Ronny Sompie: Masalah Sampah Kota Manado Harus Diatasi Pemkot dan Warga

by

BERITABUANA.CO, MANADO – Manado pernah diisukan termasuk dari 5 kota terkotor di Indonesia beberapa waktu lalu. Entah benar atau tidak, tapi masalah sampah kota Manado terus menimbulkan masalah serius, apalagi kesadaran masyarakat tentang kebersihan belum sepenuhnya baik.

Sebab itu, lokasi tempat pembuangan akhir sampah Sumompo makin sulit menampung tumpukan 339,89 ton sampah kota Manado per hari. Dengan luas 10 (TPA Sumompo) persoalan sampah terus menggunung. Apalagi TPA Sumompo mengadopsi sistem Sanitary Landfil yang digunakan di TPA Bantargebang, Bekasi.

Padahal sistem yang diadopsi dari Perancis oleh Pemda DKI saat ini tak juga berhasil mengatasi masalah sampah di DKI. Metode Sanitary Landfil merupakan pengelolaan/pemusnahan sampah dengan membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya dan kemudian menimbunnya dengan tanah.

Diakui pemerintah DKI pemakaian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jabar, sudah di titik kritis. Tinggi gunungan sampah di empat zona pengelolaan sanitary Landfil telah mencapai batas maksimal, yaitu 50 meter. Sedangkan DKI setiap hari membuang sampah hingga 7.700 ton per hari. TPST yang beroperasi sejak 1989 luasnya 104,7 ha, landfil (6 zona) 81,40 ha dan sarana prasarana 23,30 ha.

Jika TPA Sumompo tak segera berbenah, tentu masalah sampah kota Manado akan jadi momok bagi warga kota.

Menurut Bacaleg DPR RI Ronny F. Sompie dalam diskusi di Manado hari (Sabtu) ini, kondisi TPA Sumompo saat ini sudah cukup memprihatinkan, selain keterbatasan alat berat, lokasi lahan yang kian sesak dan menjadi pemicu persoalan pembuangan sampah. Sehingga perlu ada solusi cepat terhadap persoalan TPA Sumompo.

Mantan Kapolwiltabes Surabaya 2009-2010 mengakui, persoalan sampah bukan saja menjadi tanggungjawab pemerintah kota semata. Melainkan semua stakeholders terkait dengan manajemen pengelolaan sampah sejak di lokasi penghasil sampah seperti rumah penduduk, kantor, sekolah, pasar dan lain sebagainya.

“Dilakukan upaya bersama secara mapalus untuk memperkuat manajemen pengelolaan sampah sejak dari asal sampahnya. Kalau hanya berkutat pada upaya untuk membuka lahan baru untuk TPA semata, maka masalah pengelolaan sampah tidak akan selesai dan pada saatnya nanti akan menghadapi masalah yang lama, ” ungkap Mantan Dirjen Imigrasi ini.

“Torang memberikan edukasi dan juga wawasan kepada masyarakat di Manado, agar bisa bantu Pemkot Manado dengan cara mengelola sampahnya masing-masing dengan cara memisahkan antara sampah kering deng sampah basah yg mudah membusuk.

Dengan cara pengelolaan sampah sejak awal so bagus, maka pengelola sampah dari Pemkot tinggal gampang mo angkut sampah ke lokasi berikutnya, misalnya utk sampah basah dan organik bisa dibawa ke lokasi pembuatan pupuk organik. Sedangkan sampah kering so gampang dikelola oleh Bank Sampah yg so ada di setiap kelurahan.

Sampah kering bisa didaur ulang atau dijadikan energi terbarukan sebagaimana yang baru-baru ini dipelajari dan digelorakan oleh Bapak Gubernur Sulut saat berkunjung ke Korea Selatan deng Rusia juga China.

Menurut Calvin Castro, seorang tokoh LSM di Sulut, petinggi – petinggi pemerintah kota Manado jangan hanya turun lapangan lakukan tinjauan, harus ada penyelesaian sesuai perkataan dalam kampanye beberapa waktu lalu.

“Saat ini masyarakat Manado butuh penyelesaian akhir soal mengunungnya sampah di TPA Sumompo. Pasalnya, masalah lokasi TPA Sumompo sudah memburuk sejak lama, jika hanya turun – turun lapangan lakukan peninjauan tanpa ada solusi, saya rasa itu pencitraan saja. Pengamatan kami, Pejabat Pemkot Manado sudah banyak yang turun lakukan peninjauan TPA Sumompo, tapi tidak ada Solusi sampai saat ini. Keadaan dulu semasa pemerintahan pemimpin lama dan sekarang sama saja. Buktikan apa yang sudah dijanjikan,” tegas Calvin. (nico k)