Didik J Rachbini: Konsep MB-KM, Antitesa dari Sistem yang Sebelumnya Tersentralisasi

by
Seminar Online bertema “Capaian Pembelajaran Lulusan Ilmu Komunikasi Berorientasi Merdeka Belajar–Kampus Merdeka” yang dilaksanakan secara daring pada Kamis (29/7/2021).

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MB-KM) yang diinisiasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknolodi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim cukup bagus. Tetapi, pelaksanaannya harus diikuti dengan disiplin yang kuat untuk tercapainya proses yang merdeka tersebut.

Pendapat ini dikemukakan Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Prof. Didik J. Rachbini ketika memberikan pengantar kunci pada Seminar Online bertema “Capaian Pembelajaran Lulusan Ilmu Komunikasi Berorientasi Merdeka Belajar–Kampus Merdeka” yang dilaksanakan secara daring pada Kamis (29/7/2021).

Dalam acara yang diselenggarakan Universitas Paramadina bekerjasama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) Korwil Jabodetabek ini, Didik berpendapat, konsep MB-KM cukup diterapkan sebesar 20-25 persen saja, selebihnya bagaimana proses belajar itu diterapkan secara proporsional dan diikuti penerapan disiplin yang kuat.

“Sebagai intelektual, kita harus selalu kritis terhadap berbagai kebijakan, termasuk yang kini tengah diterapkan Kemendikbudristek,” katanya.

Sebenarnya, menurut ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) ini, konsep MB-KM adalah bentuk antitesa dari tesa atau sebuah kebijakan pendidikan yang selama ini tersentralisasi di pusat. Tapi sebagai antitesa, MB-KM jangan jadi ‘bandul’ yang asal bergerak ke kiri dan ke kanan, tanpa arah dan tujuan yang jelas.

“Dan, Mas Menteri Nadiem tidak berada dalam konteks tesa-antitesa, melainkan dia memberikan kontibusi besar pada bidang teknologi informasi dalam perubahan system pendidikan dan pengajaran,” demikian Didik Rachbini.

Ikut memberikan sambutan, Dr. Muhammad Sulhan (Ketua Umum ASPIKOM) dan Deddy Irwandy, M.Si (Ketua ASPIKOM Korwil Jabodetabek). Sedangkan pembicara dalam seminar yang diikuti ratusan dosen komunikasi ini adalah Kepala Departemen Kurikulum dan Pengembangan ASPIKOM, Sri Hastjarjo, Ph.D yang memaparkan peran Aspikom dalam pengembangan kurikulum MB-KM.

Selain itu ada Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, DR. Beny Bandanadjaya, ST.,MT yang menguraikan secara gamblang bagaimana kebijakan MB-KB dilaksanakan, termasuk dengan dukungan dana yang cukup besar.

Fakta di Lapangan

Sri Hastjarjo, Ph.D sepakat dengan pandangan Didik J Rachbini bahwa konsep dan penerapan MB-KM harus tetap dikritisi, sebab tidak bisa mentah-mentah diterapkan di lapangan, khususnya di program studi komunikasi. Diakuinya setiap prodi berbeda-beda dan tidak semuanya bisa melaksanakan program MB-KM.

“Ada 300 Prodi di organsiasi Aspikom ini dan tingkat disparitasnya lumayan besar, tapi indikator dalam MB-KM sama. Belum lagi persepsi mahasiswa yang menyebut MB-KM adalah hak, jadi boleh diambil boleh tidak. Artinya, kecepatan dalam merespons konsep MB-KB berbeda,” papar dosen UNS itu.

Meski dilakukan secara daring, seminarini mendapat perhataian besar dari peserta yang sebagian besar adalah dosen komunikasi. Bukan saja terjadi dialog yang mencerahkan, tetapi mereka tetap bertahan hingga seminar selesai. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *