Dubes Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Picket: Festival HAM Sesuai dengan Keadaan Saat Ini

by
H.E. Vincent Picket, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.

BERITABUANA.CO, SEMARANG – Tema Festival Hak Asasi Manusia (HAM) ini, ‘Bergerak Bersama Memperkuat Kebhinekaan, Inklusi, dan Resiliensi’, sangat sesuai dengan keadaan saat ini karena krisis pandemi telah semakin menonjolkan isu-isu HAM yang sebelumnya telah ada.

“Ini adalah tema yang sesuai dengan Rencana Tindakan Uni Eropa untuk HAM dan demokrasi agar diwujudkan di seluruh dunia, termasuk Asia dan Indonesia,” kata HE Vincent Picket, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam saat menyampaikan sambutannya dalam sebuah acara webinar bertajuk Tema Festival Hak Asasi Manusia (HAM) di Semarang, Rabu (17/11/2021).

Festival HAM bertema “Bergerak Bersama Memperkuat Kebhinekaan, Inklusi, dan Resiliensi”.

Menurut Vincent, Indonesia dengan populasi yang besar dan beragam memiliki moto Bhineka Tunggal Ika yang menjadi tugas, tantangan dan kekuatan besar dari negara ini. Uni Eropa dengan 27 negara anggota dan 450 juta populasi memiliki moto yang sama, ‘Unity in Diversity’.

“Dengan itu kami mendukung non-diskriminasi dalam segala hal, dan secara spesifik dalam hal kebebasan beragama dan berkepercayaan,” ujarnya seraya mengakui bahwa kini kebebasan beragama mengalami tekanan di seluruh dunia.

“Di beberapa negara, pemerintahnya membatasi hal ini. Ada permusuhan sosial di negara lain. Juga meningkatnya intoleransi di banyak negara. Ini semua terutama dilatari oleh Covid-19,” tambah Vincent.

Dalam sejarah, Eropa telah mengalami berbagai intoleransi, ekstrimisme dan perang yang diakibatkan agama. Itu telah berubah. Kini di Eropa, Uni Eropa menghormati setiap agama, melindungi kebebasan semua orang untuk beragam dan melakukan praktik keagamaannya.

“Kami juga melindungi mereka yang memilih untuk tidak beragama. Dan kami akan terus melakukan ini. Kita hidup di dunia di mana identitas politik sering menyebabkan antagonisme dalam kelompok dan komunitas, atau bahkan dalam suatu agama sendiri. Kami juga melihat bahwa jaringan sosial berperan dalam meningkatkan ketegangan tersebut. Beberapa serangan teroris yang kita hadapi jelas terhubung dengan penyebaran disinformasi dan ujaran kebencian di internet. Bukannya bentrokan agama, ini adalah bentrokan antara peradaban dengan barbarisme, antara hidup yang bermartabat dan keberagaman melawan penolakan terhadap nilai-nilai tersebut,” tuturnya.

Uni Eropa, lanjut Vincent, berusaha menangani pelanggaran dan penyalagunaan kebebasan beragama atau kepercayaan. Termasuk juga melindungi individu dari diadili dan didiskriminasi berdasarkan agama atau kepercayaan.

“Kami juga membahas ini dengan Indonesia melalui dialog HAM tahunan kami, selain juga dalam diskusi kami di forum internasional,” katanya.

Uni Eropa juga baru meluncurkan Global Exchange on Religion in Society (GERIS) dengan tujuan memfasilitasi diskusi global tentang keberagaman, hidup berdampingan, dan inklusi sosial.

“Indonesia adalah satu dari enam negara proyek prioritas dalam GERIS. Dalam rangka kerjanya, akan dilakukan kunjungan untuk melibatkan banyak pemangku kepentingan di tahun 2022, demikian Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam ini. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *