Maraknya Konten Negatif Bisa Dicegah dengan Melek Literasi Digital

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi dengan tajuk "Hidup Pintar Di Tengah Dunia Digital". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Realitas digital yang terhubung melalui perangkat smartphone, laptop, tablet sebagai sesuatu yang tak terhindarkan. Namun, dampak negatif maupun positifnya muncul dalam bentuk-bentuk baru yang belum dikenali oleh orang tua dahulu.

Penulis dan Direktur Langgar.co Irfan Afifi mengatakan, saat ini masyarakat harus lebih “literate” secara digital untuk mengambil manfaat secara lebih cerdas.

“Jika tak pintar, tak akan bisa menavigasi, malah ternavigasi. Jika tak pintar dan etis akan justru merusak,” kata Irfan dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi dengan tajuk “Hidup Pintar Di Tengah Dunia Digital” pada Senin (17/10/22).

Menurut Irfan, dampak negatif dari dunia digital seperti hoaks, penipuan daring, perundungan siber, ujaran kebencian, kecanduan, pencurian data, dan lain-lain, sebenarnya bisa diatasi. Yaitu, memverifikasi informasi terkait kebenarannya, apakah tepat dibagikan untuk kelompok luas, dan apakah bermanfaat atau tidak.

“Alias harus, saring dulu sebelum sharing, thinking before posting, takar sebelum berkomentar,” ujarnya.

Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi UGM Zainuddin Muda Z. Monggilo menjelaskan, tentang pentingnya literasi digital. Karena, dengan literasi digital bisa minimalkan konten negatif dan membanjiri ruang digital dengan konten positif.

“Menjadi kewajiban kita bersama untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat melalui literasi digital,” kata Zainuddin.

Literasi digital sering didefinisikan sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital (dimensi teknologis), tetapi juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

“Penggunaan media sosial bisa jadi baik dan buruk tergantung pada penggunanya,” kata Zainuddin.

Dosen Universitas Bojonegoro Bakhru Thohir menambahkan, menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital harus dilakukan. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus dijadikan sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital.

“Pancasila mengajarkan bahwa kita hidup bersama-sama dan perlu untuk saling menghormati dan memahami (open mind, open heart, dan open will). Lebih dalam mengamati, lebih dalam mendengar, lebih dalam merasakan,” kata Bakhru. (Kds)

 

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.