Banyak Eksperimen Politik Uji Coba di Pemilu 2024

by
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP-UI, Hurriyah. (Foto: GMC)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik-Universitas Indonesia (FISIP-UI) Hurriyah melihat, banyak eksperimen politik yang diuji coba untuk memenangkan kotestasi di Pemilu 2024, karena kompetisi ketidakpastiannya sangat tinggi. Bahkan, tidak ada satupun calon yang hari ini mampu men-secure-kan, mengamankan 50% suara.

“Semuanya kalau kita lihat, di kisaran 30-20 persen. Akhirnya partai nyoba ini, nyoba itu, semua nggak ada jaminan berhasil. Mau di Prabowo, Ganjar, Anies, semua sekedar asumsi mau mendulang suara. Dan itu menurut saya, bagian dari eksperimen politik,” kata Hurriyah berbicara diskusi Gelora Talk bertajuk ‘Sah! Prabowo-Gibran: Membaca Peluang dan Tantangannya’, dikutip Kamis (26/10/2023).

Hurriyah jutsru mengkwatirkan para calon presiden (capres), akan menggunakan kembali politik identitas untuk mendulang suara, karena ketidakpastian kompetisinya begitu tinggi.

“Kekhawatiran saya ketika ketidakpastiannya begitu tinggi kompetisinya begitu sengit. Politik identitas dipakai sebagai cara terakhir untuk memainkan emosi masa. Kita perlu berkomitmen serius sekali, agar kasus 2019 tidak terjadi lagi. Cukup Pemilu 2019 yang kita rusak,” katanya lagi.

Karena itu, Hurriyah meminta semua capres dan partai politik berkomitmen untuk tidak memainkan lagi politik identitas, terlepas dari semua kelebihan dan kelemahan pasangan capres-cawapres yang ada.

“Pemilu 2024 jangan dirusak lagi seperti seperti Pemilu 2019. Semua calon yang bertarung hari ini, terlepas dari kelebihan dan kelemahan masing-masing, semua partai dan capres untuk tidak mempolitisasi politik, terutama identitas agama dan identitas etnis lagi di Pemilu sekarang,” pintanya.

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik, FISIP UI mengatakan, eksperimen mengusung anak muda di Pilpres 2024 bisa menjadi batu uji bagi partai politik untuk mendorong mereka maju di Pilkada.

“Partai mengusung anak-anak muda di pencalonan di dalam semua Pemilu, tidak hanya Pileg atau Pilpres, tetapi Pilkada. Partai bisa mendorong kadernya, yang anak muda, apakah mereka dipilih karena seorang aktivis atau ada hubungan kekerabatan dengan elite tertentu. Saya kira ini bisa diuji hari ini,” katanya.

Ajang Pembuktian

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, pengusungan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024, bisa menjadi pembuktian bagi PDI Perjuangan, apakah menjadi Partai ID atau partai yang memilih ideologi atau tidak.

“Kan Pak Prabowo ini sudah dua kali Pilpres kalau di Jawa Tengah, maka diambillah Gibran agar bisa merebut suara di Jawa Tengah. Karena Prabowo sudah bolak-balik ke Jawa Tengah, bahkan mendirikan posko pemenangan suaranya tidak berubah 18 persen,” kata Pangi.

Menurut dia, Prabowo memahami betul peta politik di Jawa Tengah dengan menggandeng Jokowi melalui Gibran, maka suara PDI P dan Ganjar bisa dipecah dan berpindah ke Prabowo.

“Dengan mengambil Gibran, Jawa Tengah bisa di split suaranya, dan bisa terbelah. Sehingga PDI P di kandang banteng di Jawa Tengah tidak akan menang, karena ada efek Jokowi yang signifikan,” katanya.

Efek Jokowi yang akan menggerus suara PDI P dan Ganjar di Jawa Tengah ini, kata Pangi, juga akan menjadi ajang pembuktian bagi PDI P, sebagai partai yang memiliki ideologi atau tidak. Sehingga apakah benar yang bekerja adalah ideologi partai dan mesin partai, bukan efek calon yang diusung.

“Kan PDI P selalu mengklaim sebagai partai ideologi, bukan karena efek Jokowi hanya 9-13 persen, selebihnya karena kedekatan psikologis kader, ideologi Soekarno. Ini waktu yang tepat untuk pembuktian, apakah memilih figur atau ideologi,” katanya.

Jadi Efek saat ini, lanjut Pangi, menjadi pembelanjaran buat semua, apakah semua calon yang diusung PDI P di Jawa Tengah di semua tingkatan yang dikatakan tidak pernah kalah seperti klaim PDIP itu terjadi di Pilpres 2024 atau tidak.

“PDI P ini kan selalu mengatakan, Jokowi itu bukan siapa-siapa. Mereka mengatakan semua calon yang diusung di Jawa Tengah mau capres atau gubernur yang elektablitasnya rendah sekalipun akan menang. Nah, Jokowi Efek ini menjadi pembelajaran bagi kita semua, bagi PDI P dan Jokowi sendiri, apakah benar Jokowi menjadi magnet elektoral yang tinggi. Inilah waktu yang tepat pembuktiannya,” pungkasnya. (Ery)