Peneliti IPEC: Keliru Jika Bapanas Berencana Impor Beras Lagi Disaat Stok dalam Negeri Diprediksi Tetap Mencukupi

by
Stok beras di gudang Bulog. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Rencana Badan Pangan Nasional (Bapanas/National Food Agency) untuk kembali melakukan impor beras dinilai keliru dan amat terburu-buru. Pasalnya, kondisi ketersediaan stok beras nasional (jika melihat data Badan Pusat Statisik/BPS), diprediksi tetap mencukupi.

Penilaian ini disampaikan peneliti Indonesian Politic, Economic and Policy Institute (IPEC), Bramastyo Bontas dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/3/2023).

Baram sapaan Bramastyo ini mengaku heran dengan pernyataan Bapanas bahwa produksi beras pada Februari terkoreksi turun 820.000 Ton. Karenanya ia menegaskan bahwa ada yang keliru dengan apa yang disampaikan Bapanas tersebut.

“Jangan bandingkan luas panen dari angka prakiraan dengan angka tetap. Harus dua-duanya dipakai angka tetap mestinya. Karena prakiraan panen Februari 2023 lebih tinggi dari angka tetapnya itu ternyata yang diperkirakan panen Februari bisa bergeser ke panen Maret 2023 karena faktor jenis varietas, umur tanaman, iklim dan lainnya,” ujarnya.

Bram menjelaskan semestinya Bapanas membandingkan secara sejajar. Artinya paramaternya harus jelas. “Kalau membandingkan ya apple to apple. Misal antara angka tetap luas panen padi februari 2023 seluas 940 ribu hektar itu lebih tinggi dari februari 2022 angka tetap seluas 767 ribu hektar,” ungkapnya.

Terkait data gagal panen, menurut Brams, Bapanas semestinya melakukan kroscek di KSA BPS, di mana pada februari 2023 itu seluas 9.000 hektar. Ini sangat kecil 0.96% dibandingkan luas panen Februari 2023, sangat aman jauh dibawah ambang toleran 4%.

“Jadi jangan pakai kira-kira tapi pakai data yang ada sumber resmi,” tambahnya.

Merujuk data BPS, luas panen padi Februari 2023 seluas 940 ribu hektar. Lebih tinggi dari panen padi Februari 2022 seluas 767 ribu hektar.

“Kalaupun dibandingkan kumulatif dua bulan maka angka tetap KSA BPS luas panen padi bulan Januari-Februari 2023 seluas 1,39 juta hektar. Lebih tinggi 153 ribu hektar ketimbang Januari-Februari 2022 yang notabene luasannya 1,23 juta hektar,” bebernya lagi.

Bram menilai semestinya Bapanas merujuk data BPS, di mana luas panen padi 2022 seluas 10,45 juta hektar naik 0,39% dibandingkan 2021 seluas 10,41 juta hektar. Artinya, produksi padi Januari-Februari 2023 lebih tinggi dari periode yang sama ditahun sebelumnya.

“Lalu kenapa Bapanas bicara produksi kita turun ? Jangan salah tafsirlah. Jangan ngegas dulu,” ujarnya.

Demikian juga produksi beras 2022 sebanyak 31,54 juta ton lebih tinggi 0,18% dibandingkan 2021 sebanyak 31,36 juta ton. Bahkan pada 2022 itu neraca produksi dikurangi konsumsi surplus 1,34 juta ton dan pada 2021 surplus 1,31 juta ton.

“Ini artinya pada tahun 2022 produksi beras naik dan surplusnya juga naik, demikian juga pada januari-februari 2023 luas panennya juga naik. Sehingga Bapanas jangan gagal paham dengan data produksi dan data gagal panen, simak baik-baik data BPS. Jangan sampai berakibat gagal dalam kebijakan, lindungi petani yang sedang semangat berproduksi dong,” kata Bram.

Ditanya ihwal prediksi Maret-Mei 2023, Bram menilai BPS bisa menjadi rujukan utama. Kendati data BPS masih angka perkiraan atau potensi panen, sehingga data prakiraan itu sifatnya lebih cocok untuk antisipasi dan untuk rencana serap gabah oleh Bulog.

“Jadi nanti saja setelah dirilis angka tetap baru dianalisis capaiannya,” pungkasnya. (Asim)