Etika Harus Diperhatikan dalam Berpendapat di Ruang Digital

by
Diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Bebas Berpendapat di Ruang Digital". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kompetensi etika digital (digital ethics) harus menjadi prioritas saat interaksi dan komunikasi di ruang digital. Sebab, di ruang digital ada beragam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Dosen Untag Surabaya, Bambang Kusbandrijo menyatakan, kebebasan berpendapat di ruang digital harus juga ingat dengan tanggung jawab. Ia memahami bahwa manusia makhluk individu dan makhluk sosial.

“Komunikasi sosial terjadi pada antar individu dalam kehidupannya di masyarakat yang memiliki konteks dalam segala dimensi kehidupan manusia,” kata Bambang dalam diskusi #MakinCakapDigital Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Bebas Berpendapat di Ruang Digital” pada Jumat (16/9/2022).

Bambang, dalam penjelasan tertulisnya, Sabtu (17/9/2022), menjelaskan, komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa berkomunikasi itu penting untuk membangun konsep diri dan aktualisasi diri untuk kepentingan kehidupan. Serta memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan.

“Komunikasi sosial memenuhi kebutuhan emosional dan meningkatkan kesehatan mental. Kita belajar tentang makna cinta, kasih sayang, simpati, keintiman, rasa hormat, rasa bangga, iri hati, bahkan kebencian,” ucapnya.

Namun, lanjut Bambang, komunikasi di ruang digital dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu masif meluas ke semua bidang, juga memiliki efek negatif. Banjir informasi (information flood) di era revolusi digital menghadirkan sejumlah dampak sosial.

“Problem masyarakat bukan pada bagaimana mendapatkan berita, melainkan kurangnya kemampuan mencerna informasi yang benar,” kata Bambang mengingatkan.

Bambang menilai, cara beradab menyelesaikan masalah di antaranya pemberian ruang sama untuk menyampaikan aspirasi.

“Terbangun kemampuan untuk mengenali, memahami, menerjemah, mencipta, dan berkomunikasi dengan mengedepankan nilai-nilai integritas, empati, dan semangat membangun sinergitas saling menghargai,” kata Bambang.

Dosen Fikom Unisba, Santi Indra Astuti menambahkan, kebebasan berpendapat di ruang digital itu harus memperhatikan etika.

“Ada hak, ada tanggung jawab. Bagaiman kita menjaga hak-hak atau reputasi orang lain. Menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, atau kesehatan dan moral publik,” kata Santi.

Menurut Santi, sangat penting menerapkan budaya bermedia digital dalam menyampaikan pendapat. Dengan cara mengedepankan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, menghindari konten negatif dalam menyampaikan pendapat.

“Menghindari opini yang bisa menyulut perpecahan. Peka pada hal-hal yang bisa memancing kontroversi, atau menyinggung pihak lain. Punya bekal data atau pengetahuan yang memadai. Santun dan santuy. Jangan terbawa emosi, apalagi terprovokasi.

Senada, Fasilitator Komunitas & Penggiat Advokasi Sosial, Ari Ujianto, memaparkan data We are Social Hootsuite (2022) per Februari di Indonesia yang menyebut terdapat 204,7 juta pengguna internet yang setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia. Angka itu meningkat dibanding tahun sebelumnya (2,1 juta atau naik 1%)

Dia menilai, dengan angka pengguna internet sebanyak itu tata krama dalam menggunakan internet perlu diperhatikan.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” kata Santi.

Lebih lanjut, Santi mengingatkan akan jenis-jenis konten negatif berdasarkan UU ITE. Yaitu, melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan dan/atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga mengakibatkan kerugian, penyebaran kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA.

“Etik merupakan tingkah laku pengambilan keputusan moral, agar hubungan antar individu dapat terjalin harmonis. Dan media sosial adalah salah satu sarana yang memungkinkan manusia tetap mampu berkomunikasi dengan yang lain, tanpa menafikkan mereka yang ada
didekatnya,” kata Santi. (Kds)

Catatan: 
Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.