Isu PKI Tak Pernah Berhenti, Usul Fahri Hamzah Bongkar Akarnya

by
Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah.

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Isu (Partai Komunis Indonesia (PKI) selalu saja muncul dalam beberapa dinamika perjalanan bangsa, apalagi beberapa tahun belakangan ini, juga seiring dengan ulang tahun ke 100 nya, yang pas dengan malam takbiran lalu. Ditambah lagi beberapa hari sebelumnya, isu PKI muncul saat Parlemen membahas Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).

Terkait isu PKI ini, Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah melalui channel youtube pribadinya belum lama ini, membahas kenapa isu PKI sepertinya tidak ada habis-habisnya.

Menurut Fahri, isu PKI terus muncul karena berakar dari bangsa Indonesia yang terbelah dahsyat menjadi dua kelompok di masa lalu, saat merumuskan dasar negara. Dua kelompok itu adalah kelompok yang ingin dulu Indonesia berdasarkan pada sekulerisme dengan bentuk ekstrimnya komunisme. Sedangkan lawannya adalah kelompok yang ingin Indonesia berdasarkan Ketuhanan.

“Perdebatan itu kan dianggap sudah selesai dengan berdirinya Pancasila. Tetapi namanya juga perdebatan besar, memang tak tuntas,” jelas Fahri seraya melihat sampai hari ini, dua kelompok yang pernah berdebat di masa lalu itu masih eksis dalam masyarakat Tanah Air, dan bahkan debat dan pertentangan dua kelompok ini tak akan berujung.

Lantas politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu mengilas balik bagaimana dahsyatnya perumusan dasar negara. Setelah Pancasila disepakati sebagai dasar negara, pertarungan beralih kepada susunan sila dalam Pancasila. Kelompok sekuler menginginkan sila pertama adalah sila Kemanusiaan dan sila Ketuhanan ditaruh di sila kelima, sedangkan kubu kanan tetap menginginkan sila Ketuhanan jadi sila pertama.

“Setelah susunan sila Pancasila disepakati sila pertama adalah sila Ketuhanan, dan kemudian berkembang dengan penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta, itu pun masih dianggap ekstrim oleh kelompok sekuler. Pertarungan interpretasi terhadap Pancasila apakah akan dibebankan pada ide Ketuhanan religius atau sekkuler itu akan terus menerus terjadi tak akan berhenti,” tuturnya.

Karena itu, Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 itu menilai, debat dua ideologi besar itu tak pernah berhenti lantaran itu merupakan pertarungan yang besar. Bukan cuma wujud pertarungan lokal, tapi pertarungan global yang menyebabkan debat dan perang dua ideologi ini tak akan selesai.

Untuk itu, Fahri mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi perdebatan dua ideologi ini, namun jangan memberi ruang bagi kembalinya PKI. Sebab PKI pernah berkuasa dan menciptakan trauma sejarah bagi bangsa Indonesia.

“Perdebatannya biarkan saja, tapi yang penting jangan ada upaya merombak tatanan idelogi dan fondasi kenegaraan kita secara historis maupun regulatif. Tentang sesuatu yang kita anggap problem di masa lalu dan jangan sampai terulang,” kata dia mengingatkan.

Makanya, kata Fahri, sebagian masyarakat Indonesia akan reaktif bila ada ide ekstrim kaum sekuler yang mengarah upaya menghapus sejarah kelam masa lalu, dengan mengatakan ‘eh hati-hati ini kebangkitan PKI’.

Menurut Fahri, orang yang fokus mengingatkan isu kebangkitan PKI beralasan dan masuk akal mengingat luka sejarah masa lalu dengan sepak terjang PKI. Oleh sebab itu lebih baik perdebatannya diarahkan mendalami makna dan arti Pancasila.

“Sebab Pancasila ini adalah absorsi dari keseluruhan nilai bangsa dan bagaimana cara mensolidkan gagasan republik kita yang berdasarkan Pancasila menjadi ideologi yang mampu mengungkit energi bangsa kita untuk menjadi bangsa besar dan bangsa pemenang. itu lah seharusnya fokusnya,” jelasnya.

Bukan Konflik Ideologi

Mantan politikus PKS ini mengatakan debat yang harus didorong ke depan bukan menonjolkan konflik ideologinya tapi bagaimana ideologi Pancasila bekerja dan menginspirasi masyarakat tanah air dalam menjalani kehidupannya dan menjadikan sebagai manusia yang lebih unggul, produktif dan lebih mampu menghadapi tantangan global dan kemanusiaan.

“Kalau yang kemarin hadapi ideologi terorisme ekstrimisme, sekarang ini ada Covid dan sebagainya. Harusnya ideologi diuji pada masa-masa seperti ini. Tetapi sekali lagi kita sering menyimpang dari kentingan itu. Ini waktunya untuk tahu apa yang terjadi dan bagi kepentingan bangsa di masa yang akan datang,” demikian Fahri Hamzah. (Kds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *