Wings of Time: Kisah Inspiratif Seorang Pramugari dalam Seni

by

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Di balik hiruk pikuk Jakarta, Jakarta kembali mengadakan sebuah pameran karya seni tunggal oleh Inanike Agusta. Pameran yang bertempat di D’Gallerie ini berlangsung selama hampir sebulan penuh, mulai dari tanggal 24 November hingga 14 Desember 2024 lalu, di Jl. Barito I No. 3, RT10/RW7, Kramat Pela, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Melalui karya Inanike Agusta (38), seorang pramugari yang juga seniman, pengunjung diajak menjelajahi perpaduan unik antara seni dan kehidupan di langit. Dengan pendekatan yang unik dan segar, terinspirasi oleh pengalamannya sebagai pramugari. Karya-karyanya menggali konvergensi budaya melalui media seni, menantang batas-batas tradisional dan lebih menekankan pada respons emosional dan interpretasi pribadi.

Sejak dibuka pada 24 November 2024, pameran ini memikat hati para pengunjung dengan 55 karya yang beragam, mulai dari lukisan abstrak hingga instalasi. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah patung koper bersayap bertajuk Bound for the Infinite (Terikat Tanpa Batas). Karya itu terbuat dari media campuran, antara lain daun kering, kanvas, kain dan koper bekas, dengan bentangan sekitar 4 meter.

Patung ini ditampilkan bersama 55 lukisan dalam pameran tunggal di D’Gallerie bertajuk Wings of Time (Sayap Waktu). Instalasi ini menggambarkan koper yang setia menemani Inanike dalam ribuan jam terbangnya.

“Koper ini seperti sahabat saya, selalu membawa saya ke mana saja,” ujar Inanike dengan senyuman hangat saat pembukaan pameran, kemarin.

“Itu adalah koper pertamaku yang kini sudah rusak, lalu aku ubah menjadi sebuah karya seni. Di kedua sisinya, aku tambahkan sayap untuk memberikan kesan dramatis dan mencerminkan profesiku sebagai pramugari atau kru kabin pesawat,” tambahnya.

Namun, seni Inanike bukan sekadar estetika. Dalam setiap lukisannya, ia menyelipkan narasi personal yang menyentuh hati. Karya seperti Wherever I Fly Always Find My Home menyimbolkan rumah sebagai jangkar emosional, meski ia terus berpindah dari satu negara ke negara lain. Lukisan ini dipenuhi garis-garis penuh warna, melambangkan perjalanan dan koneksi mendalam dengan tempat-tempat yang ia kunjungi.

Karya-karya lainnya mencerminkan emosi dan filosofi kehidupan. Misalnya, Limited Time to Touch the Ground mengilustrasikan bagaimana waktu menjadi batas sekaligus dorongan untuk terus bergerak. Selain itu, Dalam Limited Time to Touch the Ground, Inanike Agusta menggambarkan hidupnya sebagai pramugari yang hanya sesekali menyentuh tanah, dengan waktu singkat untuk merasakan budaya di tiap tujuan. Lukisan ini mengeksplorasi konsep waktu dan dinamika kehidupan melalui warna cerah, sapuan kuas berani, dan garis diagonal yang menciptakan kesan pergerakan serta ketegangan. Pesan utamanya adalah pentingnya menghargai setiap momen di Bumi.

Selain lukisan abstrak, Inanike juga menghadirkan karya dengan nuansa sejarah dan budaya dari berbagai negara. Lukisan-lukisan seperti Historical District Old Jeddah dan Civilization of Egypt menangkap keindahan bangunan ikonik yang ia saksikan selama perjalanannya. Ia bahkan melukis langsung di lokasi, seperti Opera House di Sydney, Piramida di Mesir, hingga jalan-jalan romantis di Paris.

“Setiap garis dan warna dalam lukisan saya adalah cara untuk mengabadikan kenangan dan atmosfer yang saya rasakan,” jelasnya.

Pengunjung tidak hanya disuguhi karya seni yang memanjakan mata, tetapi juga diajak untuk merenungi makna waktu dan kebebasan melalui pandangan seorang pramugari.

Inanike mengungkapkan, waktu adalah paradoks. Ia dapat menjadi teman yang membebaskan, tetapi juga lawan yang membatasi. Filosofi ini hadir dalam karya-karya yang kaya simbolisme, seperti lingkaran yang mewakili siklus kehidupan dan warna-warna cerah yang melambangkan optimisme.

Hal menarik lainnya adalah bagaimana Inanike mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan ke dalam proses berkreasinya. Limbah cat berupa tube logam yang biasa dianggap tidak berguna diubahnya menjadi elemen seni dalam lukisan abstrak. Sikap ini tidak hanya mencerminkan jiwa kreatifnya, tetapi juga kepeduliannya terhadap keberlanjutan.

Totalitas Inanike terlihat dari kehadirannya di ruang pameran. Ia bahkan mengambil cuti panjang agar bisa berinteraksi langsung dengan pengunjung. Dalam salah satu sudut galeri, ia membangun ruang kerja mini di mana ia melanjutkan proses melukis.

“Saya ingin menunjukkan proses kreatif saya langsung kepada pengunjung,” ungkapnya dengan semangat.

Pameran Wings of Time bukan hanya sekadar perayaan seni, tetapi juga refleksi mendalam tentang waktu, perjalanan, dan kebebasan. Pameran Wings of Time menutup setiap langkahnya dengan meninggalkan jejak inspirasi yang mendalam. Melalui perjalanan seni dan kehidupan, Inanike Agusta menunjukkan bahwa waktu adalah elemen yang begitu berharga, yang harus dihargai dan dinikmati. Pameran ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga undangan untuk memaknai kehidupan dengan cara yang lebih penuh arti.

Penulis: Ferdian Agustianto Pratama, Rafli Dwi Atmojo Putra Cemerlang, Maulana Agung Subeqi, Muhammad Nur Risky Maulidana (Mahasiswa UBSI Kaliabang)