Teknologi Digital Harus Dimafaatkan dengan Tepat sebagai Sarana Pewartaan

by
Diskusi daring #MakinCakapDigital, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk "Kemajuan Teknologi Digital sebagai Sarana Pewartaan". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Media sosial adalah bentuk komunikasi elektronik seperti situs web untuk jejaring sosial dan microblogging. Di mana pengguna membuat komunitas online untuk berbagi informasi, ide, pesan pribadi, dan konten lainnya seperti video.

Namun, terjadi distorsi istilah dari medsos ini. Seharusnya medsos mengedepankan modernisasi media/sarana daripada sosial (Latin: socius = sahabat, kawan).

Hal itu disampaikan oleh Vikaris Jenderal Keusukupan Agung Semarang, YR. Edy Purwanto Pr, dalam diskusi daring #MakinCakapDigital, Kemenkominfo berkolaborasi dengan Siberkreasi bertajuk “Kemajuan Teknologi Digital sebagai Sarana Pewartaan” pada Jumat (26/8/2022).

“Idealnya, media komunikasi sosial mengedepankan komunikasi (Latin: communio = persekutuan, persaudaraan) dalam semangat persahabatan, dua arah. Memiliki kesempatan cukup untuk mengklarifikasi, menempatkan komunikator pada posisi sejajar/sederajat,” kata Romo Edy dalam keterangannya, Sabtu (27/8/2022)

Romo Edy menjelaskan tentang Konsili Vatikan II di Roma, 4 Desember 1963, yang menandatangani “Dekrit tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial” (Inter Mirifica).

Alasan Konsili membahas tentang masalah komunikasi sosial, karena media komunikasi sosial dapat membantu menyegarkan hati dan mengembangkan budi.

“Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan warta Keselamatan, dan mengajarkannya, bagaimana manusia dapat memakai media itu dengan tepat,” tutur Romo Edy.

Dia menerangkan, abad kini ditandai dengan media massa atau upaya-upaya komunikasi sosial. Media memungkinkan warta gembira menjangkau jutaan orang.

Selain itu, media-media sosial, perangkat digital mendukung usaha-usaha kolaborasi, kerja bersama, pertukaran pengalaman dan pengetahuan timbal balik.

“Jejaring sosial, selain menjadi sarana evangelisasi, dapat menjadi suatu faktor perkembangan manusiawi,” tukasnya.

Vikaris Episkopal Surakarta, Romo Robertus Budharyana menambahkan, Gereja Katolik menanggapi secara positif, bahkan sangat positif, terhadap muncul, maju, dan berkembangnya media digital.

Dia menjelaskan tentang COMMUNIO ET PROGRESSIO yaitu Instruksi Pastoral tentang alat-alat Komunikasi Sosial diterbitkan sesuai arahan Konsili Ekumenis Vatikan II Komisi Kepausan untuk Komunikasi Sosial pada 23 Maret 1971.

“Dengan media, Gereja menyapa umatnya secara lebih dekat dan mendalam. Dengan media Gereja dapat hadir di tengah umatnya dan membawa umatnya untuk hidup lebih intim dengan Gereja dan Kristus,” kata Romo Robert.

Lebih lanjut, dia mengimbau semua orang dari segala lapisan di dalam Gereja hendaknya menggunakan internet secara kreatif untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

“Sarana komunikasi sosial, dapat digunakan untuk kebaikan orang-orang dan komunitas, dapat juga dipakai untuk mengeksploitasi, memanipulasi, menguasai, dan korupsi. Maka dari itu gunakan internet dengan baik dan benar agar selaras dengan maksud karya penyelamatan Allah,” imbaunya.

Gunakan media komunikasi secara bijak dan tepat untuk mewartakan Injil, juga untuk mengintegrasikan warta keselamatan tersebut ke dalam “budaya baru” yang diciptakan dan diperkuat oleh sarana komunikasi yang sangat dahsyat dan mengagumkan ini.

Asosiasi Katolik Dunia untuk Komunikasi, SIGNIS, mencatat adanya tantangan yang ditimbulkan oleh media digital dan adanya kebutuhan untuk “beralih dari keterlibatan individu ke pembangunan komunitas”.

Mereka juga mendesak profesional media untuk tidak hanya melaporkan peristiwa kekerasan tetapi juga “terlibat aktif dalam mendukung para korban perang dan bekerja menuju resolusi konflik.”

SIGNIS adalah gerakan Gereja awam Katolik Roma bagi para profesional di media komunikasi, termasuk pers, radio, televisi, bioskop, video, pendidikan media, internet, dan teknologi baru.

Romo Robert mengutip perkataan Paus Fransiskus soal dampak media sosial yang mengubah generasi muda menjadi Anti-sosial. Narsisme dan perpecahan masyarakat diperbesar secara online menyebabkan ‘berkembangnya ujaran kebencian’.

“Di Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2019 Paus Fransiskus memperingatkan kaum muda tentang bahaya menjalani kehidupan mereka secara online.

“Kita perlu mengenali bagaimana jejaring sosial, di satu sisi, membantu kita untuk terhubung, menemukan kembali, dan membantu satu sama lain. Tetapi di sisi lain, memberikan kesempatan manipulasi data pribadi, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan politik atau ekonomi, tanpa karena menghormati orang dan hak-haknya,” ucap Romo Robet mengutip Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus melihat generasi muda sebagai orang-orang yang paling terpapar pada ilusi bahwa jejaring sosial dapat sepenuhnya memuaskan mereka pada tingkat relasional.

Paus Fransiskus, tutur Romo Robert, menyarankan bahwa internet bisa menjadi hal yang baik, jika digunakan dengan cara yang benar. Cara yang benar termasuk untuk dialog, untuk pertemuan, untuk membuat tersenyum dan menyampaikan ekspresi kelembutan.

Sementara itu, Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang, Romo Petrus Dwi Purnomo menilai, alasan orang menggunakan media sosial ialah agar tidak ketinggalan berita dan peristiwa terbaru,
membagikan foto, video, atau lainnya, mengisi waktu luang, termasuk membangun jaringan untuk membantu pekerjaan.

“Setiap Individu mampu menyapa public secara bebas dan terbuka. Percakapan terjadi secara multi-arah secara realtime maupun asinkronus. Pendengar merdeka memilih pesan mana yang disukai dan dipercaya (subyektif),” kata Romo Dwi.

Terakhir, Dosen Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik Surakarta, Supawi Pawenang, mengingakan akan tanggung jawab sosial di medsos.

Karena, sepanjang 2-21 Kominfo blokir 564.285 ribu konten negatif, Kominfo juga blokir sebanyak 1.773 isu hoaks. Dimana, isu hoaks terkait covid-19 mendominasi sebanyak 723 isu hoaks.

Untuk itu, ke depankan cakap digital agar pengguna menjadi aman, nyaman, bahagia. “Cakap digital adalah cara untuk menyelamatkan individu, sosial, dan bangsa
Mari ajak bangsa ini untuk Cakap Digital,” kata Supawi. (Kds)