadapnya. Tudingan itu telah berlangsung lama, dan aman. Karena, setiap kali Netanyahu membuat kesepakatan dengan Hamas, isu ini akan bergulir.

Netanyahu, sebagaimana “perangkap politik” di mana pun. Tidak berkutik oleh ancaman koalisi “Sayap Kanan” di dalam pemerintahan (hasil pemilu Knesset/Parlemen 2022).

Parlemen Israel (Knesset) ke-25 yang beranggotakan 120 kursi, saat ini dikuasai mayoritas kabinet Netanyahu (64 kursi).

Sementara kelompok “Oposisi”, dengan 56 kursi. Seandainya, dua politisi sayap kanan (radikal) dari Partai Ha Tzionut HaDatit pimpinan Bezalel Smotrich (7 kursi) dan Otzma Yehudit  pimpinan Ittamar Ben-Gvir (6 kursi)  bergabung dengan oposisi.

Dipastikan, PM Israel Benyamin Netanyahu akan terjungkal. Sebanyak 13 kursi Ben-Gvir dan Smotrich, bila bergabung dengan oposisi pimpinan Yair Lapid (Partai Yesh Atid) di Knesset.  Maka komposisinya menjadi: 51 kursi (Koalisi Netanyahu), dan 69 (Koalisi Lapid).

Dengan begitu, Netanyahu ada kemungkinan akan diganti oleh PM baru, Yair Lapid.

Karena itu, sekalipun “angin” negosiasi gencatan senjata terbaru. Tengah bergulir antara Hamas-Israel, untuk menghentikan peperangan selama 60 hari. Saya pesimistis!

Imbalan, pembebasan 28 sandera Israel (10 hidup, 18 meninggal), serta 125 tahanan Palestina. Sulit disetujui Hamas! Bila Hamas setuju, itu indikator posisi Hamas tengah sulit dan lemah!

“Bargaining Hamas” lemah dalam draf yang telah ditandatangani pihak Israel itu. Tak ada kepastian penghentian perang permanen.

“Nekropolitik”! Teori “mayat hidup” akan terus menggelinding! Rasanya, harapan tinggal berpulang pada rasa malu manusia.

Menonton Gaza sambil menangis!

*Sabpri Piliang* – (Wartawan Senior/Anggota Dewan Redaksi www.beritabuana.co