Peradapan dan Kecerdasan Bangsa

by
Brigjen Pol. CDL

BANGSA yang beradab dapat dikatakan cerdas karena mampu menyelesaikan konflik secara beradab. Perilaku keseharian dari orang kebanyakan dapat menjaga keteraturan sosial dg cara cara yang waras. Cara fisik cara preman cara merusak produktifitas, merusak seni budaya, membanggakan gerakkan2 dg suasana mencekam, ujaran kebencian provokasi dan masih banyak lainnya. Semua ini menunjukkan beta rendahnya peradaban 00dan kecerdasan sosial bagi hidup berbangsa dan bernegara. Perebutan kekuasaan dg cara cara inkonstitusional menjadi kebanggaan dan pilihan. Kemampuan diskusi berdialog biasanya sulit. Cara cara kekerasan dan anarkisme yg ditonjolkan atau malah dibangga banggakan. Di era post truth pemanfaatan media dg berita berita hoax akan mjd kebanggaan dan andalan pencapaian tujuan dg cara menggerus peradaban menumpulkan logika dan memanas manasi emosi massa. Cara cara kontrapoduktif yg dikemas dg balutan primordial menjadi keunggulan walau sebenarnya tumpulnya logika dan hilangnya rasa kemanusiaan. Cara cara menakut nakuti, mengancam, mempresure kebijakan dg masaa dan banyak lagi yang sebenarnya menunjukkan betapa lemah dan malasnya menyelesaikan konflik dg cara cara beradab.

Pembunuhan karakter digunakan dan menjadi cara melawan siapa saja yg tdk sepaham. Lagi lagi era post truth menjadi peluang dg membully dg melabel hingga menabur kebencian. Cara primordial ini sptnya yg menjadi unggulan. Menyerang ranah pribadi, melabel aktifitas sosial dan kemasyarakatan. Dari tukang melawanlah, tdk tahu dirilah, melabel dg keyakinan yg bukan keagamaanlah entah juga membuat issue teman teman dan kroninya tidak mendukunglah dsb yang tujuannya membuat stigma dan terbangun kebencian. Cara cara ini menunjukkan betapa rapuh dan dan lemahnya kecerdasan sosial. Model peradaban dg sistem kroni sebenarnya membusukkan di tengah tengah. Karena di bawah tak berakar di pucuk tak berdaun dibtengan banyak kutu ulat ybg menggerogoyi dari dalam.

Membangun peradaban dapat dimulai dari pemahaman dan pengetahuan seni budaya antara lain:

1. Membangun sadar akan view (pemandangan di sekitar kita). Apa saja sebenarnya ada makna di baliknya dan ada sesuatu yg bs dipetikbdr alam, benda bahkan kegiatan2 orang di dalam lingkungan itu.
2. Membangun masyarakat yg sadar lingkungan melalui rekayasa sosial. Yangvdpt dimulai dr rumah kita masing masing. Gerakan moral dr rumah apa saja yg mjd bagian dr peradaban.
3. Membangun dan mendidik serta melatih hasrat menata. Setelah memiliki kesadaran dan kemampuan point 1 dan 2 maka hasrat untuk menata sbg passion ini bs dimunculkan atau dibangun bagaimana untuk peka peduli dan berbela rasa.
4. Membangkitkan kembali cara mengedukasi agar warga masyarakat secara umum paham akan seni budaya. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai festival atau kegiatan2 seni budaya.
5. Mengajarkan membimbing dan memfasilitasi agar masyarakat mampu atau nisa menikmati akan seni dan budaya.
6. Tatkala masyarakat sdh mampu menikmati memang perlu diajarkan dan diajak kembali untuk mampu menginterpretasi dan mengapresiasi karya seni dan budaya.
7. Kepekaan kepedulian dan bela rasa memang memerlukan kekuatan untuk mampu mendukung perkembangan seni budaya secara langsung mauoun tidak langsung.
8. Kewajiban pemerintah, para pelaku bisnis dan para akademisi unyuk mampu mengemas memaknai dan memarketingkan karya seni dan budaya bangsa
9. Di era digital media menjadi jembatan jiwa jembatan hati bahkan pikiran yg mampu memembus batas labirin ruang dan waktu. Sehingga kemampuan memberdayakan media dapat mendukung hidup tumbuh berkembang dan lestarinya seni budaya
10. Membuat sistem edukasi transformasi bagi trs lahirnya seniman dan budayawan untuk trs mampu membuat karya merawat hingga melestarikannya

Masih banyak cara lain dalam membangun peradaban namun dalam pendekatan seni budaya setidaknya 10 point di atas mjd fondasi dasar untuk menjaga kewarasan. Tatkala orang sadar seni budaya dia tidak mudah ditipu dibodoh bodohi atau dijadikan keledai tunggangan kaum preman. Menjaga kewarasan merupakan bagian dari peradaban. Dan menjaga keteraturan sosial untuk mwmbuat bangsa berdsulat berdaya tahan berdaya tangkal bahkan mampu berdaya saing.

*Brigjen Pol. Prof. CDL* – (Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *