PPP Cepat Harus Punya Figur Ketum, Jika Tak Mau Menjadi Kapal Karam

by
Gatot Nurmantyo dan Sandiaga Uno/ Foto: ISTIMEWA

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hanya akan menjadi kapal tua yang sebentar lagi karam, jika tidak segera mendapatkan figur ketua umum yang berkategori magnet publik.

Sebagai partai berbasis Islam dengan deretan tsunami politik yang menderanya setelah beberapa ketua umumnya terjerat kasus korupsi, sudah kehilangan legitimasi moral jika hanya mengandalkan jualan program.

Demikian disampaikan peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA, Toto Izul Fatah kepada pers di Jakarta, menanggapi masa depan partai berlambang kabah itu dalam menghadapi pertarungan politik lima tahunan Pileg 2024.

Menurut Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, pilihan paling penting dalam menghadapi pertarungan Pileg 2024, PPP harus mampu mencari figure ketua umum yang memiliki magnet public yang kuat. Aneka program dan system organisasi yang ditawarkan partai Islam tersebut tak akan banyak membawa efek electoral jika tak ada figur moncer sebagai leader.

“Meskipun program penting, tapi yang tak kalah penting dibutuhkan PPP saat ini adalah figur. Rentetan kasus hukum yang telah menyeret beberapa ketua umumnya masuk penjara, membuat PPP kehilangan legitimasi moral untuk jualan program sebagai daya tarik partai.” katanya.

Ditanya tentang siapa figur yang dinilai bermagnet publik itu, Toto menyebut dua tokoh nasional, Gatot Nurmantyo (mantan panglima TNI) dan Sandiaga Salahudin Uno (pengusaha dan mantan Cawapres 2019 lalu). Kedua sosok itu punya potensi bisa mengantar partai berlambang kabah itu kembali menjadi partai besar.

Toto menjelaskan, perlunya figure kuat di PPP itu lebih karena partai tersebut memilih kelompok Islam sebagai captive market yang turun temurun sejak Orde Baru. Dan sekarang mereka mulai kecewa karena beberapa pemimpin partai tersebut dinilai sudah tak lagi merefresentasikan spirit Islam. Ditambah lagi, ceruk yang sama, sekarang sudah diambil merata partai berbasis Islam yang lain seperti PAN, PKS dan PKB.

“Idealnya bisa seperti Golkar yang tidak tergantung pada figure ketua umum karena punya sistem yang relatif kokoh dengan cengkraman kukunya yang kuat dan merata di birokrasi kekuasaan. Berbeda dengan PPP yang tak cukup memiliki imunitas dalam menghadapi goncangan internal dan eksternal.

“Karena itu, dalam kontek hari ini, yang dibutuhkan PPP adalah hadirnya figur seperti Pak GN dan Pak Sandi. Jika tidak, Pileg 2024 mendatang mungkin akan menjadi momen pahit karamnya partai yang punya sejarah cukup panjang di tanah air ini. Apalagi jika Parliementary threshold 5% diputuskan DPR,” tegasnya.

Dalam pengamatan Toto, sampai saat ini belum ada figure internal yang punya potensi mengerek electoral partai ini, kecuali harus membuka peluang masuknya figure dari luar partai yang di PPP-kan.

“Sejauh ini, hanya Pak Gatot dan Pak Sandi yang memenuhi kriteria tersebut, baik secara intelektual, moral, electoral dan modal social,” tandasnya.

Namun, Toto mengakui kemungkinan adanya resistensi dari sebagian kelompok internal partai mengingat posisi kedua figure saat ini. Yaitu, Sandi yang masih berada dalam struktur kepengurusan DPP Gerindra dan Gatot yang belakangan telah memilih jalan “oposisi” sebagai salah satu deklarator KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia).

“Ini memang pilihan pahit. Kalau bicara penyelamatan partai agar tidak makin terpuruk, dan bahkan karam, suka atau tidak, PPP butuh darah segar yang bisa memanggil pulang kandang kembali para pemilih ideologis yang setia sejak zaman orde baru,” ujarnya.

Menurut Toto, kedua figure itu bukan saja mumpuni secara personal, tapi juga memiliki potensi kesamaan ‘darah’ dengan PPP. Gatot misalnya, selain nasionalis sebagai mantan tentara, juga dianggap agamis.

Ada kombinasi dua hijau, hijau tentara dan hijau Islam. Begitu juga dengan Sandi yang menurut data survei pernah menjadi penyumbang elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 lalu dengan segmen milenial dan emak-emak

Karena itu, lanjutnya, posisi Sandi sebagai ketum PPP nanti sangat mungkin membawa dua segmen pemilih tadi, yaitu milenial dan emak-emak sebagai pasar baru potensial PPP. Sandi juga dinilai sebagai sosok santun yang sangat mungkin diterima para stakeholder yang selama ini menjadi simpul penting di partai seperti para ulama, kiayi dan ustad. Termasuk, Sandi juga dinilai sebagai figur tengah yang bisa diterima 5 kelompok yang berfusi, yaitu NU, MI, Parmusi, SI dan Perti. (Rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *