Era Digitalisasi, Kabag Pemberitaan MPR RI Minta Mahasiswa Fokus ke Bisnis Marketplace 

by
Plt. Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah (tengah), di Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda (FE Unida) di Kampus Unida, Bogor, Jawa Barat. (Foto: Humas MPR RI)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Biro Humas Setjen MPR RI, Budi Muliawan, menjelaskan bahwa digitalisasi berkembang sangat cepat memberikan ruang dan kemudahan seluas-luasnya dalam menjalankan usaha. Karenanya, konsep
marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Alibaba, Amazon, dan lainnya kini merajai dunia usaha.

Karenanya pemanfaatan teknologi digital, kata Budi, para anak muda harus memanfaatkan era digital untuk berwirausaha.

“Di saat toko-toko ritel konvensional terpuruk akibat pandemi COVID-19, toko-toko digital malah masih bisa meraup laba besar,” ujar Budi Muliawan, Senin (20/6/2022).

Budi mengaku, apa yang ia ungkapkan tersebut, juga telah dikatakannya saat menjadi pembicara di Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda (FE Unida) di Kampus Unida, Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/6/2022) minggu lalu.

Acara tersebut dihadiri Plt. Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, Dekan FE Sri Harini, tenaga pengajar FE Rachmat Gunawan, dan ratusan mahasiswa serta dosen FE Unida.

Oleh karena itu, Budi mendorong agar mahasiswa menguasai dan memanfaatkan teknologi digital. Apalagi, belakangan banyak mahasiswa yang lebih memilih menjadi wirausahawan.

Hadirnya teknologi digital, ditegaskan nya, memberi ruang yang lebih luas untuk menjadi seorang wirausahawan.

“Saya mendorong mahasiswa berani menjadi seorang wirausahawan. Sebab apa? Ada banyak peluang menjadi wirausahawan saat ini, dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi yang aplikasinya bisa diunduh di handphone. Hal yang dibutuhkan adalah niat tulus, semangat, dan keinginan kuat untuk maju,” katanya.

Selain mendorong untuk berwirausaha, Budi juga mengingatkan peran mahasiswa sebagai ‘agent of change’, ‘guardian of value’, dan ‘moral force’.

“Dalam sejarah bangsa, peran-peran itu telah dilakukan oleh mahasiswa di tengah kesibukan mereka menimba ilmu,” ujarnya.

Sebagai contoh Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, dan peralihan kekuasaan tahun 1966 dan 1998, semua dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Tantangan kebangsaan bagi mahasiswa berbeda dari masa ke masa.

“Yang dikhawatirkan kalau nilai-nilai yang masuk merusak nilai-nilai kebangsaan,” kata Budi.

Ia mencontohkan budaya K-Pop dari Korea Selatan yang kini digemari kaum muda. Harusnya mahasiswa lebih mengenal pahlawan nasional atau daerah ketimbang artis-artis dari budaya luar.

“Mereka lebih mengenal artis-artis K-Pop daripada pahlawan daerah sendiri,” ungkapnya.

Menurutnya, mahasiswa tidak hanya menjaga nilai-nilai kebangsaan, namun mereka diharapkan juga mampu menjadi agen perubahan dan mampu menempatkan diri sebagai sosok yang bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan tersebut mahasiswa perlu mempersiapkan diri.

“Berbuat sesuatu yang bermanfaat mulai dari sekarang adalah kunci berhasilnya mahasiswa sebagai agen perubahan,” tutupnya. (Kds)