Baliho Puan Maharani Mungkin Semakin Dikenal, Tapi Belum Tentu Jadi Pilihan

by
Baliho Puan Maharani.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Puan Maharani adalah politisi PDI Perjuangan yang menjabat Ketua DPR RI periode 2019-2024. Namanya sedang hangat dibicarakan sejak ratusan bahkan mungkin ribuan spanduk, baliho dan billboard bergambar dirinya dipasang di hampir seantero Indonesia. Di baliho nya ada tulisan berupa pesan menjaga diri dari virus Covid-19, sementara pada billboard nya itu mengusung narasi persatuan Indonesia.

Dari berbagai pernyataan kolega Puan dari PDI Perjuangan , tiba pada sebuah kesimpulan, bahwa tujuan pemasangan baliho dan billboard itu tidak lain karena kebanggaan pada sosok Puan. Bangga, karena dalam sejarah DPR RI, baru Puan Maharani lah perempuan pertama menjadi ketua lembaga legislatif.

Karir politiknya pun ikut dibanggakan sejak ia terjun ke dunia politik, menjadi Ketua DPP PDI P, anggota sekaligus Ketua Fraksi PDI P di DPR, hingga pernah menjadi Menteri Koordinator PMK. Tak kalah pentingnya karena Puan Maharani adalah putri dari pasangan Megawati Soekarnoputri dan Taufiq Kiemas. Megawati Soekarnoputri pernah menjadi wakil hingga Presiden RI. Sedang Taufiq Kiemas (almarhum) pernah menjadi Ketua MPR RI. Jadi, bisa disebut, Puan bukan lah sosok sembarangan, tetapi dia saat ini adalah tokoh yang diperhitungkan dan punya pengaruh politik yang begitu luas di Indonesia.

Sehingga ketika ada ‘arahan’, maka semua anggota DPR RI dari PDI P dengan suka rela merogoh koceknya untuk memasang gambar Puan Maharani di daerah pemilihan masing-masing dalam bentuk spanduk, baliho dan billboard.

Kembali ke soal baliho, spanduk dan billboard nya tadi, suka dan tidak suka telah melahirkan persepsi lain dari masyarakat luas. Persepsi publik menjurus pada perhelatan pemilihan umum (pemilu) pada 2024, yang waktunya masih berjarak sekitar 3 tahun dari sekarang. Berbagai komentar bisa kita ketahui di media sosial, mulai dari pendapat positif dan bernada negatif.

Jauh sebelum pemunculan baliho, spanduk dan billboard tadi, nama Puan Maharani memang sudah mencuat, tetapi karena tingkat elektabilitasnya masih rendah sesuai hasil riset lembaga survei. Sejumlah lembaga survei melakukan riset tentang sosok calon presiden dan calon wakil presiden untuk pemilu 2024. Rupanya, hasil survei itu memperlihatkan, tingkat elektabilitas maupun popularitas masih dikisaran 2 atau 3 persen. Sedangkan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) yang juga kader PDI P Ganjar Pranowo, angkanya justru lebih tinggi dari Puan, yaitu 15 persen. Tingkat keterpilihan Ganjar sedikit dibawah sosok Prabowo Subianto, yaitu 23 persen, dan berlomba dengan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang meraih 13 persen. Pupularitas dan elektabilitas Ganjar yang lebih tinggi dari Puan rupanya membuat kubu Puan dongkol dan sengit. Ganjar sempat mau dikucilkan dari lingkaran PDI P.

Sebetulnya, bukan sekali ini ada tokoh politik yang memasang gambarnya di ruang publik. Selama ini, kita sudah mengetahui ada sejumlah tokoh politik yang memasang balihonya berukuran besar di tempat strategis. Tetapi, jumlahnya tidak banyak dan tidak menuai kontroversi di masyarakat. Baliho mereka di pandang biasa saja.

Dalam politik, pemasangan gambar seorang tokoh dalam bentuk baliho maupun billboard hal yang biasa saja, atau lumrah. Itu sama dengan promosi, seperti produk makanan atau barang elektronik. Karena yang penting, pemasangan gambar itu sesuai aturan yang ada dan tentu membayar pajak. Sederhananya, gambar-gambar seseorang dipasang di ruang publik untuk diperkenalkan atau dipromosikan ke masyarakat. Dengan demikian, masyarakat luas bisa mengetahui atau mengenal sosok yang gambarnya di pasang itu berikut jabatannya.

Begitu juga halnya dengan gambar Puan Maharani, dibalik kebanggaan para kader PDI P, secara tersirat juga bermaksud untuk memperkenalkan atau mempromosikan Puan secara lebih luas ke masyarakat. Tidak ada yang salah, wajar saja, namanya juga politik. Publik juga bisa mahfum, agenda politik nasional sudah di depan mata koq. Apa yang salah ? Kalau memang baliho dan billboard nya harus bayar pajak, itu pasti dibayar, tak mungkin tidak dibayar. Uang mereka untuk membayar itu pasti tersedia.

Sekarang, pertanyaannya, apakah dengan pemasangan gambar-gambar Puan tadi otomatis akan menjadi pilihan masyarakat jika saatnya dia ditetapkan menjadi capres atau cawapres? Kita belum bisa menjawabnya. Karena pilihan masyarakat akan calon-calon pemimpin bisa beragam dan pertimbangan untuk memilih juga beragam . Ini masih membutuhkan proses lagi dan butuh kerja keras.

Mungkin, dari sisi popularitas, nama Puan Maharani di masyarakat sudah semakin terkenal. Bagaimana pun, pemasangan gambar lewat baliho dan billboard selama 3 (tiga) pekan ini pasti ada efeknya. Kita tahu sendiri, semua baliho maupun billboard tersebut dipasang di tempat strategis, yang dengan mudah bisa dilihat oleh siapa saja. Ketika pengendara berhenti di sebuah traffic light, dengan sendirinya pandangan kita tertuju ke baliho Puan Maharani disudut perempatan jalan yang dipasang diikat pada ruas bambu.

Warna gambar berwarna dominan merah pada baliho tersebut seperti magnet melihatnya. Di sebuah tikungan Jalan Pejompongan, Jakarta Pusat, billboard Puan berdiri tegak dan kemungkinan untuk melihatnya pasti ada saat kita melintas di jalan tersebut. Berhari-hari masyarakat melintas disitu, maka semakin tahu mereka akan keberadaan gambar tersebut.

Karena itu patut juga diapresiasi tim Puan Maharani yang tidak sembarangan memilih lokasi dan titik-titik untuk memasang semua baliho dan billboard tersebut. Karena , mempromosikan Puan Maharani dengan cara demikian bisa lebih efektif dibanding melalui media sosial yang ada. Pengamen yang tiap hari beroperasi di perempatan jalan pun setiap hari melihat dan memandang wajah Puan dalam gambar di baliho. Mereka sudah hafal tulisan di baliho itu, “Jaga Imun, Jaga Iman. Insyaallah Aman.”

Atau tulisan di billboard di Jalan Pejompongan tadi, sopir angkot yang rutenya melintas disana semakin hafal akan tulisan “Kepak Sayap Kebhinekaan”. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *