Melestarikan Pacuan Roda Sapi Jadi lkon Pariwisata Budaya Minahasa Utara

by
Pacuan Roda Sapi Wanua Sukur Jadi lkon Budaya Pariwisata Minahasa. (Foto: NIC)

BUDAYA dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas di daerah Minahasa khususnya wilayah yang didiami sub-etnis Tonsea ternyata masih ada yang dilestarikan. Salah satunya lomba roda sapi.

Pacuan roda sapi yang sempat berjaya di tahun 60-70 an bersamaan dengan pacuan kuda sempat meredup dan minim kegiatan. Padahal lomba mirip karapan sapi di Madura ini, adalah kegiatan budaya yang bisa menjadi satu ikon pariwisata di Minahasa Utara untuk melengkapi daerah tujuan wisata super prioritas Likupang.

Masyarakat Wanua (Desa) Sukur, sepertinya melihat peluang untuk melestarikan lomba roda sapi ini. Apalagi sejak zaman dulu lomba roda sapi sudah berlangsung dan menjadi kegiatan rutin di Wanua Sukur. Sebab itu untuk memperingati HUT Wanua Sukur ke 143, rangkaian lomba roda sapi partai final diadakan hari Jumat (5/4/2023). Lomba yang berlangsung cukup meriah ini diikuti puluhan peserta dari Desa Sukur sendiri dan berbagai desa sekitar.

Umumnya sapi-sapi yang dipakai buat lomba adalah yang bertubuh ramping dan roda (gerobak) yang digunakan juga bertubuh ramping. Dibandingkan karapan sapi di Madura, agak beda karena mereka tidak pake gerobak. Tapi dari segi kecepatan mungkin tidak jauh beda. Semuanya ada joki yang sudah trampil saat berlomba. Sementara trak lomba biasanya lurus, tidak seperti pacuan kuda.

Menurut Ronny F Sompie, tokoh Kawanua di Jakarta yang berasal dari Desa Sukur, ia sangat mengapresiasi dan mendukung penyelenggaraan pacuan roda sapi ini. Dijelaskannya, sebaiknya semua potensi budaya yang bisa menjadi ikon pariwisata benar-benar harus dilestarikan.

“Salah satunya pacuan roda sapi ini. Mungkin kita bisa mengambil contoh di Spanyol ada pertunjukan matador yang sangat menarik wisatawan, ” jelas mantan dirjen imigrasi ini.

Menurutnya, puncak peringatan HUT Desa Sukur hari Jumat (5/4) juga diadakan pawai roda sapi dengan rute dari depan Gereja GMIM Syalom sampai Pasar Sukur. Ribuan masyarakat Desa Sukur dan dari desa tetangga ikut hadir menyaksikan acara ini.

Sebab itu, Ronny berharap kegiatan pacuan roda sapi ini harus didukung semua pihak khususnya Dinas Pariwisata Kab. Minahasa Utara agar masuk kalender wisata budaya tradisional. Jadi selain keindahan alam tentu kegiatan budaya seperti ini perlu jadi ikon seperti kolintang dan tarian maengket.

Adapun pemenang pacuan roda sapi, jarak 100 meter pemula:
1. A. Wiratama
2. Putra Aer

Jarak 100 Meter
Rit 1
1. Mecatron Bos & Ratu R (2 pemenang)
2. Bunga Ferari

Rit 2

1.Bunga Desa
2.Kayu Bulan
3.Queen Mecatron

Rit 3

1 Gaco Tornado
2 Bintang Liontin
3 Manguni Waya

Jarak 200 Meter

1. Cebol Ajaib
2. Beatrix
3. Pendekar

Jarak 250 Meter

1.Ratu Sandra
2.Dragon Tornado
3.Buaya Virgin
4.Temboan Pinamintu (nico)