Tangkal Hama Penyakit, BKP Bangun Kolaborasi Pentahelix

by
Pembentukan Kolaborasi Pentahelix oleh BKP Kelas I Kupang. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Mencegah dan menangkal hama penyakit berbahaya, Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Kupang bangun kolaborasi Pentahelix, baik dengan masyarakat, akademisi, pemerintah, pelqku usaha dan media.

Demikian Kepala BKP Kelas I Kupang, drh. . Yulius Umbu Hunggar saat kegiatan FGD Membangun Kolaborasi Pentahelix Dalam Mitigasi Resiko Penyebaran Hama Penyakit Berbahaya di NTT, di Hotel Naka, Rabu (8/2/2023).

Dikatakan Umbu Hunggar, sejak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) muncul di wilayah Provinsi Jawa Timur, lalu cepat menyebar ke 27 Provinsi lainnya di Indonesia, tapi Provinsi NTT hingga saat ini masih terbebas dari wabah tersebut.

“Kalau dikatakan karena NTT merupakan daerah kepulauan, itu tidak juga. Sulawesi yang juga daerah kepulauan, tetap terkena  wabah tersebut,” tandas Umbu Hunggar.

Menurut Umbu Hunggar, kondisi ini karena ada kerja keras semua pihak, dimana sejak Mei 2022 dibentuk gugus tugas yang terdiri dari Polri/TNI, Dinas Pertanian NTT dan instasi terkait yang memiliki SOP sama.

“Kita siaga terus, dan tetap berkolaborasi serta hadir bersama-sama. Atas dasar gugus tugas itulah, saat ini kita bentuk Pentahelix,” papar Umbu Hunggar.

Di samping itu, tambah Umbu Hunggar, didorong bahwa Provinsi NTT merupakan wilayah pengekspor daging terbanyak. Sehingga harus bisa dijaga, jangan sampai hanya tinggal kenangan.

Pada kesempatan yang sama Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT,, drh. Melky Angsar menegaskan bahwa persoalan PMK menjadi concern di Provinsi NTT,  karena merupakan daerah pengekspor ternak terbesar.

“Data tahun 2022, NTT berhasil mengekspor 82.000 ekor ternak ke Kalimantan, Jawa dan Sulawesi,” tandas Melky Angsar.

Dikatakan Melky Angsar, harga normal ternak sapi bisa mencapai Rp 15 Juta/ekor, tapi jika dihargai hanya Rp 10/Juta/ekor saja, maka uang yang masuk ke Provinsi NTT sebesar Rp 820 Miliar.

“Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2022 capai Rp 1,2 Triliun, Rp 820 Miliar nya berasal dari hasil eksport ternak. Artinya peternakan NTT penyumbang pergerakan ekonomi NTT terbesar,” ungkapnya. (iir)