Melayani: Ilmu Paling Tinggi dan Paling Sulit ?

by
Brigjen Pol. CDL

MELAYANI sering kali mjd jargon atau mungkin judul saja faktanya malah sebaliknya. Melayani merupakan kemampuan merendahkan diri untuk memahami bukan meminta dipahami. Melayani refleksi atas ketulusan hati dengan penuh kesadaran tanpa pamrih dan memberikan sesuatu yg terbaik.

Membangun kesadaran bagi suatu pelayanan merupakan proses bagi perwujudan suatu tanggung jawab. Bukan karena ketakutan bukan karena keterpaksaan atau karena pamrih akan mendapatkan sesuat. Melainkan kemampuan melepaskan diri dari ego atau akuisme.

Konsep melayani adalah seperti lilin yg terus menerus menerangi walau dirinya meleleh. Manjing ajur ajer, seperti garam yang menggarami hingga lebur menyatu. Melayani juga merupakan sikap semeleh mampu bersyukur atau mensyukuri bahkan mampu menikmati walau dalam kondisi sesulit apapun.

Melayani merupakan sesuatu yg manusiawi dalam memanusiakan sesamanya. Sikap melayani merupakan kemampuan melepaskan belenggu2 semu akan keduniawian. Menanggalkan sikap dan sifat serakah. Melepaskan sikap ego dan candu2 narsis yg menyebabkan mudah sakit hati, mudah tersinggung mudah menghakimi dan selalu mengeluh menuntut sesuatu.

Pada dasarnya manusia diselimuti rasa ingin diterima dipuji puji dihormati ditempatkan pd tempat yg lebih dari yang lain. Tatkala ada kritik marah. Ada yg berbeda langsung tersengat menghakimi. Ngrasani hingga membenci sering kali dilakukan tanpa mengedepankan logika dan tanpa memikirkan dampaknya. Manusia pada umumnya minta dipahami, dilayani.

Sikap narsis atas akuismenya memamerkan aku aku dan selaku aku. Berat untuk memuji mudah mencela. Integritas lenyap dan memposisikan dirinya lebih. Inginnya selalu terbang tinggi tdak mampu melihat ke bawah. Tdk peduli kpd yg menderita atau termarginalkan.

Orang orang yang mampu melayani merupakan orang yg merdeka. Salah satu kata kata mutiara dari penyair Rabindranat Tagore mengatakan : “di dalam mimpi aku melihat bahwa hidup adalah kebahagiaan, tatkala aku bangun aku menghadapi bahwa hidup adalah kewajiban. Dan ketika mampu menjalani kewajiban di situlah ada kebahagiaan”.

Orang orang yg mampu melayani adalah orang2 yg bahagia karena mendahukukan kewajiban. Kemampuan merendahkan diri untuk memahami merupakan suatu pengorbanan. Pengorbanan membutuhkan kepekaan kepedulian dan bela rasa kpd sesama.

Kewenangan, kekuasaan untuk memberdayakan sumber daya tatkala tidak dijiwai kemampuan melayani maka kuasanya akan menyengsarakan. Apa yg dilakukannya sarat dg kepura puraan, kemunafikkan. Topeng basa basi, menipu diri sendiri mjd pemandangan lumrah. Tak mampu membedakan mana kambing mana anjing.

Kewenangan dan kekuasaan diberikan untuk melayani. Tatkala sebaliknya yg dilakukan maka justru menjadi minta dilayani. Orang2 yg selalu minta dilayani dipahami maka budinya akan menguap lenyap. Lembaga2 publik sbg punggawa penyelenggara negara melayani merupakan suatu kebanggaan dlm memenuhi kewajiban. Kewenangan kekuasaan merupakan sarana untuk melayani bukan sebaliknya.

Melayani dengan tulus hati berdampak pd empowering, pencerdasan, penguatan sekaligus melindungi dan memgayomi. Melayani anti premanisme, bertentangan dengan pemerasan maupun penyuapan. Apa yg mjd bagian dr pelayanan merupakan proses membangun karakter dan integritas. Tinggi dan sulitnya melayani adalah menyangkal diri dan mampu menunjukkan keutamaannya.

Melayani memang mudah diucapkan namun sangat sulit dilakukan. Disitulah tingginya nilai dari suatu pelayanan dan tentu sulit dilakukan krn memerlukan nyali dan keberanian berkorban.

*Brigjen Pol. CDL* – (Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *