Mesjid, Moeldoko dan Partai Demokrat

by
Ketua Umum Partai Demokrat KLB Deli Serdang, Dr. H. Moeldoko

BERITABUANA. CO, JAKARTA – Gonjang ganjing Partai Demokrat membuat nama Kepala Staf Presiden (KSP) Dr H Moeldoko, menjadi pergunjingan di kalangan masyarakat dan politisi. Namun sosok pria kelahiran Kediri, Jawa Timur 64 tahun lalu itu, tetap tegar dan menjalankan tugasnya sebagai pejabat negara di Istana Presiden, Jakarta.

Sampai saat ini Jenderal Purnawirawan yang juga mantan Panglima TNI itu, lebih memilih diam alias tidak menanggapi komentar buruk terhadap dirinya.

Moeldoko yang kini menjadi Ketum PD hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang,  bergeming sedikitpun meski mendapat serangan dari PD kubu SBY yang mendiskreditkan dirinya dengan berbagai komentar menohok.

Jadi memang bukan Moeldoko kalau tidak tahan banting, karena dari sejak kecil dia sudah merasakan kerasnya kehidupan. Selain itu, sebagai prajurit dia juga dididik keras dan tegas. Strategi bertahan, terus dilakukan meski serangan dilakukan bertubi-tubi. Biasanya, saat momen yang tepat dan pas baru dilakukan serangan balik setelah tahu kelemahan lawan politiknya.

Moeldoko lahir di Desa Pesing, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada 8 Juli 1957. Dia hidup bersama dengan 12 saudaranya di desa itu saat masih kecil. Ayahnya pedagang biasa, ibunya hanya seorang perempuan desa dan mereka hidup sangat sederhana, makanya sejak SD Moeldoko sudah biasa cari uang membantu ekonomi orang tuanya.

Dia jadi kuli angkut batu dan pasir pada saat masih sangat muda, atau lebih tepatnya masa kanak-kanak. Meski kini keadaan sudah berubah dan telah memasuki masa tua, namun Moeldoko selalu ingat kenangan saat masih kanak-kanak. Yang selalu diingat adalah tempat ibadah di desanya, yakni surau atau langgar. Hampir setiap hari Moeldoko kecil berada di situ,
mulai dari magrib sampai subuh.

Bentuk dari kenangan di langgar yang sempit itu, kemudian coba diwujudkan dalam bentuk masjid yang besar dan megah, maka jadilah Masjid Islamic Center yang diberi nama Masjid Dr. H. Moeldoko.

Masjid yang dibangun di Kabupaten Jombang Jawa Timur itu, adalah bentuk ungkapan rasa syukurnya atas perjuangan orang tua menghantarkan anaknya meniti karir hingga mencapai puncak jabatan tertinggi di TNI. Pembangunan masjid itu juga sekaligus untuk mengenang masa kanak-kanak hingga remaja di desanya itu.

Moeldoko meresmikan masjid megah tersebut tepat pada Rabu 1 Juni 2016.
Lahan masjid merupakan tanah wakaf milik Pemda Jombang seluas 6.685 meter persegi. Sedangkan luas bangunan masjid berukuran 900 meter persegi dan mampu menampung sekitar 1.500 jamaah.

Setelah diresmikan, pengelolaan seluruh aset Islamic Center dan masjidnya diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Jombang. Kecuali untuk panti asuhan yang ada di kompleks itu, tetap ditangani sendiri oleh Moeldoko, karena ia ingin menyekolahkan anak-anak penghuni panti asuhan hingga ke tingkat perguruan tinggi.

Inilah bentuk kecintaan Moeldoko pada masjid dan anak-anak yatim piatu binaannya.

Lokasi Masjid Moeldoko berada di Jalan Raya Kayen, Gondang Manis, Kecamatan Bandar Kedung Mulyo, Kabupaten Jombang. Tempat itu sengaja dipilih karena jaraknya dekat Kecamatan Purwosari, Kabupaten Kediri.

Dua kecamatan itu memang memiliki sejarah tersendiri bagi Moeldoko yang menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya saat belajar di Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP) yang sekarang menjadi SMA Negeri 2 Jombang.

Lokasi masjid itu dipilih karena di jalan ini Moeldoko mengaku sering kucing-kucingan dengan kondektur bus yang menarik ongkos, saat ia berangkat ke sekolah.

Saat itu Moeldoko hidup serba kekurangan tinggal bersama kakaknya di Jombang. Untuk bayar ongkos bus 25 rupiah saja kadang tidak ada. Makanya dia sering kucing-kucingan dengan kondektur bus.

Tapi dari perjuangan masa-masa susah itu, ternyata Moeldoko mampu menempa semangat dan motivasi bagi dirinya untuk berani mengejar cita-cita, hingga sukses dalam hidupnya kini.

Meski dia sudah pensiun di TNI, ternyata Presiden Jokowi mempercayakan dirinya menjadi Kepala Kantor Presiden (KSP). Tidak itu saja, Moeldoko juga banyak memimpin berbagai organisasi, di antaranya Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) di mana di menjadi ketua umum (Ketum), juga menjadi Dewan Pembina Yayasan Global CEO Indonesia, dan terakhir Moeldoko menjadi Ketum Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang, Sumut yang menuai pro dan kontra di kalangan masyarat. Namun Moedoko tampaknya tidak mengambil pusing.

Sepertinya dia mash menunggu saat yg tepat untuk action, setelah ada kejelasan dari Menkumham tentang pengesahan partai yg dipimpinnya. (isa gautama)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *