Catat! Ini Cara Efektif Melawan Hoaks di Media Sosial

by
MakinCakapDigital. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Berita bohong atau hoaks kini banyak bersliweran seakan tak ada habisnya menyerbu berbagai lini ruang digital dan merasuki berbagai platform media sosial. Berita hoaks selain menimbulkan keresahan, juga bisa membuat hubungan keluarga menjadi jauh, karena membuat binggung apakah ini benar atau tidak.

Untuk mencegah hoaks, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, menghadirkan diskusi #MakinCakapDigital dengan tajuk “Menjadi Netizen Melawan Hoaks: Cara Menghindari Berita Hoaks di Media Sosial.”

Pegiat Advokasi Sosial/Fasilitator Komunitas Ari Ujianto menjelaskan, dampak dari penyebaran berita hoaks sangat serius bagi individu, keluarga maupun masyarakat. Karenanya, harus terus dilawan.

“Dampak hoaks itu bisa memecah belah masyarakat, merugikan kesehatan mental, menurunkan reputasi seseorang/pihak lain,” ujar Ari dalam diskusi virtual tersebut, Kamis (30/6/2022).

Menjelang tahun politik 2024 mendatang, lanjut Ari, biasanya banyak bersileweran berita online di kanal media sosial yang belum terverifikasi faktanya, yang tak jarang menjurus ke hoaks.

“Peristiwa politik sebentar lagi. Pilkada, Pemilu Legislatif, Pemilihan Presiden, kita harus hati-hati terhadap hoaks,” pesan Ari.

Pernyataan senada, juga diungkapkan Dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Bambang Kusbandrijo. Menurutnya, berita bohong alias hoaks dapat memicu perpecahan, baik antar individu maupun kelompok. Hal ini disebabkan penggiringan opini terhadap seseorang, sehingga menimbulkan kebencian.

Ari menerangkan, di era demokrasi dan banjirnya informasi di media sosial ini, telah lahir apa yang disebut post truth (pascakebenaran). Hoaks sendiri adalah anak kandung dari post truth.

Post truth mengabaikan fakta dan kebenaran, hoaks bisa diartikan sebagai berita atau informasi palsu/bohong. “Semakin tipis batas pembenaran dan kebenaran, untuk itu diperlukan kesiapan yang matang dari masyarakat dalam memanfaatkan media sosial,” kata Ari.

Lebih lanjut, Ari menguraikan tentang ciri-ciri hoaks, yaitu: informasi bersifat menyerang, berat sebelah, dan tidak netral, memiliki judul provokatif yang tidak sesuai dengan isi berita, memaksa untuk membagikan berita tersebut agar viral.

Kemudian, berita yang diluncurkan tidak menyeluruh, ada fakta yang disembunyikan, dan memelintir informasi yang diberikan oleh sumber terpercaya.

“Menggunakan data dan foto fiktif agar berita yang ditulis dapat dipercaya. Ditulis oleh media yang tidak kredibel,” paparnya.

Tak lupa, Ari memberikan tips agar terhindari dari hoaks, yakni tidak terpengaruh dengan judul berita yang provokatif, membaca berita atau artikel.

“Menonton video sebaiknya sampai selesai, menganalisis apakah berita tersebut mengandung ciri-ciri hoax atau tidak,” kata Ari.

Sementara Associate Professor – Administrasi Publik UNSOED, Dwiyanto Indiahono, lebih menitikberatkan pada kecakapan dalam bermedia digital, sebagai cara melawan maupun menghindari hoaks.

“Individu yang cakap bermedia digital akan mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital,” kata Dwiyanto.

Menurut dia, masyarakat akan dapat mencapai kecakapan digital jika tahu dan paham ragam dan perangkat lunak yang menyusun lanskap digital.

“Setiap kita diharapkan bisa mengoptimalkan penggunaan perangkat digital utamanya perangkat lunak sebagai fitur proteksi dari serangan siber,” tutup Dwiyanto. (Kds)

Catatan:

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital lainnya, dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan mengikuti @siberkreasi di sosial media.