Antologi 93 Penyair Membaca Ibu Semarakkan Kemajuan Perempuan

by
Para penyair yang tergabung adalam antologi 93 Penyair Membaca Ibu

PENYAIR yang tergabung dalam antologi bersama 93 Penyair Membaca Ibu meramu suatu harmoni suara dalam memperbincangkan sosok Ibu dari berbagai teropong lensa kehidupan yang mereka alami. Karya penyair dari 34 provinsi ini, bukan hanya mendapat topik bahasan di beberapa daerah di Tanah Air, tapi juga dibahas oleh pakar kesusasteraan yang ternama.

“Rasa hormat dan kagum kepada Ibu sebagai sosok yang melahirkan seseorang, sungguh mewarnai sajak-sajak di dalam himpunan ini,” kata Dr. Sunu Wasono, pengajar di FIB Universitas Indonesia. “Tiap individu memiliki pengalaman masing-masing dalam kaitan dengan ibu yang melahirkannya.”

Usai pembacaan puisi antologi puisi 93 Penyair Membaca Ibu, mereka bertekat bikin buku lagi

Sedangkan Dr. Sastri Sunarti dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, dalam ulasannya memaparkan, puisi dalam antologi ini menawarkan suatu daya ungkap puitik yang indah, khas, dan otentik. Baik dalam retorika maupun visual atau tipografi.

“Ibu dalam makna sebagai tanah air dan alam semesta adalah dua konsep yang tidak jauh berbeda. Ibu juga dapat diasosiasikan sebagai pemberi kehidupan seperti bumi atau konsep the Goddes mother sebagai konsep yang sudah tua dalam peradaban manusia,” kata Dr. Sastri Sunarti. “Sifat seorang ibu sebagai sosok darah daging memiliki sifat-sifat agung seperti mengayomi, rela berkorban, dan kemudian diasosiasikan dengan Tanah Air atau alam semesta.”

Sedangkan aktivis perempuan yang juga aktris, Rahayu Sasaswati D. Joyohadikusumo memaparkan, hal yang sering membedakan perempuan dari laki-laki di dunia profesional atau ranah publik, bukan soal kemampuannya. “Tetapi the intangible factors, hal-hal seperti dukungan keluarga dan komunitas, kemapanan keuangan pribadi,” kata Rahayu Saraswati. “Budaya patriarki menjadi masalah jika para lelaki tidak mendukung perempuan dalam pembangunan komunitas, keluarga, atau di luar ranah domestik.”

Rahayu Saraswati terima lukisan potret diri

Rahayu Saraswati selain menjadi pembicara diskusi, ikut terlibat dalam antologi 93 Penyair Membaca Ibu. Ia juga hadir membaca puisi pada acara diskusi Sabtu (11/12) lalu di Gedung Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta.

Ia bangga dapat hadir dalam acara pagelaran sastra yang begitu istimewa baginya. Meski tokoh Perempuan Indonesia ini sibuk dengan jadwal yang padat, ia menyediakan waktu khusus demi memperingati Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember nanti.

Tokoh perempuan kelahiran Jakarta, 27 Januari 1986 bernama lengkap Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo ini, memang suka dengan bacaan kesusastraan, terutama puisi. Untuk hal yang istimewa itu, ia tampil mempesona dalam bedah buku 93 Penyair Membaca Ibu, meski tengah hamil anak ketiga. (Rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *