Fahri Hamzah: Indonesia Mesti Jadi Juru Bicara Islam dan Demokrasi

by
Waketum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah. (Foto: Dokumen Pribadi)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang Presiden Perancais, Emmanuel Macron sebenarnya perlu di-eskalasi oleh bawahannya, dalam hal ini Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsyudi, agar Indonesia punya posisi penting dalam perdebatan naratif tentang agama dan negara, serta bagaimana menjawab semua pertanyaan dunia sekarang ini tentang Islam dan kebebasan.

Pendapat ini disampaikan Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah dalam akun Facebooknya, Senin (2/11/2020) menanggapi kecaman yang disampaikan Presiden Jokowi kepada Marcon yang menyebut Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia.

Hebatnya posisi Indonesia, menurut Fahri, karena Indonesia adalah bangsa yang bisa bicara kepada dua komunitas dunia sekaligus. Kepada muslim, karena mayoritas Indonesia adalah bangsa muslim terbesar, dan kepada barat, karena Indonesia negara demokrasi nomor tiga terbesar.

“Kita perlu jubir kelas dunia di Menlu RI. Tapi kita tidak bisa menjurubicarai Islam dan Demokrasi sekaligus tanpa kepercayaan diri yang tinggi,” ujar mantan Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 ini.

“Kepercayaan diri, karena kita paham keduanya secara mendalam dan tidak gamang menjadi keduanya. Itulah yang langka. Rasanya kita perlu mulai harus punya kebanggaan,” tambah Fahri Hamzah lagi.

Dikatakan Fahri, Macron mengatakan “ada krisis dalam Islam”, padahal negaranya sendiri sedang krisis; Eropa secara umum dalam krisis besar atau kalau kita mau bareng, dunia ini sedang krisis. Di barat muncul pemimpin-pemimpin kanan yang kosa katanya tidak lagi bisa menjadi contoh dalam membangun kebersamaan.

“Amerika paling menyedihkan sebenarnya. Tapi, ternyata Macron juga yang didukung kelompok Islam dalam pemilu juga menyimpan kosa kata yang tidak dewasa. Mungkin ia sedang marah karena kasus pembantaian guru yang tragis itu. Kemarahan wajar, tapi dalam kemarahan warna asli keluar,” sebutnya.

Sekarang, ini peluang Indonesia untuk berbicara kepada dunia, dan tentunya dengan intelek dan dewasa. Semoga kepemimpinan Indonesia tak lama menjadi kenyataan. Menjadi kekuatan ke-5 dunia, seperti mimpi kita bersama. Semoga! demikian Fahri Hamzah.

Sebagaimana diketahui, tepatnya pada Sabtu, 31 Oktober 2020 kemarin. Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mengecam soal pernyataan Emmanuel Macron.

“Indonesia juga mengecam keras pernyataan presiden Prancis yang menghina agama Islam yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia, yang bisa memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19,” ujar Jokowi seperti dikutip dari YouTube Skretariat Presiden.

Tak cuma itu, Jokowi juga menyoroti soal dukungan kebebasan bereskpresi yang menciderai simbol agama tak bisa dibenarkan.

Kecaman Jokowi ini sehubungan dengan ramainya diperbincangkan dunia akhir-akhir ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron sempat membuat pernyataan yang menggemparkan dan memancing kemarahan sejumlah negara.

“Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis saat ini, di seluruh dunia,” ungkap Macron pada 2 Oktober 2020 lalu.

Beberapa waktu lalu, Macron juga bereaksi atas peristiwa pemenggalan guru Sejarah dan Geografi Samuel Paty pada 16 Oktober 2020.

Guru sejarah itu dipenggal oleh pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18), karena Paty menunjukkan kartun nabi Muhammad.

Presiden Marcon berpendapat bahwa Paty hanya mengajarkan kebebasan berekspresi dan berpendapat pada para siswanya.

“Kami akan terus bertahan, profesor. Kami akan terus berjuang untuk kebebasan, kamu telah jadi wajah perjuangan mempertahankan republik,” kata Macron lewat unggahannya di Twitter pada 22 Oktober 2020. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *