Satgas BIN Dapat Apresiasi Positif dari Kementerian, Lembaga dan Pemda

by

BERITABUANA.CO, JAKARTA- Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, Badan Intelijen Negara (BIN) diberikan kewenangan untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) dalam pelaksanaan aktivitas intelijen seperti yang tercantum dalam pasal 30 huruf d.

Pasal tersebut mengurai terkait ancaman kesehatan, merupakan bagian dari ancaman terhadap keamanan manusia. Ancaman tersebut juga merupakan ranah kerja BIN, sehingga dengan dasar tersebut BIN turut berpartisipasi secara aktif membantu Satgas Penanganan Covid-19 dengan melakukan operasi medical intelligence (intelijen medis) di antaranya, berupa gelaran tes swab di berbagai wilayah, dekontaminasi, dan kerja sama dalam pengembangan obat dan vaksin.

“Sejak Satgas Intelijen medis beroperasi pada bulan April 2020, BIN selalu melaporkan hasil tes swab yang selama ini dilakukan kepada Kemenkes dan Satgas Penanganan Covid-19,” kata Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati lewat keterangannya, Senin (28/9/2020).

Nuning, begitu biasa disapa menuturkan, kehadiran Satgas BIN mendapat apresiasi positif dari Kementerian/Lembaga dan pemda.

“Hal itu terlihat dari banyaknya kementerian dan lembaga serta pemda yang menyampaikan permohonan kepada BIN untuk membantu pelaksanaan tracing di wilayah maupun institusinya dengan melakukan tes swab dengan beban anggaran operasi BIN,” tuturnya.

Ia menjelaskan, banyaknya kementerian/lembaga dan pemda yang mengajukan permohonan kepada BIN, karena dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan 2 jenis mesin Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT PCR), yaitu jenis qiagen dari Jerman dan jenis thermo scientific dari Amerika Serikat dan memiliki sertifikat laboratorium BSL-2 yang telah didesain mengikuti standar protokol laboratorium dan telah dilakukan proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional, World Bio Haztec dari Singapore serta kerja sama dengan LBM Eijkman untuk standar hasil tes sehingga layak digunakan untuk analisis RT-PCR yang sesuai standar.

“BIN menerapkan ambang batas standar hasil PCR tes yang lebih tinggi dibandingkan institusi / lembaga lain yang tercermin dari nilai CT QPCR (ambang batas bawah 35, namun untuk mencegah OTG lolos screening maka BIN menaikkan menjadi 40) termasuk melakukan uji validitas melalui triangulasi 3 jenis gen yaitu RNP/IC, N dan ORF1AB,” jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan fenomena hasil test swab positif menjadi negatif, Nuning mengatakan bahwa Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN yang termasuk jaringan intelijen di WHO menjelaskan bahwa itu bukan hal baru dan dapat disebabkan oleh RNA/protein yang tersisa (jasad renik virus) sudah sangat sedikit, bahkan mendekati hilang pada treshold sehingga tidak terdeteksi lagi.

Apalagi, subjek tanpa gejala klinis dan di test pada hari yang berbeda. OTG/asimptomatik yang mendekati sembuh berpotensi memiliki fenomena tersebut.

“Terjadi bias pre-analitik yaitu pengambilan sampel dilakukan oleh dua orang berbeda, dengan kualitas pelatihan berbeda dan SOP berbeda pada laboratorium yang berbeda, sehingga sampel swab sel yang berisi virus Covid tidak terambil atau terkontaminasi,” kata Nuning.

Selain itu, sensitivitas reagen dapat berbeda terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT nya sudah mendekati 40. Dalam kaitan ini, BIN menggunakan reagen perkin elmer (USA), a-star fortitude (Singapore), Wuhan Easy Diag (China).

Gold Standart

Reagen ini lebih tinggi standar dan sensitivitasnya terhadap strain Covid-19 dibandingkan merek lain seperti genolution (Korea) dan liferiver (China) yang digunakan beberapa rumah sakit.

“Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi perbedaan uji swab antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit. BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel Covid-19. Kasus false positive dan false negatif sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, China, dan Swedia,” tutup Nuning. (006)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *