Soal Transformasi Digital Pelayanan Kesehatan, Perawat Diimbau Tetap Jaga Kode Etik

by
Diskusi daring #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk "Transformasi Digital pada Pelayanan Kesehatan". (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Era digital sekarang ini telah membuat para pelaku profesi kesehatan makin sadar betapa penting sistem pendukung teknologi terintegrasi dan terpercaya dalam efisiensi kinerja secara keseluruhan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tetap menjunjung etika dan kode etik profesi perawat dalam pemanfaatan teknologi tersebut.

Sekretaris DPW Persatuan Perwat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah Edy Soesanto menjelaskan, yang dimaksud etika profesi ialah mengenai norma, aturan, ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang
profesional.

“Salah satu point kode etik perawat adalah perawat wajib menjaga hubungan dengan teman sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan suasana lingkungan yang serasi demi mencapai tujuan secara keseluruhan,” kata Edy dalam diskusi daring #MakinCakapDigital oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bertajuk “Transformasi Digital pada Pelayanan Kesehatan” pada Kamis (18/8/2022).

Selain itu, lanjut Edy, perawat juga wajib menjadi pelindung klien dari tindakan pelayanan yang tidak kompeten dari tenaga kesehatan, perbuatan buruk, tidak etis, ilegal dan berbahaya.

Alasan Edy kembali mengingatkan ihwal etika profesi perawat di zaman digital saat ini, karena berdasarkan survey microsoft 2020 yang dirlis Februari 2021, menyebutkan bahwa pada 58.000 orang di 32 negara, menyimpulkan antara lain netizen Indonesia PALING TIDAK SOPAN di Asia Tenggara.

Di tambah, beberapa kasus viral belakangan ini yang menyangkut dunia kesehatan yaitu, curhat mahasiswa keperawatan memasang kateter (Tik Tok), selfi WA dokter perawat pasien kritis. Lalu, mencubit uyel uyel bayi, dan keluhan pelecehan seksual saat di rawat di RS (IG, Twitter), mengumbar aib atau keluhan pasien (Twitter), kasus bidan joget (Tik Tok).

Edy menegaskan, kasus seperti itu sangat berdampak turunya kepercayaan masyarakat terhadap profsesi pelayan kesehatan. Padahal tahun 2022, GALLUP POLL memberikan peringkat untuk 22 pekerjaan dalam hal: kejujuran, standra etika perawat sangat tinggi.

Dia mengingatkan, beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam media sosial. Bahwa pengguna media sosial berasal dari berbagai negara yang mungkin memiliki budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda- beda.

“Pengguna media sosial merupakan orang–orang yang hidup dalam dunia anonymouse, yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi. Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam media sosial memungkinkan seseorang untuk bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan melakukan hal – hal yang tidak seharusnya dilakukan,” kata Edy.

Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM/Sekjen IAPA, Bevaola Kusumasari menambahkan, pentingnya transformasi digital penting untuk dunia kesehatan, karena dapat mendukung proses diagnostik dan pengambilan keputusan klinis. Termasuk dalam proses pencegahan, terapi sampai dengan rehabilitasi pasien

“Bisa berinteraksi lebih efektif dengan pasien. Lebih memfokuskan kepada aspek esensial terapi daripada pernik-pernik administratif dan klerikal dalam pengelolaan pasien,” kata Bevaola.

Bevaola mencontohkan transformasi kesehatan. Di mana, pasien dapat berkonsultasi dengan dokter melalui berbagai aplikasi seluler.

Juga layanan perawatan di rumah, pemeriksaan laboratorium maupun pemesanan obat, juga dapat dilakukan melalui aplikasi seluler, terpadu dengan jasa transportasi daring.

Jika sebelumnya pasien kesulitan mendapatkan informasi riwayat kunjungan di fasilitas kesehatan, tapi saat ini sebagai contoh, peserta program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) bisa mengakses informasi ini melalui aplikasi mobile JKN.

Aplikasi e-Health, lanjut dia, adalah praktik perawatan kesehatan yang relatif baru didukung oleh proses elektronik dan komunikasi, misalnya Teknologi FaceMask Detection Alert & Body Thermal Screening System / DycodeX

Namun, para perawat mesti waspada terhadap berita bohong alias hoaks. Contoh hoaks di bidang kesehatan, yaitu main ponsel di tempat gelap sebabkan tumor mata, MSG berbahaya untuk otak, mie instan sebabkan kanker, dan bahaya pemanis buatan aspartame.

Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Sri Astuty menyatakan, tantangan yang dihadapi layanan kesehatan ialah akses yang masih belum merata, rasio fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia.

Dia memberikan solusi dalam menghadapi tantangan tersebut, yaitu melakukan tranformasi pada layanan kesehatan, memperkuat SDM kesehatan, dan pemanfaatan teknologi dalam memperkuat layanan kesehatan.

Astuty menilai, tujuan tranformasi fasilitas kesehatan adalah mewujudkan masyarakat yang sehat, mandiri, produktif, dan berkeadilan.

“Bentuk kesiapan pemerintah menghadapi masalah kesehatan di masa yang akan datang. Memastikan generasi mendatang lebih siap menghadapi pandei berikutnya,” kata Sri Astuty. (Kds)

Catatan:
Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.