Melestarikan Pemikiran Besar Tokoh Tokoh Kebangkitan Bangsa

by
Kebangkitan Nasional. (Ilustrasi/Foto: Ist)

SAAT menyelesaikan disertasi doktoral beberapa waktu yang lalu, salah satu buku rujukan penulisan yang wajib dibaca oleh penulis yaitu “ The popular of mind “ dari Gustave Le Bon ( le bon )

Dalam salah satu narasi yang dibangun sebagai konsep berpikir ilmiah dari Le Bon yang kemudian menjadi konsep dasar analisis penulis dalam memotret fenomena sosial yang dijadikan objek penelitian adalah “ life is the transformation of though” atau bisa dikatakan bahwa hidup ini sesungguhnya adalah proses transformasi pikiran , ide atau gagasan.

Sejalan dengan konsep berpikir tersebut maka tanggal 20 Mei yang ditetapkan oleh Bung Karno, pada tahun 1948 yang dikuatkan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia.

Hari Kebangkitan Nasional seyogyanya dijadikan salah satu hari perenungan bersama untuk tidak saja mengingat proses monumental lahirnya gerakan Boedi Utomo sebagai gerakan politik etis pada masa masa kolonialisme saat itu , tetapi juga merupakan momen di mana ruang kesadaran sebagai seorang Indonesia yang memiliki sejarah, identitas dan polical mission yang merdeka dan berdaulat kembali tumbuh dan menjadi energi untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka , adil dan makmur yang tidak terkooptasi oleh negara dan bangsa apa pun.

Ruang kesadaran sebagai seorang Indonesia yang memiliki sejarah, identitas dan political mission sendiri menjadi pemikiran , ide dan gagasan besar yang kemudian mewarnai lahirnya organisasi perjuangan lainnya yang muaranya menjadi “locomotive group” untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Pemikiran tentang ke Indonesiaan yang memiliki sejarah, identitas dan political mission sendiri menjadi sangat relevan dan mendasar untuk menjalankan roda pembangunan nasional pada era turbulensi global yang disebabkan oleh konflik kepentingan “ state actor dan non state actor “ dalam urusan urusan peradaban dunia.

Dalam konteks situasi lainnya,banyak pemikiran pemikiran besar dari para pejuang dan pendiri bangsa yang semestinya diingat dan diteruskan oleh generasi generasi saat ini sebagai suatu tanggung jawab kewarganegaraan , sebagai suatu warisan sejarah ( the historical heritage ) yang semestinya dirawat dan diteruskan dalam ruang ruang kehidupan politik dan sosial, karena sejatinya peradaban suatu negara dan bangsa tumbuh dan berkembang melalui proses evolusi yang ajeg yang tidak tercabut dari akar sejarahnya.

Pelaksanaan pembangunan nasional dalam ruang politik dan sosial yang dinamis dari berbagai faktor yang kompleks situasi global, regional dan nasional pada dasarnya memerlukan kesadaran keindonesiaan yang kokoh tentang jati diri negara dan bangsa.

Kesadaran keindonesiaan yang kokoh adalah sikap dan tindakan yang sepenuhnya mampu melestarikan pemikiran , gagasan dan ide ide besar para pejuang dan pendiri NKRI yang salah satunya adalah pemikiran , gagasan dan ide yang lahir dari tokoh tokoh kebangkitan nasional;
. Sutomo
. Budi Utomo.
. Wahidin Sudirohusodo.
. Douwes Dekker.
. Cipto Mangunkusumo.
. HOS Cokroaminoto.
. Soewardi Soerjaningrat.

Karena pada dasarnya tokoh tokoh kebangkitan nasional tersebut mewariskan kepada kita semua bahwasanya Indonesia sebagai suatu negara bangsa memiliki sejarah , identitas dan political mission sendiri sebagai negara bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei yang ditetapkan oleh Bung Karno dan pemerintahan saat itu serta dilanjutkan sampai dengan pemerintahan saat ini semata mata agar kita tidak melupakan dan tercabut dari akar sejarahnya sendiri sekaligus pentingnya kesetiaan kita kepada NKRI melalui proses transformasi pemikiran para pejuang dan pendiri NKRI.

Yogyakarta , 19 Mei 2022

*DR. Andry Wibowo Sik, Msi* –  (Doktor Ilmu Kepolisian Bidang Konflik Identitas, Mantan Anggota Pasukan Perdamaian PBB di Bosnia Herzegovina)