Soal Toleransi, Peneliti: Indonesia Matang Dipanggang Sejarah

by
Peneliti dari Universitas NU, Okky Tirto. (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Peneliti Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Okky Tirto mengatakan bahwa bicara mengenai toleransi antar umat beragama, bangsa Indonesia bisa dibilang sudah matang dipanggang sejarah. Akan tetapi, menyikapi soal sikap toleransi yang ada di daerah dengan di kota, Jakarta justru pernah tercatat menjadi kota dengan indeks demokrasi yang cukup tinggi.

“Tapi faktanya secara praktik di lapangan kita melihat bahwa kegaduhan-kegaduhan yang berhasil di framing oleh teman-teman jurnalis juga kan nggak kurang kurang terjadi di Jakarta,  yang basisnya adalah SARA, dan basisnya adalah intoleransi,” kata Okky dalam acara diskusi Empat Pilar bertajuk ‘Menjaga Toleransi di Bulan Suci Ramadhan’, di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (12/4/2021).

Bila mencermati dari apa yang disampaikan Anggota MPR RI dari Fraksi PKS, Bukhori Yusuf tentang pendekatan ya dilakukan secara normatif, yakni dengan pendekatan etik, moral hingga basisnya religius bahwa seorang yang beragama sudah sepantasnya respect. 

“Kalau  mau belajar dari ramadhkan, saya berpikir sebetulnya hidangan buka puasa yang ada di meja ketika buka puasa itu, bagaimana orang memilih berbuka puasa dengan ada yang milih teh, ada yang beli kopi, susu dan air putih itu kan perbedaan dan gak ada soal dengan itu,” urainya.

Menjadi soal ketika seseorang menyalahkan cara berbuka orang lain dan mengklaim cara berbuka dia yang paling benar, itu mulai dari permasalahan. Oleh karena itu, artinya sepanjang keragaman itu dirayakan tanpa tendensi bahwa dirinya yang paling benar atau opsi yang diambil yang paling benar dan selainnya konsekuensi logisnya adalah salah.

“Sebenarnya ga ada masalah dengan perbedaan itu dan keragaman faktual yang ada,  multikultur yang ada di Indonesia sebetulnya sudah lebih dari cukup untuk membuktikan itu semua bahwa sejauh ini fine-fine saja kalau horizontal,” ucapnya.

Tetapi yang menari, justru ketika relasinya vertikal, dalam persoalan-persoalan toleransi dan intoleransi yang ada di tengah rakyat atau bangsa Indonesia ini bahwa negara dalam hal ini berposisi seperti apa, kalau orang mau buka puasa dengan cara apa kan itu hak orang  misalnya dia buka dengan yang manis, dia buka dengan yang tawar dan itu kondisi personal masing-masing, demikian Okky Tirto. (Jal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *