Dosen ATVI Frisca Artinus di Presiden University: Televisi Tak Akan Mati

by
Program Studi Visual Communication Design President University, Cikarang, menggelar kuliah umum dengan tema ‘The Future of Televison Broadcast (masa depan siaran televisi).’ (Foto: Humas ATVI)

BERITABUANA.CO, BEKASI – Program Studi Visual Communication Design President University, Cikarang, menggelar kuliah umum dengan tema ‘The Future of Televison Broadcast (masa depan siaran televisi).’ Pada kesempatan tersbut, dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Frisca Artinus diberi kesempatan untuk memberikan paparannya tentang tema tersebut, Rabu (5/7/2023).

Tema tersebut dipilih demi melihat perkembangan siaran relevisi yang semakin beragam dan adanya kencenderungan generasi-z yang sudah tidakl pernah menonton televisi lagi.

“Mahassiwa kami yang didominasi oleh generasi-z sudah tidak pernah menonton televisi lagi, maka acara seperti ini akan sangat tepat untuk membuka sudut pandang mereka tentang siaran televisi”, ungkap Fransisca Rachel, S.Ds., M.Sn,  Ketua Program Studi Visual Communication Design President University dalam perbincangan dengan nara sumber sesaat sebelum membuka acara dengan resmi.

Selain wajib diikuti oleh para mahasiswa dari konsentrasi studi desain komunikasi visual, acara juga dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dari program studi yang lain, seperti jurusan Bisnis Administration, International Relationship, Information System, serta Information Technologi. Kurang lebih 60-70 mahasiswa serta staf pengjar di President University ikut telibat dalam jalannya diskusi tentang masa depan siaran televisi.

Friska menjelaskan, siaran televisi tidak pernah akan mati selama peradaban manusia dalam bidang komunikasi tetap berlangsung. Bila ada yang mati, itu sebatas jenis siarannya yang masih menggunakan signal analog, dikenal dengan analog switch off (ASO). Sebagai gantinya hadir siaran televisi digital, yang secara prinsip merupakan kemajuan teknologi yang tidak dapat dihindari.

Di Indonesia sendiri, lanjut Friska, tahun 2023 ini sudah menerapkan dengan tegas penggunaan siaran televisi digital untuk siaran terestrialnya. Hal itu merupakan bentuk tanggungjawab dari pemerintah untuk menyediakan layanan siaran yang jauh lebih bagus secara audiovisual bagi seluruh lapisan anggota masyarakat, sebab hal itu adalah hak bagi masyarakat.

“Lalu dari segi kajian industri media, siaran televisi tidak lagi didomiasi oleh stasiun televisi terrestrial tradisional, seperti stasiun televisi swasta nasional dan jaringan televisi kota nya (city tv), serta makin maju nya layanan video berlangganan (video on demand) serta layanan Over The Top, yang sudah makin beragam. Industri siaran televisi Indonesia sendiri, ikut berkembang seperti di negara lain, dan bukan hanya menjadi negara penikmat, tapi juga membuat sendiri layanan video tersebut, seperti Video.com milik group Emtek, USeeTv, Maxstream dan RCTI+ dari kelompok media MNC,” papar Frisca, dosen tetap Akademi Televisi Indonesia, dalam kesampatan tersebut.

Program Reguler

Sementara itu Drs. A.M. Hermanto, M.I.Kom selaku dosen tetap di President University menjelaskan, bahwa program mendatangkan guest lecturer merupakan program regular dari pihak kampus untuk memberikan insight, kepada bukan hanya mahasiswa, tetapi juga para dosen, dari para praktisi dan pelaku di industri terkait. Tema The Future of Television Broadcast, merupakan salahsatu tema yang marak diperbincangkan.

Lebih lanjut Hermanti mengatakan, dalam masyarakat sendiri, masih banyak kebingungan dengan hadirnya banyak layana video yang berbayar dan tayangan Youtube yang berkembang menjadi lebih dari sekadar media sosial bergenre video sharing, tapi sekarang sudah semakin blurred  dengan batas media pemberitaan, yang diatur oleh undang-undang yang tegas menyangkut konten konsumsi umum.

Lalu penegasan kembali mengenai siaran televisi digital yang masih dipahami sebagai layanan video berbayar sehingga masyarakat secara umum harus terus diedukasi bahwa siaran televisi digital adalah hak semua warga dan disediakan secara gratis. Bahwa untuk mendapat kan siaran tersebut masih harus dibantu teknologi pendukung sepertu set up box atau mengganti televisinya dengan tipe smart tv, adalah bagian dari proses alih teknologi.

Siaran televisi tidak akan pernah surut, stasiun televisi pun tidak akan gulung tikar, mereka akan shifting dan mengubah arah bisnisnya menjadi konvergensi media. Akan meluaskan isi siarannya ke berbagai platform. Semua statiun televisi akan menyediakan layana berbayar siarannya dengan konsep second screen, sehingga meski tidak ada lagi televisi di ruang keluarga seperi era sebelum milenial baru, semua anggota keluarga tetap mendapat siaran yang sama sesuai dengan platform pilihannya.

Tantangan bagi industri penyiaran televusi, terutama bagi yang mendapat jatah kanal siaran digital, harus terus meningkatkan kualitas isi kontennya, karena secara kualitas audiovisual sudah sangat bagus dengan full hi-definition  quality. Tinggal para pembuat konten yang berlomba memberikan isi yang menarik dan membuang jauh semangat viral first – ethic later.

Setiap program harus dikemas berguna bagi masyarakat banyak. Progarm hiburan tentu saja masih menjadi primadona, tapi menengok ke documentainment atau infotainment dengan kandungan rendah gossip belaka, layak diangkat.

Televisi di era dgital bukan lagi sekadar stasiun tv yang memproduksi sendiri tayangannya, atau menjadi stasiun penayang saja, tetapi televisi adalah program siaran itu sendiri. Akan terus berkembang seiring zaman atau era digital 4.0, 5.0 dan seterusnya. TV business definitely is not a sunset business at all. (Jimmy)