Di Era Digital, Nilai Pancasila Sangat Penting Ditanamkan ke Pemuda

by
Diskusi #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, bertajuk "Pemuda Sebagai Pemimpin di Era Digital," secara virtual. (Foto: Dokumentasi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Derasnya arus informasi di era digital, menjadi tantantangan tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila pada semua kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda.

Akademisi dari Universitas Sriwijaya, Anang Dwi Santoso menjelaskan, dalam ruang digital pasti akan ada interaksi, komunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Interaksi ini dapat menciptakan standar baru tentang etika.

“Dengan media digital ini setiap warganet berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya,” kata Anang dalam diskusi #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, bertajuk “Pemuda Sebagai Pemimpin di Era Digital,” secara virtual, Rabu (20/7/2022).

Untuk itu, lanjut Anang, segala aktivitas di ruang digital dan menggunakan media digital, memerlukan etika digital. Sebab, berdasarkan survei Survei Microsoft, Indonesia menjadi negara dengan warga netizen paling kurang beradab di Asia Tenggara.

Survei Microsoft ini juga menunjukkan bahwa tingkat keberadaban netizen saat ini berada di titik terendah, jika dibandingkan survei tahunan yang sama sejak tahun 2016.

“Microsoft melakukan survei tahunan ini guna mendorong netizen melakukan interaksi yang lebih sehat, aman dan saling menghormati,” tutur Anang.

Anang mendorong agar para pemuda, terlebih netizen, menerapakn nilai-nilai Pancasila dalam bermedsos. Nilai-nilai tersebut diantaranya, menghormati agama dan ibadah orang lain, tidak melakukan perundungan baik verbal maupun nonverbal berdasarkan agama.

Kemudian, mengembangkan tenggang rasa, toleransi, empati, tolong menolong dan saling mendukung. Termasuk mempromosikan keberagaman dan meminimalisir prasangka juga stereotip.

“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” kata Anang.

Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur, Anggun Puspitasari menegaskan, derasnya arus digital saat ini, sudah semestinya menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital tersebut. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar menggunakan media sosial untuk perubahan yang baik.
“Mengubah pola pikir, mindset, paradigma, sehingga manfaat keterbukaan, manfaat digitalisasi, betul-betul memberi manfaat pada bangsa dan negara kita,” ujarnya.

Sementara itu, Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM, Bevaola Kusumasari menilai, keterkaitan antara kepuasan penggunaan internet dengan literasi digital seharusnya dapat seimbang. Sehingga pemanfaatan teknologi dapat berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat dalam mempergunakan teknologi tersebut.

“Tujuan literasi digital adalah memberi kita kontrol yang lebih besar atas interpretasi karena semua pesan media merupakan hasil konstruksi,” kata Bevaola.

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media. (Kds)