Ronny Sompie Janji Mempercepat Pembentukan Provinsi Bolmong Raya

by
Ronny Sompie bersama petani di persawahan Bolmong Raya. (Foto: NK)

BERITABUANA.CO, MANADO- Tokoh Nasional asal Kawanua Dr Ronny F. Sompie, yang juga Bacaleg Partai Golkar Dapil Sulut mengaku akan memperjuangkan wilayah Bolaang Mongondow Raya atau Tanah Totabuan untuk menjadi provinsi.

“Setelah menyerap aspirasi masyarakat di beberapa wilayah kabupaten dan kota Bolaang Mongondow Raya, saya berjanji akan mempercepat proses terbentuknya Provinsi Bolmong Raya, ” tegas Ronny F. Sompie di beberapa tempat pertemuan dengan warga Bolaang Mongondow, pekan lalu.

Mantan Kapolda Bali ini selama beberapa hari berkeliling di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow, Boltim, Bolsel, Bolmut dan Kota Kotamobagu, menyerap aspirasi dari tokoh-tokoh masyarakat setempat bersama warga masyarakat.

“Soal pemekaran Provinsi Bolmong Raya yang saat ini sudah dalam proses di pemerintah pusat, akan saya cek langsung ke sana. Moga impian masyarakat Bolmong Raya ini akan secepatnya terkabul,” ujar Sompie.

Sementara kunjungan silaturahmi di Desa Mohabat Kecamatan Bolangitang Timur berlangsung di rumah kediaman Ketua Bapilu DPD II Golkar Bolmut, Sam Laiya. Ronny Sompie bersama Istri Dyah Iswarini disambut dengan penuh sukacita oleh para kader Golkar yang ada di Desa Mohabat.

Di Desa Modayag, Mardjan Sumanta salah seorang tokoh agama, ikut juga menyampaikan hal terkait dengan proses Pemekaran Bolmong Raya menjadi salah satu provinsi, karena secara administrasi syarat dan prasyarat untuk adanya Provinsi Bolmong Raya sudah terpenuhi, seperti halnya di Bolmong Raya sudah terdapat 4 Kabupaten dan 1 kota.

Sompie juga berkunjung ke Desa Kinomalingan dan Desa Mopuya Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolmong.

Hal menarik lainya yang terjadi dalam perjalanan Ronny Sompie ke Bolmong Raya ia disambut dengan penuh sukacita oleh para kader dan simpatisan Partai Golkar.

Menurut Kader Golkar Sam Laiya, kehadiran Jenderal Ronny Sompie di kubu Partai Golkar Sulut membawa energi dan spirit yang baru. Ia yakin Golkar bisa menambah 2 kursi di DPR-RI.

“Intinya Bapak Jenderal harus banyak turun untuk menyapa para simpatisan dan kader Golkar di 15 kabupaten/kota se-Sulut,” tutur Ketua Bapilu Golkar Bolmut tersebut. Sosok Jendral Ronny Sompie lanjutnya, mampu membakar jiwa dan semangat kami untuk berjuang bersama-sama demi kejayaan Partai Golkar.

Irjen Pol Purn Dr. Ronny Sompie bersama Istri Dyah Iswarini, juga berkunjung ke Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) tepatnya di wilayah Mataindo di rumah kediaman Ridwan Olii salah seorang Caleg Partai Golkar, juga berkunjung ke kediaman Latief Moha yang ikut dihadiri warga Golkar di Bolmong Selatan.

Selain itu, kunjungan silaturahmi Irjen Pol Purn Dr Ronny F. Sompie telah dilakukan di Kabupaten Bolmong, Kecamatan Pasi tepatnya di rumah Adinda Bayu Damopolii Caleg DPRD Golkar yang juga putri bungsu dari Tokoh Golkar Sulut, Bapak Drs Syarial Damopolii, MBA., mantan Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Utara, juga kunjungan ke Tokoh Golkar Bolmong Raya Bunda Marlina Moha Siahaan, mantan Bupati Bolaang Mongondow Raya.

Sejarah Bolaang Mongondow

Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan salah satu daerah otonom dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822).

Di tahun 2005 Kabupaten Bolaang Mongondow terbagi dalam beberapa wilayah kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan Kotamobagu yang juga merupakan pusat pemerintahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Proses penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kabupaten Bolaang Mongondow yang berlangsung selama ini, selain telah menghasilkan kemajuan yang cukup signifikan. Semangat otonomi daerah juga telah menciptakan perubahan besar dalam tatanan kepemerintahan serta telah memberikan nuansa baru dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.

Dilihat dari sejarah Kabupaten Bolaang Mongondow, maka berdasarkan data Pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow disebutkan bahwa penduduk asli Bolaang Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta Tumotoibokol dan Tumotoibokat, awalnya mereka tinggal di gunung Komasaan (Bintauna).

Kemudian menyebar ke timur di tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli’, Ginolantungan sampai ke pedalaman tudu in Passi, tudu in Lolayan, tudu in Sia’, tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Peristiwa perpindahan ini terjadi sekitar abad 8 dan 9. Nama Bolaang berasal dari kata “bolango” atau “balangon” yang berarti laut. Bolaang atau golaang dapat pula berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap, sedangkan Mongondow dari kata ‘momondow’ yang berarti berseru tanda kemenangan.

Bolaang terletak di tepi pantai utara yang pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi tempat kedudukan istana raja, sedangkan Mongondow terletak sekitar Kotamobagu. Daerah pedalaman sering disebut dengan ‘rata Mongondow’. Dengan bersatunya seluruh kelompok masyarakat yang tersebar, baik yang yang berdiam di pesisir pantai maupun yang berada di pedalaman Mongondow di bawah pemerintahan Raja Tadohe, maka daerah ini dinamakan Bolaang Mongondow.

Setiap kelompok keluarga dari satu keturunan dipimpin oleh seorang Bogani (laki-laki atau perempuan) yang dipilih dari anggota kelompok dengan persyaratan : memiliki kemampuan fisik (kuat), berani, bijaksana, cerdas, serta mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan musuh. Mokodoludut adalah punu’ Molantud yang diangkat berdasarkan kesepakatan seluruh bogani. Mokodoludut tercatat sebagai raja (datu yang pertama). Sejak Tompunu’on pertama sampai ketujuh, keadaan masyarakat semakin maju dengan adanya pengaruh luar (bangsa asing).

Perubahan total mulai terlihat sejak Tadohe menjadi Tompunu’on, akibat pengaruh pedagang Belanda dirubah istilah Tompunu’on menjadi Datu (Raja). Tadohe dikenal seorang Datu yang cakap, system bercocok tanam diatur dengan mulai dikenalnya padi, jagung dan kelapa yang dibawa bangsa Spanyol pada masa pemerintahan Mokoagow (ayah Tadohe).

Tadohe melakukan penggolongan dalam masyarakat, yaitu pemerintahan (Kinalang) dan rakyat (Paloko’). Paloko’ harus patuh dan menunjang tugas Kinalang, sedangkan Kinalang mengangkat tingkat penghidupan Paloko’ melalui pembangunan disegala bidang, sedangkan kepala desa dipilih oleh rakyat.Tadohe berhasil mempersatukan seluruh rakyat yang hidup berkelompok dengan boganinya masing-masing, dan dibentuk sistem pemerintahan baru. Seluruh kelompok keluarga dari Bolaang Mongondow (Passi dan Lolayan), Kotabunan, Dumoga, disatukan menjadi Bolaang Mongondow.

Di masa ini mulai dikenal mata uang real, doit, sebagai alat perdagangan. Pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16 (1832), agama Islam masuk daerah Bolaang Mongondow melalui Gorontalo yang dibawa oleh Syarif Aloewi yang kawin dengan putri raja tahun 1866. Karena keluarga raja memeluk agama Islam, maka agama itu dianggap sebagai agama raja, sehingga sebagian besar penduduk memeluk agama Islam dan turut mempengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat. Sekitar tahun 1867 seluruh penduduk Bolaang Mongondow sudah menjadi satu dalam bahasa, adat dan kebudayaan.(nico karundeng)