Penerapan Etika Digital Cara Tepat untuk Melawan Hoaks

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Menjadi Pejuang Anti Hoaks di Dunia Digital". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Perkembangan dunia digital yang telah menyasar ke segala sisi kehidupan, rasanya hampir tidak ada sisi lain manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi itu secara baik. Akibatnya, banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar, kabar bohong alias hoaks.

Direktur DOTstudios.ID Akhmad Nasir menjelaskan, ciri-ciri hoaks ialah diawali dengan kata-kata sugestif dan heboh, kerap mencatut nama tokoh-tokoh atau lembaga-lembaga terkenal.

“Terdengar tidak masuk akal, sehingga kerap disertai dengan hasil penelitian palsu, tidak muncul di media-media arus utama, biasanya hanya beredar melalui pesan-pesan singkat atau situs yang tidak jelas kepemilikannya,” kata Nasir dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Menjadi Pejuang Anti Hoaks di Dunia Digital” pada Selasa (4/10/22).

Untuk melawan hoaks, tegas Nasir, pengguna harus saring informasi sebelum di sharing atau sebarluaskan.

Kemudian, menerapkan etika digital dalam berselancar di medsos. Sebab, etika hadir untuk mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia

“Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, tanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan,” kata Nasir.

Direktur Buku Langgar Abdul Rohman menambahkan, sudah semestinya bermedia digital secara berkebudayaan. Karena, melalui dunia digital layaknya budaya bangsa, harus diperkuat dengan hal-hal yang arif, bijak dan kreatif sebagai proses berkemanusiaan seseorang.

“Dunia Digital adalah realitas kebudayaan baru yang tak bisa dihindarkan. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kita bertumbuhkembang, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa, hadir dengan bermartabat,” kata Rohman.

Sementara itu, Associate Professor – Administrasi Publik UNSOED Dwiyanto Indiahono mengatakan, berdasarkan, We are Social Hootsuite (2022) per Februari, di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1%).

“Kita diharapkan mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi yang didapatkan serta menggunakannya untuk kebaikan diri dan sesama,” kata Dwiyanto. (Kds)

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.