Hasil Audit Laba Bersih PLN Capai 38 Persen Lebih

by
Meskipun di tengah Pandemi Covid-19, PLN tetap menghasilkan laba signifikan

BERITABUANA.CO, KUPANG – Hasil audit kinerja keuangan PLN meningkat signifikan, di tengah masa pemulihan ekonomi akibat Pandemi Covid-19. Laba bersih tahun 2020 naik mencapai 38,6 Persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini berkat efisiensi di sisi teknis dan operasional, serta inovasi-inovasi melalui Program Transformasi PLN yang dijalankan sejak April 2020 lalu.

Audit dilakukan Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan (PwC Indonesia), dengan Opini Tanpa Modifikasian
“Pencapaian ini merupakan hasil dari Transformasi PLN, yang berfokus pada peningkatan pendapatan dan menurunkan biaya pokok penyediaan, serta peningkatan layanan,” tegas Direktur Utama PLN (Persero), Zulkifli dalam siaran persnya, Selasa (25/5/2021).

Disamping itu, tegas Zulkifli, Korporasi beralih dari strategi Supply Driven ke Demand Driven, inovasi-inovasi menciptakan kebutuhan dari pelanggan baru dan eksisting, dan digitalisasi untuk menekan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik.

“PLN beradaptasi dengan tantangan untuk menambah Revenue perusahaan, sekaligus mendukung perkembangan dunia industri, yaitu melalui akuisisi Captive Power di industri, elektrifikasi sektor agrikultur dan perikanan, serta migrasi ke kompor listrik atau Electrifying Lifestyle,” terang Zulkifli.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan pelayanan kepada pelanggan, ujar Zulkifli, PLN juga mengembangkan lini usaha di luar kelistrikan, dan melakukan optimalisasi aset PLN, antara lain membangun layanan internet dan infrastruktur kendaraan listrik.

“Dengan peningkatan laba bersih tersebut, terbukti bahwa program Transformasi dapat berjalan sesuai rencana dan target,” ujar Zulkifli.

Zulkifli menambahkan, selain upaya efisiensi, korporasi yang dipimpinnya juga meningkatkan pengelolaan berbasis Good Corporate Governance (GCG), pengendalian likuiditas yang ketat, memperkuat pengelolaan Manajemen Risiko, dan pengelolaan keuangan yang hati-hati.

“Di sisi pengelolaan keuangan, PLN juga membangun “Cash War Room” yang dikelola secara Prudent dan dimonitor On Daily Basis, Management Information System yang terintegrasi, dan sistem pengadaan yang sebagian besar terdigitalisasi,” papar Zulkifli.

Menurutnya, dengan seluruh langkah efisiensi dan penghematan ini, sepanjang tahun 2020, PLN mampu menurunkan beban usaha dengan cukup signifikan. Dari yang semula beban usaha sebesar Rp 315,4 Triliun di tahun 2019, menjadi hanya sebesar Rp 301,0 Triliun di Tahun 2020. Artinya, ada pengurangan sebesar Rp 14,4 Triliun pada beban usahanya.

Usaha-usaha di atas akan terus dilakukan dalam rangka mewujudkan Transformasi PLN menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan Nomor 1 Pilihan Pelanggan untuk Solusi Energi.

Diakui Zulkifli, tahun 2020, PLN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 5,9 Triliun. Posisi ini naik Rp 1,6 Triliun dibandingkan perolehan laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 4,3 Triliun. Dan telah dirilis pada 24 Mei 2021.

Laba bersih PLN tahun 2020 tersebut dapat bertambah sebesar Rp 13,6 Triliun, apabila tidak mempertimbangkan pencatatan selisih kurs sebesar Rp 7,7 Triliun, serta tambahan pengakuan pendapatan dari penyambungan pelanggan sebesar Rp 5,9 Triliun, jika pencatatannya dilakukan sama seperti tahun 2019 yang belum menerapkan PSAK 72.

“Program Transformasi yang berjalan sejak tahun lalu, telah memperkuat daya tahan PLN di situasi pandemi, bahkan dapat membukukan peningkatan laba bersihnya,” tandas Zulkifli.

Dikatakan Zulkifli, meskipun sebagian besar bisnis tengah menghadapi pandemi Covid-19, yang juga menyebabkan perekonomian nasional menurun, PLN berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 345,4 Triliun.

“Dari jumlah tersebut, pendapatan penjualan tenaga listrik mencapai Rp 274,9 Triliun, termasuk didalamnya subsidi stimulus Covid-19 sebesar Rp 13,8 Triliun membantu 33 juta pelanggan,” kata Zulkifli.

Selain itu, tambahnya,bterdapat pendapatan subsidi sebesar Rp 48,0 Triliun yang menjangkau 37 juta pelanggan dan kompensasi Rp 17,9 Triliun untuk 42 juta pelanggan. (rls/iir)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *