BERITABUANA.CO, KALABAHI – Masyarakat yang 10 Desa di Pantai Utara (Pantura) Pulau Alor sepakat mendukung dan memenangkan Balon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi (SPK) dan Adrianus Garu (AG) atau Paket SIAGA pada Pilgub 27 November nanti.
Hal ini disampaikan para tokoh masyarakat dalam acara tatap muka Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi dengan orang tua adat dari 12 suku dan masyarakat dari 10 Desa yakni Desa Oa Mate, Hula, Wahing, , Aimoli Barat, Aimoli, Ala’ang, Kokar, Alila, Alila Selatan dan Alila Induk yang berlangsung di lapangan bola Sayeng, Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut, Kamis (19/8/2024).
Tokoh masyarakat Desa Aimoli, Adolf La’a pada kesematan tatap muka tersebut mengatakan, SPK adalah satu-satunya calon gubernur yang sudah sampai di Aimoli. Ini merupakan wujud cinta seorang pemimpin yang rela datang untuk mendengar apa yang menjadi keluhan masyarakat.
“Ijinkan kami menyapa sebagai gubernur NTT periode 2024-2029. Gubernur Piet A Tallo yang datang melakukan peletakan batu pertama di gereja Sayeng, dan saya ingat benar yang membantu untuk angkat campuran itu adalah seorang tentara,” kata Adolf.
Hal senada disampaikan oleh Zakeus Duka, tokoh masyarakat dari Desa Oa Mate itu berharap agar SPKi tidak melupakan masyarakat Alor, yang ada di wilayah Pantura. Dia beraharap agar ruas jalan provinsi yang belum dikerjakan, dapat dituntaskan pada masa Simon Petrus Kamlasi menjadi gubernur NTT.
“Terimakasih telah datang di Pantura Alor. Doa dari mereka yang ada di gunung agar bapak jadi gubernur NTT. Mereka ingin sekali bertemu tapi tidak bisa meninggalkan kebun yang sementara panen,” tegas dia.
Dominggus Maro, tokoh masyarakat dari Desa Ala’ang mengharapkan agar kehadiran SPK di Pantura harus menjadi sejarah yang harus diingat dengan memenangkan dirinya menjadi gubernur NTT.
“Kami bangga karena seorang calon gubernur bisa hadir ditengah kami karena ini kali pertama calon gubernur sampai ke tempat kami. Kami sudah bertekad untuk mendukung Paket SIAGA nanti di Pilgub NTT,” ungkapnya.
Sementara Calon Gubernur NTT, SPK mengatakan, dia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai tentara hanya untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang sekian lama hidup dalam keterbatasan. Sebagai Prajurit dia telah hidup bersama rakyat dan paham benar apa yang menjafi kendala dan harapan masyarakat.
“Saya memilih untuk meninggalkan bintang demi rakyat NTT. Saya ingin nama saya harum seperti nama almarhum Piet A Tallo. Ketika nanti anak cucu saya datang ke Aimoli, mereka akan mendengar bahwa bapak atau kakek mereka telah sampai ke tempat ini untuk berbuat sesuatu yang patut dikenang,” tambah SPK.
Menurut SPK, kedepan para petani harus tanam dua kali dalam setahun dan tidak harus menunggu musim hujan datang untuk berkebun. Dan berjanji akan membuat titik air di semua pelosok bagi kepentingan pertanian maupun peternakan. Bicara kesehatan, bicara stunting tapi kalau soal air bersih saja sulit bagimana mau lepas dari persoalan kesehatan yang telah berakar di NTT ini.
“Saya ini ahli air sehingga saya akan bikin air di mana-mana. Kita harus tanam dua kali setahun dan bapak ibu harus janji saya untuk kuat kerja di kebun. Saya adalah orang yang tidur bangun di kebun dengan rakyat. Saya ini prajurit yang selalu dengan rakyat. Pemimpin harus jadi contoh dan saya janji saya akan ada di kebun-kebun rakyat. Jadi Kepala Dinas harus cekatan. Kira kuasai teknologi pertanian. Kita bikin teknologi hemat air untuk lahan kering dengan irigasi tetes. Saya harus jadi gubernur untuk menolong para petani kita,” papar SPK.
SPKi secara tegas mengatakan, untuk membawa NTT keluar dari ketertinggalan maka kerja kolaborasi itu sangat perlu dilakukan. Sebagai perwira, dirinya harus memastikan setiap prajurit bekerja dengan benar dan tidak boleh main-main dengan kepentingan rakyat. Dai juga berjanji untuk membuat embung-embung sebanyak mungkin sehingga air hujan yang sedikit tidak langsung lati dan hilang ke laut.
Ketua Tim Pemenangan Paket SIAGA, Kristo Blasin mengatakan, tidak banyak orang yang mau meninggalkan zona nyaman, untuk bersusah payah dengan rakyat. Apa yang dilakukan oleh seorang Simon Petrus Kamlasi merupakan rasa cinta yang dalam bagi rakyat NTT.
“SPK berani menanggalkan bintang di pundak. Dia merelakan kemegahan demi memberi diri untuk rakyat. Ini putra terbaik dari TTS untuk jadi gubernur. Untuk itu kita bicara tentang siaga di mana-mana. Di kebun di laut di gunung di manapun kita bicara Siaga,” tegasnya.
Sebelum melakukan tatap muka, Simon Petrus Kamlasi melakukan penanaman pohon lengkeng di kintal Gereja Sayeng Aimoli. Dia berpesan agar pohon yang ditanamnya, dipelihara dengan baik. (*/iir)