Penyebaran Informasi Secara Meluas terkait Kondisi Alam Perlu Digalakkan

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Memanfaatkan Media Digital dalam Mengupayakan Kelestarian Alam Ciptaan". (Foto: Dikumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang digali oleh kecerdasan manusia, hendaknya dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi secara cepat, tepat dan berdampak luas.

Vikaris Episkopal Yogyakarta Barat, Romo AR Yudono SUWONDO menilai, jika semuanya digunakan dengan tepat, dengan cara yang arif dan berbudaya, penemuan-penemuan ini akan sangat berjasa bagi manusia, dapat mewartakan harapan akan kehidupan,
termasuk melestarikan keutuhan ciptaan.

“Di sisi lain, penyalahgunaan akan penemuan itu tentu saja akan menghancurkan kebudayaan yang telah dibangun (oleh manusia itu sendiri),” kata Romo Yudo dalam diskusi #MakinCakapDigital Kominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Memanfaatkan Media Digital dalam Mengupayakan Kelestarian Alam Ciptaan” pada Kamis (29/9/22).

Menurut Romo Yudo, perlu menjadi kesadaran bersama, menggunakan atau memanfaatkan medsos membawa diri memasuki budaya digital.

“Diperlukan kesadaran bahwa tidak ada yang tersamar dari kepribadian kita. Dalam budaya digital, jati diri kita akan diketahui, meskipun kita berupaya keras melakukan penyamaran selihai apapun,” ujarnya.

Bagi Romo Yudo, cara pengguna bermedia digital akan menampakkan siapa dirinya. Maka, integritas pribadi sunggup perlu diolah terus-menerus meski tidak pernah akan sempurna.

“Tanggung jawab kita dalam bermedia sungguh dituntut. Ada serangkaian aturan yang perlu diikuti,” ujarnya.

Oleh karena itu, Romo Yudo, penting diperhatikan agar menghargai privasi orang lain, taat pada aturan online, membentuk citra diri yang positif.

“Mau saring sebelum sharing, memberi komentar yang baik, mengakses grup, forum, aplikasi, konten yang baik, memilih influencer yang baik, tidak terbuka/tidak mudah memberikan informasi diri kepada orang lain,” pesan Romo Yudo.

Sedangkan untuk kelestarian keutuhan ciptaan, perlu diinfokan seluas mungkin, diperbanyak berita-berita baik– tidak menutup diri akan berita-berita memprihatinkan terkait kerusakan alam.

“Kalau ada tips-tips berkait pemeliharaan lingkungan, bisa di ungkap ke publik. Juga literasi digital tentang kelestarian keutuhan ciptaan perlu diperbanyak,” ungkapnya.

Senada, Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Kevikepan Yogyakarta Barat, Romo Adolfus Suratmo Atmomartaya menyampaikan, kegelisahan orang zaman ini adalah ketika menyaksikan realitas semakin rusaknya alam. Hutan yang semakin gundul dan gersang, sungai yang semakin kotor dan dangkal, sampah aneka limbah, dan lain sebagainya.

“Tata Kelola alam yang lebih mengedepankan keuntungan kadang mengabaikan pentingnya mempertahankan kelestarian alam sendiri. Penting untuk membangun kesadaran bersama bahwa siapapun kita diundang untuk menjaga kelestarian alam ciptaan ini. Media social/digital menjadi peluang bagi Gereja untuk menyuarakan warta baik,” kata Romo Suratmo.

Menurut Romo Suratmo, teknologi digital merupakan peluang pewartaan sebagai sarana informasi cepat dan praktis. Sehingga dengan mudah jemaat mengetahui dan terpanggil untuk menjadi bagian dari misi gereja.

“Sebagai sarana untuk memberikan pendidikan sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, IPTEK. Memberikan pemahaman dan panggilan orang Kristen dalam konteks masyarakat majemuk,” ujarnya.

Dengan adanya perkembangan IPTEK, sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh orang Kristen adalah menerima perkembangan tersebut dan berusaha memanfaatkannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab, seperti mewartakan kabar baik, renungan-renungan, dan Gerakan-Gerakan konstruktif lainnya.

Romo Suratmo menegaskan, Gereja punya kepentingan untuk mewartakan pada persoalan Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan.

Promosi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan dianggap sebagai mainan baru meskipun sesungguhnya sudah disuarakan lama oleh Gereja. Respon yang lambat memperlihatkan bahwa karya social
kemasyarakatan yang berkaitan dengan masalah-masalah social dan alam ciptaan terasa kurang mendapat prioritas.

Lebih lanjut, Romo Suratmo menukil kata Laudato si’ (bahasa Italia Tengah yang berarti “Puji Bagi-Mu”) yang merupakan ensiklik kedua dari Paus Fransiskus.

Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (Dalam kepedulian untuk rumah kita bersama).

“Dalam ensiklik ini Paus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil ‘aksi global yang terpadu dan segera,” ucapnya.

Ensiklik ini, tertanggal 24 Mei 2015, dipublikasikan secara resmi pada siang hari (waktu setempat) tanggal 18 Juni 2015 dan disertai dengan konferensi pers. Vatikan merilis dokumen tersebut dalam bahasa Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Prancis, Polandia, Portugis, dan Arab.

Tindak lanjut dari Laudato Si berupa Action Platform. Platform ini akan menciptakan peluang untuk terhubung langsung dengan komunitas di seluruh dunia dan menjadi sumber daya untuk membangun komunitas lokal.

“Berbagi pengalaman pelaksanaan di tempat lain. Panduan Perencanaan mencakup tindakan yang disarankan dan transparansi untuk membantu membuat kemajuan yang jelas menuju tujuan LS holistik,” tutur Romo Suratmo.

Sementara itu, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Publik FISIP UNPAR Trisno Sakti Herwanto menerangkan, penting bagi orang tua mendampingi anak dan memberi contoh yang baik menjaga kelestarian alam.

“Anak bisa ikut menjamin warisan
kelestarian alam. Anak menemukan & mengembangkan minat bakatnya. Anak mengembangkan minat dan bakat dengan cara yang menyenangkan,” kata Trisno. (Kds)

Catatan: 

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.