Anis Matta Ungkap Harga Sektor Pangan Sudah Melambung 9 Persen

by
Gelora Talk bertajuk ‘Kenaikan harga-harga menggelisahkan warga: Apa kabar Indonesia?’ secara daring, Rabu (27/7/2022). (Foto: Gelora Media Center)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Anis Matta menuturkan bahwa angka inflasi yang terungkap dalam data Badan Pusaf Statistik atau BPS sebesar 4,5 %. Namun sesungguhnya, kemungkinan secara spesifik harga sektor pangan sudah melambung 9%.

“Memang riwayat terjadi krisis 1998 lampau, semua ekonom mengatakan mantranya fundamental kuat, tetapi tiba-tiba jeblok dan terjadi krisis,” kata Anis Matta dalam Gelora Talk bertajuk ‘Kenaikan harga-harga menggelisahkan warga: Apa kabar Indonesia?’ secara daring, Rabu (27/7/2022).

Tanda-tanda terjadinya krisis ini, menurut penilaian Anis Matta bisa dilihat di negara yang kuat seperti Amerika Serikat (AS), sudah ada pemandangan antre makanan.

“Ini bukti kalau krisis tengah melanda, bukan hanya di kita saja, tetapi di negara yang kuat seperti Amerika Serikat,” sebut mantan Wakil Ketua DPR RI itu.

Hal sama juga diungkapkan Direktur Eksekutif Lebaga Survei Median, Rico Marbun kalau mayoritas masyarakat secara terus menerus merasakan adanya krisis ekonomi dan melambungnya harga-harga pangan. Perasaan krisis ekonomi, tidak hanya dirasakan oleh ibu rumah tangga tetapi sudah menyeluruh seperti kaum muda merasakan hal yang sama.

“Hampir seluruh usia mengakui adanya perasaan krisis, juga menimpa anak muda. Ini bisa terjadi mungkin dirasakan orang tua atau saudaranya.Masalah ekonomi menjadi titik terberat dan stabilitas harga dan hampir 90% menjawab demikian,” ungkapnya lagi.

Dibanding dengan problem bidang lainnya seperti pendidikan, atau keamanaan dan lainnya, lanjut Rico, perasaan adanya krisis ekonomi dan harga, lebih mencolok, atau jadi top of maine public. Perasaan masyarakat ini, seharusnya menjadi perhatian publik dan pemerintah.

“Mengapa? Sebab, publik telah merasakan performa ekonomi dan situasi memburuk. Kondisi ini, akan berimplimasi dan membawa perubahan konstelasi politik khususnya legitimasi politik. Sri Lanka contoh nyata, dalam waktu singkat pemerintah tumbang,” sebutnya.

Begitupun, lanjut Rico, menimpa negara maju, seperti Inggris dan Itali, perdana menteri mengajukan resign. Bahkan dia memperkirakan, kalau saja kondisi perekonomian yang dirasakan masyarakat terus merosot, Indonesia akan mengalami dampak yang tidak jauh berbeda.

“Pengaruh kekuatan partai lama juga akan menjadi sulit untuk dipertahankan. Sebaliknya, partai baru yang menawarkan ide yang cemerlang berpeluang mendapat dukungan rakyat banyak,” katanya.

Sebenarnya, lanjut Rico, tugas lembaga survei hanya memotret perasaan untuk disampaikan. Perasaan negative seperti kekhawatiran, waspada, taku, marah dan lainnnya lebih dominan dirasakan masyarakat.

“Jadi perasaan juga terinfeksi dari dampak pandemik, bukan hanya infeksi Covid-19,” ujarnya. (Ery)

No More Posts Available.

No more pages to load.