Pada Orde Apa Anda Berdiri?

by
Ilustrasi
Waketum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah. (Foto: Ist)

Oleh: Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah

SESUNGGUHNYA, saling Tuduh menuduh di kalangan Elit dengan cap dan stempel yang berasal dari perdebatan masa lalu tentang rezim rezim lama, menggambarkan bahwa perdebatan politik kita memang belum memasuki substansi. Iya masih berputar putar di wilayah Simbolik .

Tentu ini sangat perlu untuk Disesalkan tetapi semuanya memang menggambarkan kualitas dari demokrasi Indonesia yang sangat didominasi oleh para pimpinan partai politik yang tidak kunjung masuk ke dalam isu isu yang penting bagi masa depan generasi mendatang.

Sesungguhnya bahwa kesulitan kita untuk keluar dari pesan pesan Simbolik tentang masa lalu dan keterjebakan kita dalam politik aliran dan idiologi di satu sisi dapat dianggap sebagai penegasan tentang kental nya polarisasi politik yang tadinya ingin kita tinggalkan. Tapi di sisi yang lain juga menggambarkan betapa sulitnya merumuskan satu narasi kebangsaan yang dapat meninggalkan kita dari jeratan dan jebakan politik masa lalu yang tidak baik untuk diteruskan.

Gelombang Sejarah Baru.

Pada generasi baru ini, seharusnya kita melihat gelombang sejarah Indonesia sebagai progresi dari masa ke masa dan menghargai capaian dari generasi generasi sebelumnya sebagai tangga untuk meletak kan agenda masa depan.

Katakanlah kalau kita berbicara orde lama, maka jasa dari generasi orde lama adalah kemampuan mereka untuk menuturkan sebuah republik baru yang lahir dari batang tubuh feodal yang di Kangkang oleh kolonialisme yang akhirnya menciptakan perasaan kolektif untuk menjadi sebuah republik modern.

Karya ini bukanlah sebuah kerja yang sederhana tetapi satu ikhtiar untuk menemukan jiwa republik itu Dari reruntuhan tradisi lama dan nilai nilai yang masih Tersimpan sebagai arwah bangsa.

Demikian juga dengan generasi orde baru, salah satu jasa terpenting mereka adalah kemampuan untuk membangun institusi negara modern dengan segala kompleksitasnya di seluruh sektor pemerintahan dan bahkan juga berhasil meletakkan fondasi bagi perekonomian negara yang modern sebagai tangga menuju industrialisasi.

Tetapi kedua orde tersebut runtuh akibat ketidakmampuan memenuhi hasrat dan harapan masyarakat ketika pemerintah gagal menjelaskan untuk apa sebuah kekuasaan dipertahankan begitu lama ketika aspirasi baru dari masyarakat baru tidak tertampung dengan baik.

Dan sekarang kita berada pada gelombang sejarah baru, yang sudah sangat berbeda dengan gelombang sejarah lama yang ber Patri pada politik aliran dan aliran politik serta kecurigaan berlebihan pada cara berfikir masing masing.

Gelombang sejarah baru ini hendak menuntaskan apa yang masih dianggap konflik oleh masa lalu dan ingin memulai membangun kesepakatan bahwa Indonesia memerlukan kebersamaan untuk merumuskan mimpi barunya dalam gelombang sejarah baru yang akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan utama dari negara negara besar yang ada di dunia sekarang ini.

Untuk itulah literasi dan perdebatan para pemimpin selayaknya difokuskan pada Imajinasi tentang masa depan dan keinginan kuat yang masif dan menderu deru agar Indonesia menjadi kekuatan yang melampaui banyak negara Yang merdeka bersamaan dengan kita atau lebih lama dari kita tetapi telah menggapai satu tingkat kemajuan yang melampaui kita.

Inilah yang seharusnya mengisi hari hari kita ke depan dalam 75 hari yang pendek. Semoga para pemimpin mulai berbicara hal hal yang layak untuk di per bincangkan oleh generasi yang akan datang oleh kaum Millennial dan Zillenial Yang katanya akan mewarnai lebih kurang 60% pemilih Pemilu yang akan datang.

Selamat berdebat wahai pemimpin bangsa! ***